Friday, 15 April 2022

Narasi Vs Narasi

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Narasi harus dilawan dengan narasi jika tidak setuju dengan narasi itu. Pendapat harus dilawan dengan pendapat. Pendapat itu ada yang bagus, ada yang jelek, ada yang memuji, ada yang menyalahkan, ada yang membangun, atau ada yang menghinakan dan menghancurkan. Mau jelek atau bagus, itu semua pendapat. Mau memuji atau menghina, itu adalah pendapat. Opini harus dilawan dengan opini. Ekonomi harus dilawan dengan ekonomi. Ilmu dengan ilmu. Semuanya harus berimbang.

            Kalau narasi dilawan dengan pemukulan, itu tidak berimbang, bodoh, dan bajingan. Bukan hanya soal Ade Armando, soal siapa saja, kita ini masih banyak yang kampungan dan bego dalam menyelesaikan masalah. Orang cerdas melakukan penelitian yang menggunakan otak dan narasi, lalu karena kita tidak suka dan tidak setuju, kita pukuli, maki, persekusi, dan kita ancam bunuh. Hal itu menyebabkan pengetahuan tidak berkembang dan terus hidup dalam keterbelakangan. Jangan aneh kalau orang Islam belum bisa bikin pesawat luar angkasa atau bahkan obeng dan alat rumah tangga sekalipun karena daya kreativitasnya yang sering ditahan dan diganggu perkembangannya oleh orang-orang yang sok suci, padahal bodoh nggak ketulungan dan bajingan melebihi preman jalanan.

            Saya sering menggunakan istilah “bajingan bodoh”. Ini saya tujukan bagi orang-orang bodoh yang tidak memiliki ilmu, dalil, hujah, dan kemampuan bernarasi. Ketika Ade Armando menyampaikan sebuah narasi atau penuturan, kaget, dan tidak setuju. Akan tetapi, karena bodoh, mereka tidak memiliki kemampuan yang sama seperti Ade Armando dalam menyampaikan pikiran atau pengetahuan yang mereka anggap benar. Karena bodoh dan terus diberi informasi menyesatkan, kemampuan yang mereka miliki akhirnya hanya kemampuan seperti binatang, yaitu menggunakan fisiknya untuk menyerang dan mengalahkan lawan. Padahal, Allah swt menganugerahkan otak adalah untuk berpikir dan tidak menggunakan fisik untuk menyelesaikan masalah, kecuali terancam dan terpaksa. Karena bodoh dan tidak memiliki kebiasaan menggunakan otak, hal yang muncul adalah kebiasaan hewaninya yang menggunakan kekerasan fisik. Jadilah mereka bajingan. Oleh sebab itu, saya menyebut orang-orang seperti itu sebagai bajingan bodoh. Mereka tidak punya pengetahuan dan kemampuan bernarasi, tetapi tidak mampu mengendalikan emosi sehingga yang muncul adalah insting hewaninya.

            Kasus Ade Armando kemarin-kemarin itu adalah otak dilawan fisik.

            Siapa yang bodoh?

            Kalau kerja otak, lawan lagi atuh dengan kerja otak. Kalau kalian selalu menggunakan kemarahan dan fisik dalam menyelesaikan masalah, kalian adalah sama dengan binatang, bahkan lebih rendah dibandingkan binatang. Hal itu disebabkan kalian telah dianugerahkan otak, tetapi yang digunakan hanya otot yang tidak beda dengan binatang.

            Jangan jadi bajingan bodoh. Belajar yang benar, ngaji yang benar, serta gunakan otak dan hati dalam menghadapi kehidupan ini. Adapun fisik adalah untuk melengkapi kita dalam menggunakan otak dan hati hingga menjadi manusia yang menyenangkan dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Bukan manusia yang mengesalkan dan menakutkan bagi manusia lainnya.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment