Friday, 15 April 2022

Perusuh Jalanan Senilai Cacing Cau

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Saya tidak pernah benar-benar melihat “cacing cau”, cacing buah pisang, tetapi sedari kecil sering mendengar istilah ini. Istilah cacing cau selalu diarahkan kepada orang-orang tidak bernilai, mengganggu, remeh, bloon, tidak masuk hitungan, hanya digunakan ketika perlu untuk segera dibuang dan tak lagi diingat-ingat.

            Para cacing cau yang saya maksud adalah orang-orang yang ditipu dengan informasi palsu dan kajian-kajian tak berdasar yang kemudian bergerak seolah-olah pembela agama atau pembela rakyat. Padahal, mereka hanyalah manusia rendahan yang masih harus banyak belajar. Mereka adalah orang-orang yang hidup dalam ilusi, dalam khayalan, dalam lamunan, dan dalam kebohongan. Mereka seolah-olah pejuang besar yang akan menggapai masa depan yang gemilang. Padahal, mereka hanyalah angka-angka kebodohan yang digunakan untuk mendapatkan uang dari para bohir.

            Mereka sok gagah, sok pintar, sok melebihi para ahli, padahal di kepalanya cuma dongeng. Mereka merasa keren ketika digunakan para bajingan bodoh untuk bergerak di jalanan bikin huru-hara. Mereka tidak sadar bahwa sesungguhnya sedang digerakkan oleh petualang politik dan penjahat ekonomi untuk mengacaukan bangsa dan Negara Indonesia. Nilai mereka itu hanya angka per kepala yang dihitung oleh para pengaju proposal huru hara di Indonesia kepada para bohir kerusuhan. Mereka hanya angka yang kemudian dijadikan dasar hitungan untuk mendapatkan uang. Mereka sudah sangat bangga dikasih nasi bungkus dan uang recehan, tetapi gayanya seperti bakal calon pejabat.

            Mereka tidak tahu bahwa para Korlap dan para bohir duduk-duduk bersenang-senang menghitung uang besar, baik dari penjahat dalam negeri, maupun dari penjahat luar negeri sejumlah miliaran dollar Amerika Serikat untuk mengguncangkan Indonesia. Para penjahat ini tidak suka melihat Indonesia yang bisa bertahan seperti ini dan melangkah maju menggapai masa keemasannya nanti. Para penjahat ini menggunakan cara-cara yang sama ketika menghancurkan Libya, Irak, Afghanistan, Suriah, dan yang lain-lain, yaitu membiayai para perusuh dengan menggunakan isu agama, terutama prokhilafah. Coba baca sejarah, ada banyak Ormas bloon sok shaleh terlibat di sana. Ketika hancur lebur, negeri itu pun harus rusak, bahkan dikuasai asing, jauh dari kemakmuran, jatuh miskin.

Para prokhilafah itu ke mana?

Mereka terus saja bikin dusta karena cuma itu yang mereka bisa. Mereka pun tidak bisa mengelola negeri yang telah dihancurkan mereka karena mereka pada dasarnya tidak bisa apa-apa. Negeri yang rusak itu diserahkan pada kekacauan itu sendiri.

Para cacing cau tidak tahu hal ini. Mereka hanya bergerak seolah-olah orang cerdas dan beriman, pahlawan bangsa. Padahal, mereka hanya umpan yang dibenturkan dengan aparat dan negara untuk kemudian dikorbankan, lalu dilupakan.

Saya kasih tahu kalian yang nilainya hanya cacing cau. Jangankan manusia cacing cau seperti kalian, orang terkenal sehebat Ratna Sarumpaet saja ketika masuk penjara, tidak ada yang besuk, tidak ada lagi yang peduli, lalu perlahan namun pasti dilupakan orang.

Kalian apalagi yang nilainya hanya cacing cau.

Siapa yang peduli terhadap kalian jika kalian masuk penjara?

Siapa yang sedih jika kalian terluka atau bahkan mati ditembak polisi?

Siapa yang akan mengurus kalian jika cacat permanen karena bentrok dengan kelompok lain yang tidak suka dengan kalian?

            Yang akan merawat kalian adalah keluarga kalian. Yang susah karena perilaku kalian adalah keluarga kalian. Yang malu dan terhina bukan cuma kalian, melainkan pula keluarga kalian. Itu juga kalau kalian masih dicintai keluarga kalian. Jika tidak, kalian hanya akan berkumpul di penjara dengan para begal, copet, pemerkosa, pembunuh, perampok, dan kriminal lainnya.

            Para bajingan bodoh dan para bohir itu sama sekali tidak tidak peduli terhadap keselamatan dan masa depan kalian. Mereka sama sekali tidak mengenal kalian karena kalian hanya cacing cau. Kalian tidak masuk hitungan dalam konteks politik daerah dan nasional. Kalian hanya cacing cau yang ditipu, dikasih uang receh, dan digunakan untuk bikin kerusuhan. Kemudian, kalian ditinggal dan dilupakan dengan kejam, tak ada penghargaan untuk kalian karena kalian cuma cacing cau.   

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment