oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Ini teh Bulan Suci Ramadhan,
harus banyak berbicara dan berperilaku yang baik-baik, termasuk menulis hal
yang baik-baik. Akan tetapi, terpaksa kudu bicara kasar sedikit, mudah-mudahan
Allah swt mengampuni, karena muncul para bajingan tengik yang bikin huru-hara,
bikin kerusuhan, bergaya kayak pemilik surga, tetapi kurang ajar keterlaluan
sampai bikin macet jalan tol dan membakar pos polisi. Saking bajingannya, mereka
menganiaya Ade Armando yang sudah berusia lebih dari 60 tahun, main keroyokan
lagi. Malu-maluin. Soal ujaran Ade Armando yang dianggap menista agama, itu ada
salurannya melalui jalur hukum. Perilaku mengeroyok orang tua itu adalah
perilaku bajingan yang bikin orang jadi bodoh, hidup pada zaman purba.
Sudah saya bilang kan, tuntutan mahasiswa itu sudah
tenggelam dan menguap entah ke mana karena mahasiswa membiarkan para bajingan
itu ikut berada dalam aksi mahasiswa. Rakyat kini lebih tertarik pada berita
Ade Armando dibandingkan pada isu yang dibawa mahasiswa. Lain kali, mahasiswa cek
en ricek dulu kelompok mana saja yang akan ikut berpartisipasi dalam demo
mahasiswa. Jadi, bisa mencegah para bajingan untuk merusakkan demonstrasi yang
sebetulnya bisa menjadi kegiatan cerdas itu.
Di samping bajingan, mereka itu bodoh. Saking bodohnya,
mereka mengupload video ketika Ade Armando dianiaya dengan bangga seperti
sebuah perayaan kemenangan. Mirip PKI dulu yang memasukkan para jenderal ke
dalam sumur sambil bergembira. Padahal, dengan mengupload video dan melakukan
penganiayaan di tempat umum yang bisa terekam kamera CCTV, mempermudah mereka
dikenali oleh masyarakat dan pihak kepolisian. Kini mereka pun terancam hukuman
pidana.
Bodoh kan?
Kayak yang bangga, tetapi merugikan dirinya sendiri
sehingga mudah dikenali polisi. Kini polisi sudah menangkap dua dari enam orang
penganiaya Ade Armando. Yang empat lagi diharapkan menyerahkan diri. Kalau
tidak, akan ditangkap secara paksa.
Orang-orang bodoh lainnya dengan bangga mengupload
video-video kerusuhan, penganiayaan, huru-hara, dan lain sebagainya. Hal itu
menunjukkan bahwa mereka itu bodoh dan hanya tahu tentang huru-hara tanpa
mengenal upaya mencari jalan keluar memecahkan masalah dan memberikan banyak
solusi untuk kebaikan bersama. Di kepala mereka sebagian besar hanya berisi
tentang kekacauan.
Polisi sudah mengenali mereka dan bertekad menggusurnya
masuk ruang sidang pengadilan untuk mendapatkan hukuman dari hakim.
Karena para bajingan itu sangat bodoh, mengira dirinya
pejuang dan telah menang, padahal terancam puasa di penjara, lebaran di
penjara, disiksa napi lainnya di dalam penjara, dan meringkuk di tahanan
meninggalkan keluarga dalam waktu yang lama, membuat diri mereka seperti
pelawak. Udah mah bajingan, bodoh lagi nge-upload aksi bajingan mereka hingga
mudah ditangkap polisi.
Beginilah yang tidak saya suka, generasi muda kita yang
sebetulnya harus menjadi generasi cerdas, ikut-ikutan terpengaruh jadi bajingan
bodoh yang lucu itu. Kita diminta dunia menyelesaikan masalah krisis dunia, di
dalam negeri kita malah menonton para bajingan bodoh yang lucu itu.
Jangan jadi bajingan, jangan jadi bodoh. Kalau melucu,
jadilah komedian yang cerdas dan bukan lucu karena kebodohan kalian sendiri.
No comments:
Post a Comment