Saturday, 16 April 2022

Selamatkan Mereka, Bro!


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Para mahasiswa ini memang unik. Mereka menyuarakan tuntutan yang sebenarnya sudah mudah sekali dijelaskan dan diselesaikan. Akan tetapi, ada foto-foto menarik yang bikin semakin seru dan menggelikan. Ada banyak mahasiswi yang berpose dengan beragam tulisan. Salah satunya menulis “Lebih Baik 3 Istri Daripada 3 Periode”. Foto itu saya dapatkan dari TIMES Indonesia.




            Entah mereka hanya bercanda atau memang poster mereka juga adalah tuntutan untuk dijadikan istri kedua, ketiga, atau keempat. Saya tidak tahu. Mungkin mereka telah mencoba berulang-ulang untuk menjajagi hubungan dengan pria-pria yang sebaya dengan mereka, tetapi tidak mendapatkan kenyamanan, ketenangan, dan pengasuhan yang baik. Berantem melulu. Mungkin juga mereka malah yang banyak ngasih jajan ke cowoknya karena pacarnya sulit sekali diandalkan dalam hal keuangan. Jadinya, mereka membayangkan untuk menjadi pasangan dari pria-pria yang sudah mapan dengan keuangan dan mampu menjadi imam yang lebih baik dibandingkan pacarnya yang sama-sama ingusan. Tidak tahulah.

            Saya jadi teringat pertanyaan seorang pengusaha kepada saya yang belum pernah bisa saya jawab sampai hari ini.

            Dia bertanya, “Kang, kenapa Akang tidak mau poligami, padahal banyak perempuan yang cinta sama Akang dan mau jadi istri Akang?

Kalau tidak Akang nikahi, Akang mungkin berdosa karena mungkin saja karena Akang tidak mau, mereka akhirnya dinikahi oleh para pengedar Narkoba, penjahat, dan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.”

            Saya kaget, merenung.

            Dia meneruskan kata-katanya, “Saya yakin Akang orang terpelajar, bertanggung jawab, baik, dan mampu untuk membina keluarga yang baik.

Kalau mereka dinikahi orang-orang buruk, bagaimana anak-anak mereka nanti?

Pasti anak-anaknya dididik dengan buruk dan menjadi keluarga buruk yang menumbuhkan orang-orang lemah dan buruk. Kalau dinikahi sama Akang, akan tumbuh keluarga-keluarga yang baik, berprestasi, dan shaleh-shaleh.”

Begitu kata dia dan sampai hari ini saya tidak bisa menjawab kata-kata dia. Bingung. Kata-katanya memang benar, kalau dinikahi orang-orang buruk, akan tumbuh keluarga yang buruk, padahal kita bisa menyelamatkannya. Akan tetapi, jujur saya pusing menjawabnya dan menanggapinya.

Jawaban yang paling mudah adalah, “Kita serahkan saja kepada Allah swt.”

Jawaban seperti itu sebenarnya sangat saya tidak sukai karena meminggirkan pikiran kita yang telah dianugerahkan Allah swt. Seharusnya, kita bisa menemukan solusinya. Akan tetapi, karena pusing, jawaban saya seperti itu.

Ketika dalam demonstrasi 11 April 2022, ada beberapa mahasiswi yang mengangkat poster tinggi-tinggi semacam itu, bisa jadi memang mereka harus diselamatkan. Kalau tidak dinikahi oleh orang-orang baik yang Pancasilais dan pecinta NKRI, mereka bisa jatuh ke pelukan para intoleran, radikalis, dan teroris. Artinya, orang-orang baik menelantarkan mereka dan membiarkan mereka membentuk keluarga-keluarga bajingan bodoh cacing cau. Keluarga ini akan menjadi pengacau ketertiban dan keharmonisan hidup bangsa dan Negara Indonesia. Coba kalau dinikahi oleh orang-orang baik, insyaallah akan terbentuk keluarga-keluarga yang baik dan menjadi pilar keharmonisan hidup dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia ini.

Bapak-bapak yang ganteng dan mapan, apakah tidak terpikirkan untuk menyelamatkan mereka dan menjadi suami yang baik bagi mereka dengan penuh kasih sayang?

Cobalah untuk berpikir dan bertindaklah cepat agar tidak membiarkan mereka tumbuh dalam asuhan para intoleran, radikalis, dan teroris.

Kalau sudah yakin, segera selamatkan mereka, saya hanya bisa mengucapkan, “Selamat bertengkar dengan istri di rumah masing-masing.”

Ceuk saya ge lieur kalau saya dihadapkan pada masalah seperti ini mah.

Hayu ah, wilujeng parasea sareng istrina masing-masing.

Sampurasun.

No comments:

Post a Comment