oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Narasi harus dilawan dengan
narasi jika tidak setuju dengan narasi itu. Pendapat harus dilawan dengan
pendapat. Pendapat itu ada yang bagus, ada yang jelek, ada yang memuji, ada
yang menyalahkan, ada yang membangun, atau ada yang menghinakan dan menghancurkan.
Mau jelek atau bagus, itu semua pendapat. Mau memuji atau menghina, itu adalah
pendapat. Opini harus dilawan dengan opini. Ekonomi harus dilawan dengan
ekonomi. Ilmu dengan ilmu. Semuanya harus berimbang.
Kalau narasi dilawan dengan pemukulan, itu tidak
berimbang, bodoh, dan bajingan. Bukan hanya soal Ade Armando, soal siapa saja,
kita ini masih banyak yang kampungan dan bego dalam menyelesaikan masalah.
Orang cerdas melakukan penelitian yang menggunakan otak dan narasi, lalu karena
kita tidak suka dan tidak setuju, kita pukuli, maki, persekusi, dan kita ancam
bunuh. Hal itu menyebabkan pengetahuan tidak berkembang dan terus hidup dalam
keterbelakangan. Jangan aneh kalau orang Islam belum bisa bikin pesawat luar
angkasa atau bahkan obeng dan alat rumah tangga sekalipun karena daya
kreativitasnya yang sering ditahan dan diganggu perkembangannya oleh
orang-orang yang sok suci, padahal bodoh nggak ketulungan dan bajingan melebihi
preman jalanan.
Saya sering menggunakan istilah “bajingan bodoh”. Ini
saya tujukan bagi orang-orang bodoh yang tidak memiliki ilmu, dalil, hujah, dan
kemampuan bernarasi. Ketika Ade Armando menyampaikan sebuah narasi atau
penuturan, kaget, dan tidak setuju. Akan tetapi, karena bodoh, mereka tidak
memiliki kemampuan yang sama seperti Ade Armando dalam menyampaikan pikiran
atau pengetahuan yang mereka anggap benar. Karena bodoh dan terus diberi
informasi menyesatkan, kemampuan yang mereka miliki akhirnya hanya kemampuan
seperti binatang, yaitu menggunakan fisiknya untuk menyerang dan mengalahkan
lawan. Padahal, Allah swt menganugerahkan otak adalah untuk berpikir dan tidak
menggunakan fisik untuk menyelesaikan masalah, kecuali terancam dan terpaksa.
Karena bodoh dan tidak memiliki kebiasaan menggunakan otak, hal yang muncul
adalah kebiasaan hewaninya yang menggunakan kekerasan fisik. Jadilah mereka
bajingan. Oleh sebab itu, saya menyebut orang-orang seperti itu sebagai
bajingan bodoh. Mereka tidak punya pengetahuan dan kemampuan bernarasi, tetapi
tidak mampu mengendalikan emosi sehingga yang muncul adalah insting hewaninya.
Kasus Ade Armando kemarin-kemarin itu adalah otak dilawan
fisik.
Siapa yang bodoh?
Kalau kerja otak, lawan lagi atuh dengan kerja otak.
Kalau kalian selalu menggunakan kemarahan dan fisik dalam menyelesaikan
masalah, kalian adalah sama dengan binatang, bahkan lebih rendah dibandingkan
binatang. Hal itu disebabkan kalian telah dianugerahkan otak, tetapi yang
digunakan hanya otot yang tidak beda dengan binatang.
Jangan jadi bajingan bodoh. Belajar yang benar, ngaji
yang benar, serta gunakan otak dan hati dalam menghadapi kehidupan ini. Adapun
fisik adalah untuk melengkapi kita dalam menggunakan otak dan hati hingga
menjadi manusia yang menyenangkan dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Bukan
manusia yang mengesalkan dan menakutkan bagi manusia lainnya.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment