Sunday 17 April 2022

Ade Armando Sudah Banyak yang Jaga, Kini Kita Jaga Jokowi di G20

 


 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Ade Armando sudah banyak yang menjaga dan mengurusnya. Banyak pula yang menulis atau berkomentar tentang kasusnya. Hukum sudah berjalan, politik tetap stabil, gangguan hanya datang dari para Kadrun bajingan bodoh cacing cau (KB2C2) yang sangat kecil dan berisik.

            Kini saya ingin mengajak kita semua menjaga dan menguatkan Presiden RI Jokowi dalam bersikap di G20. Sengaja saya menulis ini karena kalau diranking, pembaca tulisan saya itu terbanyak dari Indonesia, kemudian Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, dan untuk ranking berikutnya kerap berubah-ubah negara asal pembacanya. Jadi, tulisan saya ini, insyaallah dibaca orang Amerika Serikat. Mereka akan lebih paham bagaimana sikap rakyat Indonesia dalam kemelut yang dijejalkan ke Indonesia, selaku presidensi G20.

Sebelumnya, saya ingin mengingatkan bahwa G20 itu adalah kumpulan dari 19 negara maju dan menuju maju ditambah 1 Unieropa. G20 ini dibentuk untuk menyelesaikan masalah krisis ekonomi dunia yang dimulai 1997-1998. Saat ini Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi dipercaya sebagai ketua atau presidensi G20. Jokowi sudah membatasi bahwa hal-hal yang akan diurus oleh G20 adalah memulihkan ekonomi dunia pascapandemi Covid-19, bukan masalah militer ataupun perang.

Sayangnya, perhelatan G20 ini terganggu oleh adanya perang antara Rusia Vs Ukraina. Untuk soal perang ini, Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah mengutuk aksi penyerangan yang dilakukan Rusia pada Ukraina. Demikian pula Presiden Jokowi menyerukan agar perang segera dihentikan karena perang merusakkan segalanya dan merugikan semuanya. Jokowi menginginkan semua permasalahan dikembalikan ke meja perundingan, “back to talk”.

Sikap Indonesia ini membuat Rusia kecewa karena Indonesia seolah-olah ikut-ikutan Amerika Serikat dan Barat yang mengutuk keras terhadap Rusia. Padahal, sesungguhnya Indonesia tidak mengekor Barat, tetapi Indonesia berpegang pada dirinya sendiri. Indonesia menjaga martabatnya sebagai negara Nonblok yang tidak berpihak ke Barat atau ke Timur sambil aktif menjalankan politik luar negeri yang “bebas dan aktif”, bebas dari tekanan negara mana pun dan aktif menciptakan perdamaian dunia.

Meskipun kecewa, Rusia tampaknya paham terhadap sikap Indonesia yang dibuktikan dengan bahwa Indonesia masih dianggap sahabat Rusia dan bukan pembenci Rusia karena Rusia sudah mengeluarkan daftar negara yang tidak bersahabat, Indonesia tidak ada di daftar itu.

Hal ini pun dikuatkan oleh Indonesia yang tidak ikut-ikutan memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia seperti yang dilakukan negara-negara Barat yang dikomandoi Amerika Serikat. Sikap Indonesia kali ini mengecewakan Ukraina dan Amerika Serikat. Bagi Indonesia, jika ikut menjatuhkan sanksi, berarti akan membuat rakyat Rusia dan dunia menderita, sekarang rasanya sudah menjadi kenyataan dengan kelangkaan minyak goreng, BBM, dll. Di samping itu, jika menjatuhkan sanksi pada Rusia, Indonesia berarti sudah keluar dari jati dirinya, yaitu menjadi blok barat dan tidak lagi Nonblok. Itu berbahaya bagi Indonesia dan rakyatnya. Geopolitik dan geostrategis Indonesia akan berubah drastis dan itu tidak baik.

Karena perang itu melibatkan banyak kekuatan dunia, Amerika Serikat mengancam Indonesia untuk memboikot perhelatan G20 jika mengizinkan Rusia masih ikut dalam G20, apalagi dengan keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan datang ke Bali, Indonesia untuk ikut dalam pertemuan G20. Ancaman ini menjadi tekanan dan pukulan tersendiri bagi Presiden RI Jokowi untuk menyukseskan program-program G20. Untuk itulah, saya serukan untuk menjaga, melindungi, dan mendukung Jokowi dalam menghadapi ancaman Amerika Serikat yang didukung tujuh negara lainnya. Jokowi hari ini tampak sendirian menghadapinya. Kita, rakyat, harus mendukungnya.

Biarlah urusan Ade Armando sudah ada yang mengurusnya, tetapi Jokowi harus dikuatkan untuk tetap pada keputusannya menyukseskan G20. Sebenci apa pun terhadap presiden, tetapi jika sudah berurusan dengan pihak luar negeri, kita harus membelanya. Seperti saya juga yang tidak menyukai Presiden Soeharto, tetapi ketika dia berurusan dengan dunia luar, saya akan mendukungnya. Masalah dia di dalam negeri adalah masalah dalam negeri, tidak perlu orang lain ikut campur dan meminta bantuan luar negeri. Hal itu sebagaimana sebuah keluarga jika didera masalah, harus diselesaikan di dalam keluarga itu sendiri dan tidak melibatkan orang lain. Tidak elok jika kita bermasalah di dalam keluarga, lalu meminta orang lain untuk memukuli keluarga kita sendiri.

Dunia harus tahu bahwa Jokowi harus mengambil keputusan untuk mengundang seluruh anggota G20, termasuk Rusia. Kalaupun Vladimir Putin datang ke Bali, itu adalah haknya sebagai anggota dan Indonesia harus mengamankan kehadirannya. Indonesia harus tetap tidak memihak barat atau timur. Indonesia harus tetap Nonblok. Kalaupun Amerika Serikat dan sekutunya terus-terusan menekan Jokowi untuk mencoret Rusia atau memboikot G20, para diplomat Indonesia harus bekerja keras meyakinkan seluruh anggota G20 hadir. Apabila tidak mau hadir, itu menjadi urusan mereka. Hal yang penting adalah Indonesia sudah bekerja keras mempertemukan mereka untuk mengatasi masalah ekonomi dunia dibandingkan mengurusi perang. Urusan perang itu bukan di G20 tempatnya, melainkan di PBB. Kegagalan PBB dalam menyelesaikan konflik Rusia Vs Ukraina, harus ditolak jika dijadikan tanggung jawab Jokowi berikut rakyat Indonesia untuk menyelesaikannya. G20 adalah ajang ekonomi, bukan untuk menyelesaikan perang. Kalaupun Jokowi memfasilitasi pertemuan Presiden Ukrania Zelensky bertemu dengan Presiden Rusia Putin, tetap tempatnya bukan di G20, tetapi pada pertemuan lain meskipun tempatnya berada di Indonesia.  

Indonesia tidak perlu takut jika Amerika Serikat dan sekutunya berusaha menggagalkan atau memboikot G20 karena kehadiran Putin di Bali. G20 masih memiliki dua belas negara yang besar-besar dan berpotensi besar untuk menjadi pasar ekonomi besar melebihi Amerika Serikat dan sekutunya. Kedua belas negara itu lebih mudah untuk menjalin kerja sama ekonomi yang merupakan pasar besar, seperti, Pakistan dan Iran.

Tetaplah adil untuk semua dan bersahabatlah dengan semua. Jika masih juga ada negara yang sulit untuk bersahabat dengan semua dan ingin berkuasa di atas negara lainnya, biarkanlah karena itu keputusannya, Indonesia tetap harus terus bekerja sama dengan negara-negara yang ingin menyelesaikan masalah ekonomi pascapandemi ini untuk kebaikan bersama. Dengan demikian, Indonesia akan dicatat dalam sejarah dunia sebagai negara yang memimpin dunia menyelesaikan masalah ekonomi dunia. Hal itu sebagaimana Indonesia telah dicatat dunia sebagai negara yang mengumpulkan negara-negara terjajah di Asia Afrika untuk menegaskan kemerdekaannya di Bandung yang selalu diperingati secara berkala itu.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment