Friday 10 March 2017

Islam Disayang dan Dibenci

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Islam disayang dan dibenci. Begitulah kira-kira sikap orang Barat nonmuslim dalam bersikap terhadap Islam. Jika Islam mendukung hawa nafsu mereka, Islam pun diberikan penghormatan, difasilitasi, dan disayangi. Jika Islam menentang hawa nafsu mereka, Islam pun dibenci, dimusuhi, dan difitnah. Jadi, sikap mereka kepada Islam bukan disebabkan ajaran Islam dan bukan pula disebabkan perilaku orang Islam, melainkan disebabkan kepentingan hawa nafsu mereka, baik itu politik maupun ekonomi.

            Hal itu bisa diperhatikan dari berbagai fenomena di dunia ini. Ketika hawa nafsu mereka mendapatkan kesamaan dengan Islam, Islam pun diberi banyak kemudahan, misalnya, saat memerangi komunis dan unisoviet. Banyak uang, makanan, fasilitas, dan senjata digelontorkan bagi umat Islam dalam memerangi komunis. Akan tetapi, ketika umat Islam meminta hak-haknya dipenuhi, disebut radikal dan garis keras.  

            Ketika beberapa umat Islam ikut-ikutan menyebarkan khayalan Yahudi dan Nasrani bahwa Yerusalem adalah Kota Suci Ketiga Umat Islam, Islam pun disahabati. Akan tetapi, ketika Palestina ingin merdeka, Islam disebut teroris.

            Hal yang nyata pun ditulis oleh T.D. Sudjana dalam artikelnya yang berjudul Tokoh Siliwangi dalam Pandangan Tradisi Keraton Cirebon (1991). Ketika bangsawan Inggris berkuasa di Yerusalem, mereka melakukan perampokan dan pembunuhan terhadap kafilah-kafilah saudagar kaum muslim. Oleh sebab itu, Sultan Salahudin Al Ayubi marah bukan main, lalu melakukan penyerangan. Untuk mendapat simpati dari dunia internasional, pasukan Inggris menyebarkan fitnah bahwa pasukan Salahudin adalah pasukan syetan sehingga pertempuran itu disebut mereka sebagai crusade, ‘Perang Salib’ untuk menimbulkan kesan perang antara agama Kristen dan agama Islam. Padahal, perang itu bukanlah perang antaragama, melainkan akibat kerakusan dan ketololan pasukan Inggris yang melakukan gangguan terhadap rombongan saudagar Islam. Dalam hal ini, Islam dibenci, dimusuhi, dipojokkan, dan difitnah.  

            Bagi Salahudin, itu bukanlah perang agama, melainkan perang untuk membela kebenaran, kehormatan, dan keadilan yang dilakukan oleh pasukan muslim. Banyak pula sesungguhnya anggota pasukan Salahudin yang tidak beragama Islam. Salah seorang panglima Sultan Salahudin adalah beragama Kristen, namanya Isa. Ia dihadiahi Sultan Salahudin seorang puteri bangsawan Inggris yang dirampas karena Inggris kalah perang.

            Kebencian dan propaganda agama untuk menyudutkan Islam itu tidak berhasil karena Sultan Salahudin Al Ayubi berhasil merebut Yerusalem dan membuat pasukan Inggris kalah total.

            Akan tetapi, dalam waktu lain, saat Perang Dunia II, Inggris mendekati Islam dan menggunakan semangat Islam untuk mengalahkan Musolini dan Hitler. Inggris berupaya keras untuk mendapatkan dukungan kaum muslimin di Timur Tengah agar sama-sama membenci Musolini dan Hitler. Tak tanggung-tanggung, tank-tank baja pasukan Inggris ditulisi nama SALADIN untuk mengingatkan kaum muslimin terhadap keberanian dan kepahlawanan Sultan Salahudin Al Ayubi. Di samping itu, Inggris tahu betul bahwa nama Saladin adalah lambang moralitas dan sikap mulia hidup muslim yang terpancar dari sosok Sultan Salahudin Al Ayubi. Dengan menggunakan nama SALADIN, Inggris pun berharap bahwa bangsanya dapat dipahatkan dalam sejarah dunia sebagai bangsa yang memiliki “nama baik” sebagaimana aura nama SALADIN dalam sejarah kaum muslimin.

            Begitulah kaum barat nonmuslim yang membenci dan menyayangi Islam sesuai hawa nafsu mereka sendiri.

            Bagi kita, perilaku barat seperti itu sama sekali tidak perlu dicontoh karena mereka melakukan hal itu bukan disebabkan ajaran Islam atau sikap hidup Islam, melainkan berdasarkan kepentingan hawa nafsu mereka, baik politik maupun ekonomi. Bagi seorang muslim, bersikap kepada Islam bukanlah bergantung hawa nafsu, melainkan wajib menundukkan hawa nafsu, baik politik maupun ekonomi, sesuai dengan ajaran Islam. Jadi, haram hukumnya seorang muslim untuk memperalat Islam dan kaum muslimin untuk kepentingan hawa nafsu berdasarkan politik dan ekonomi. Seorang muslim harus menundukkan hawa nafsu politik dan ekonominya sesuai dengan ajaran Islam.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment