oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Ade Armando sudah banyak
yang menjaga dan mengurusnya. Banyak pula yang menulis atau berkomentar tentang
kasusnya. Hukum sudah berjalan, politik tetap stabil, gangguan hanya datang dari
para Kadrun bajingan bodoh cacing cau (KB2C2) yang sangat kecil dan berisik.
Kini saya ingin mengajak kita semua menjaga dan
menguatkan Presiden RI Jokowi dalam bersikap di G20. Sengaja saya menulis ini
karena kalau diranking, pembaca tulisan saya itu terbanyak dari Indonesia,
kemudian Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, dan untuk ranking berikutnya kerap
berubah-ubah negara asal pembacanya. Jadi, tulisan saya ini, insyaallah dibaca
orang Amerika Serikat. Mereka akan lebih paham bagaimana sikap rakyat Indonesia
dalam kemelut yang dijejalkan ke Indonesia, selaku presidensi G20.
Sebelumnya,
saya ingin mengingatkan bahwa G20 itu adalah kumpulan dari 19 negara maju dan
menuju maju ditambah 1 Unieropa. G20 ini dibentuk untuk menyelesaikan masalah
krisis ekonomi dunia yang dimulai 1997-1998. Saat ini Indonesia di bawah
kepemimpinan Jokowi dipercaya sebagai ketua atau presidensi G20. Jokowi sudah
membatasi bahwa hal-hal yang akan diurus oleh G20 adalah memulihkan ekonomi
dunia pascapandemi Covid-19, bukan masalah militer ataupun perang.
Sayangnya,
perhelatan G20 ini terganggu oleh adanya perang antara Rusia Vs Ukraina. Untuk
soal perang ini, Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah
mengutuk aksi penyerangan yang dilakukan Rusia pada Ukraina. Demikian pula
Presiden Jokowi menyerukan agar perang segera dihentikan karena perang
merusakkan segalanya dan merugikan semuanya. Jokowi menginginkan semua
permasalahan dikembalikan ke meja perundingan, “back to talk”.
Sikap
Indonesia ini membuat Rusia kecewa karena Indonesia seolah-olah ikut-ikutan
Amerika Serikat dan Barat yang mengutuk keras terhadap Rusia. Padahal,
sesungguhnya Indonesia tidak mengekor Barat, tetapi Indonesia berpegang pada
dirinya sendiri. Indonesia menjaga martabatnya sebagai negara Nonblok yang
tidak berpihak ke Barat atau ke Timur sambil aktif menjalankan politik luar
negeri yang “bebas dan aktif”, bebas
dari tekanan negara mana pun dan aktif menciptakan perdamaian dunia.
Meskipun
kecewa, Rusia tampaknya paham terhadap sikap Indonesia yang dibuktikan dengan
bahwa Indonesia masih dianggap sahabat Rusia dan bukan pembenci Rusia karena
Rusia sudah mengeluarkan daftar negara yang tidak bersahabat, Indonesia tidak
ada di daftar itu.
Hal
ini pun dikuatkan oleh Indonesia yang tidak ikut-ikutan memberikan sanksi
ekonomi kepada Rusia seperti yang dilakukan negara-negara Barat yang dikomandoi
Amerika Serikat. Sikap Indonesia kali ini mengecewakan Ukraina dan Amerika
Serikat. Bagi Indonesia, jika ikut menjatuhkan sanksi, berarti akan membuat
rakyat Rusia dan dunia menderita, sekarang rasanya sudah menjadi kenyataan
dengan kelangkaan minyak goreng, BBM, dll. Di samping itu, jika menjatuhkan
sanksi pada Rusia, Indonesia berarti sudah keluar dari jati dirinya, yaitu
menjadi blok barat dan tidak lagi Nonblok. Itu berbahaya bagi Indonesia dan
rakyatnya. Geopolitik dan geostrategis Indonesia akan berubah drastis dan itu
tidak baik.
Karena
perang itu melibatkan banyak kekuatan dunia, Amerika Serikat mengancam
Indonesia untuk memboikot perhelatan G20 jika mengizinkan Rusia masih ikut
dalam G20, apalagi dengan keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan
datang ke Bali, Indonesia untuk ikut dalam pertemuan G20. Ancaman ini menjadi
tekanan dan pukulan tersendiri bagi Presiden RI Jokowi untuk menyukseskan
program-program G20. Untuk itulah, saya serukan untuk menjaga, melindungi, dan
mendukung Jokowi dalam menghadapi ancaman Amerika Serikat yang didukung tujuh
negara lainnya. Jokowi hari ini tampak sendirian menghadapinya. Kita, rakyat,
harus mendukungnya.
Biarlah
urusan Ade Armando sudah ada yang mengurusnya, tetapi Jokowi harus dikuatkan
untuk tetap pada keputusannya menyukseskan G20. Sebenci apa pun terhadap
presiden, tetapi jika sudah berurusan dengan pihak luar negeri, kita harus
membelanya. Seperti saya juga yang tidak menyukai Presiden Soeharto, tetapi
ketika dia berurusan dengan dunia luar, saya akan mendukungnya. Masalah dia di
dalam negeri adalah masalah dalam negeri, tidak perlu orang lain ikut campur
dan meminta bantuan luar negeri. Hal itu sebagaimana sebuah keluarga jika
didera masalah, harus diselesaikan di dalam keluarga itu sendiri dan tidak
melibatkan orang lain. Tidak elok jika kita bermasalah di dalam keluarga, lalu
meminta orang lain untuk memukuli keluarga kita sendiri.
Dunia
harus tahu bahwa Jokowi harus mengambil keputusan untuk mengundang seluruh
anggota G20, termasuk Rusia. Kalaupun Vladimir Putin datang ke Bali, itu adalah
haknya sebagai anggota dan Indonesia harus mengamankan kehadirannya. Indonesia
harus tetap tidak memihak barat atau timur. Indonesia harus tetap Nonblok.
Kalaupun Amerika Serikat dan sekutunya terus-terusan menekan Jokowi untuk
mencoret Rusia atau memboikot G20, para diplomat Indonesia harus bekerja keras
meyakinkan seluruh anggota G20 hadir. Apabila tidak mau hadir, itu menjadi
urusan mereka. Hal yang penting adalah Indonesia sudah bekerja keras
mempertemukan mereka untuk mengatasi masalah ekonomi dunia dibandingkan
mengurusi perang. Urusan perang itu bukan di G20 tempatnya, melainkan di PBB.
Kegagalan PBB dalam menyelesaikan konflik Rusia Vs Ukraina, harus ditolak jika
dijadikan tanggung jawab Jokowi berikut rakyat Indonesia untuk
menyelesaikannya. G20 adalah ajang ekonomi, bukan untuk menyelesaikan perang.
Kalaupun Jokowi memfasilitasi pertemuan Presiden Ukrania Zelensky bertemu
dengan Presiden Rusia Putin, tetap tempatnya bukan di G20, tetapi pada
pertemuan lain meskipun tempatnya berada di Indonesia.
Indonesia
tidak perlu takut jika Amerika Serikat dan sekutunya berusaha menggagalkan atau
memboikot G20 karena kehadiran Putin di Bali. G20 masih memiliki dua belas
negara yang besar-besar dan berpotensi besar untuk menjadi pasar ekonomi besar
melebihi Amerika Serikat dan sekutunya. Kedua belas negara itu lebih mudah untuk
menjalin kerja sama ekonomi yang merupakan pasar besar, seperti, Pakistan dan
Iran.
Tetaplah
adil untuk semua dan bersahabatlah dengan semua. Jika masih juga ada negara
yang sulit untuk bersahabat dengan semua dan ingin berkuasa di atas negara
lainnya, biarkanlah karena itu keputusannya, Indonesia tetap harus terus
bekerja sama dengan negara-negara yang ingin menyelesaikan masalah ekonomi
pascapandemi ini untuk kebaikan bersama. Dengan demikian, Indonesia akan
dicatat dalam sejarah dunia sebagai negara yang memimpin dunia menyelesaikan
masalah ekonomi dunia. Hal itu sebagaimana Indonesia telah dicatat dunia
sebagai negara yang mengumpulkan negara-negara terjajah di Asia Afrika untuk menegaskan
kemerdekaannya di Bandung yang selalu diperingati secara berkala itu.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment