oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Saya tidak pernah
benar-benar melihat “cacing cau”, cacing
buah pisang, tetapi sedari kecil sering mendengar istilah ini. Istilah cacing
cau selalu diarahkan kepada orang-orang tidak bernilai, mengganggu, remeh,
bloon, tidak masuk hitungan, hanya digunakan ketika perlu untuk segera dibuang dan
tak lagi diingat-ingat.
Para cacing cau yang saya maksud adalah orang-orang yang
ditipu dengan informasi palsu dan kajian-kajian tak berdasar yang kemudian
bergerak seolah-olah pembela agama atau pembela rakyat. Padahal, mereka
hanyalah manusia rendahan yang masih harus banyak belajar. Mereka adalah
orang-orang yang hidup dalam ilusi, dalam khayalan, dalam lamunan, dan dalam
kebohongan. Mereka seolah-olah pejuang besar yang akan menggapai masa depan
yang gemilang. Padahal, mereka hanyalah angka-angka kebodohan yang digunakan
untuk mendapatkan uang dari para bohir.
Mereka sok gagah, sok pintar, sok melebihi para ahli, padahal
di kepalanya cuma dongeng. Mereka merasa keren ketika digunakan para bajingan
bodoh untuk bergerak di jalanan bikin huru-hara. Mereka tidak sadar bahwa
sesungguhnya sedang digerakkan oleh petualang politik dan penjahat ekonomi
untuk mengacaukan bangsa dan Negara Indonesia. Nilai mereka itu hanya angka per
kepala yang dihitung oleh para pengaju proposal huru hara di Indonesia kepada
para bohir kerusuhan. Mereka hanya angka yang kemudian dijadikan dasar hitungan
untuk mendapatkan uang. Mereka sudah sangat bangga dikasih nasi bungkus dan
uang recehan, tetapi gayanya seperti bakal calon pejabat.
Mereka tidak tahu bahwa para Korlap dan para bohir
duduk-duduk bersenang-senang menghitung uang besar, baik dari penjahat dalam negeri,
maupun dari penjahat luar negeri sejumlah miliaran dollar Amerika Serikat untuk
mengguncangkan Indonesia. Para penjahat ini tidak suka melihat Indonesia yang
bisa bertahan seperti ini dan melangkah maju menggapai masa keemasannya nanti. Para
penjahat ini menggunakan cara-cara yang sama ketika menghancurkan Libya, Irak,
Afghanistan, Suriah, dan yang lain-lain, yaitu membiayai para perusuh dengan
menggunakan isu agama, terutama prokhilafah. Coba baca sejarah, ada banyak
Ormas bloon sok shaleh terlibat di sana. Ketika hancur lebur, negeri itu pun
harus rusak, bahkan dikuasai asing, jauh dari kemakmuran, jatuh miskin.
Para
prokhilafah itu ke mana?
Mereka
terus saja bikin dusta karena cuma itu yang mereka bisa. Mereka pun tidak bisa
mengelola negeri yang telah dihancurkan mereka karena mereka pada dasarnya
tidak bisa apa-apa. Negeri yang rusak itu diserahkan pada kekacauan itu
sendiri.
Para
cacing cau tidak tahu hal ini. Mereka hanya bergerak seolah-olah orang cerdas
dan beriman, pahlawan bangsa. Padahal, mereka hanya umpan yang dibenturkan
dengan aparat dan negara untuk kemudian dikorbankan, lalu dilupakan.
Saya
kasih tahu kalian yang nilainya hanya cacing cau. Jangankan manusia cacing cau
seperti kalian, orang terkenal sehebat Ratna Sarumpaet saja ketika masuk
penjara, tidak ada yang besuk, tidak ada lagi yang peduli, lalu perlahan namun
pasti dilupakan orang.
Kalian
apalagi yang nilainya hanya cacing cau.
Siapa
yang peduli terhadap kalian jika kalian masuk penjara?
Siapa
yang sedih jika kalian terluka atau bahkan mati ditembak polisi?
Siapa
yang akan mengurus kalian jika cacat permanen karena bentrok dengan kelompok
lain yang tidak suka dengan kalian?
Yang akan merawat kalian adalah keluarga kalian. Yang susah
karena perilaku kalian adalah keluarga kalian. Yang malu dan terhina bukan cuma
kalian, melainkan pula keluarga kalian. Itu juga kalau kalian masih dicintai
keluarga kalian. Jika tidak, kalian hanya akan berkumpul di penjara dengan para
begal, copet, pemerkosa, pembunuh, perampok, dan kriminal lainnya.
Para bajingan bodoh dan para bohir itu sama sekali tidak tidak
peduli terhadap keselamatan dan masa depan kalian. Mereka sama sekali tidak
mengenal kalian karena kalian hanya cacing cau. Kalian tidak masuk hitungan
dalam konteks politik daerah dan nasional. Kalian hanya cacing cau yang ditipu,
dikasih uang receh, dan digunakan untuk bikin kerusuhan. Kemudian, kalian
ditinggal dan dilupakan dengan kejam, tak ada penghargaan untuk kalian karena
kalian cuma cacing cau.
No comments:
Post a Comment