oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Islam
disayang dan dibenci. Begitulah kira-kira sikap orang Barat
nonmuslim dalam bersikap terhadap Islam. Jika Islam mendukung hawa nafsu
mereka, Islam pun diberikan penghormatan, difasilitasi, dan disayangi. Jika
Islam menentang hawa nafsu mereka, Islam pun dibenci, dimusuhi, dan difitnah.
Jadi, sikap mereka kepada Islam bukan disebabkan ajaran Islam dan bukan pula
disebabkan perilaku orang Islam, melainkan disebabkan kepentingan hawa nafsu
mereka, baik itu politik maupun ekonomi.
Hal itu bisa diperhatikan dari berbagai fenomena di dunia
ini. Ketika hawa nafsu mereka mendapatkan kesamaan dengan Islam, Islam pun
diberi banyak kemudahan, misalnya, saat memerangi komunis dan unisoviet. Banyak
uang, makanan, fasilitas, dan senjata digelontorkan bagi umat Islam dalam
memerangi komunis. Akan tetapi, ketika umat Islam meminta hak-haknya dipenuhi,
disebut radikal dan garis keras.
Ketika beberapa umat Islam ikut-ikutan menyebarkan khayalan
Yahudi dan Nasrani bahwa Yerusalem adalah Kota Suci Ketiga Umat Islam, Islam
pun disahabati. Akan tetapi, ketika Palestina ingin merdeka, Islam disebut
teroris.
Hal yang nyata pun ditulis oleh T.D. Sudjana dalam
artikelnya yang berjudul Tokoh Siliwangi
dalam Pandangan Tradisi Keraton Cirebon (1991). Ketika bangsawan Inggris berkuasa
di Yerusalem, mereka melakukan perampokan dan pembunuhan terhadap
kafilah-kafilah saudagar kaum muslim. Oleh sebab itu, Sultan Salahudin Al Ayubi marah bukan main, lalu melakukan
penyerangan. Untuk mendapat simpati dari dunia internasional, pasukan Inggris
menyebarkan fitnah bahwa pasukan Salahudin adalah pasukan syetan sehingga
pertempuran itu disebut mereka sebagai crusade,
‘Perang Salib’ untuk menimbulkan kesan perang antara agama Kristen dan agama
Islam. Padahal, perang itu bukanlah perang antaragama, melainkan akibat kerakusan
dan ketololan pasukan Inggris yang melakukan gangguan terhadap rombongan
saudagar Islam. Dalam hal ini, Islam dibenci, dimusuhi, dipojokkan, dan
difitnah.
Bagi Salahudin, itu bukanlah perang agama, melainkan
perang untuk membela kebenaran, kehormatan, dan keadilan yang dilakukan oleh
pasukan muslim. Banyak pula sesungguhnya anggota pasukan Salahudin yang tidak
beragama Islam. Salah seorang panglima Sultan Salahudin adalah beragama
Kristen, namanya Isa. Ia dihadiahi Sultan Salahudin seorang puteri bangsawan
Inggris yang dirampas karena Inggris kalah perang.
Kebencian dan propaganda agama untuk menyudutkan Islam
itu tidak berhasil karena Sultan Salahudin Al Ayubi berhasil merebut Yerusalem
dan membuat pasukan Inggris kalah total.
Akan tetapi, dalam waktu lain, saat Perang Dunia II,
Inggris mendekati Islam dan menggunakan semangat Islam untuk mengalahkan Musolini
dan Hitler. Inggris berupaya keras untuk mendapatkan dukungan kaum muslimin di
Timur Tengah agar sama-sama membenci Musolini dan Hitler. Tak
tanggung-tanggung, tank-tank baja pasukan Inggris ditulisi nama SALADIN untuk
mengingatkan kaum muslimin terhadap keberanian dan kepahlawanan Sultan
Salahudin Al Ayubi. Di samping itu, Inggris tahu betul bahwa nama Saladin
adalah lambang moralitas dan sikap mulia hidup muslim yang terpancar dari sosok
Sultan Salahudin Al Ayubi. Dengan menggunakan nama SALADIN, Inggris pun
berharap bahwa bangsanya dapat dipahatkan dalam sejarah dunia sebagai bangsa
yang memiliki “nama baik” sebagaimana aura nama SALADIN dalam sejarah kaum
muslimin.
Begitulah kaum barat nonmuslim yang membenci dan
menyayangi Islam sesuai hawa nafsu mereka sendiri.
Bagi kita, perilaku barat seperti itu sama sekali tidak
perlu dicontoh karena mereka melakukan hal itu bukan disebabkan ajaran Islam
atau sikap hidup Islam, melainkan berdasarkan kepentingan hawa nafsu mereka,
baik politik maupun ekonomi. Bagi seorang muslim, bersikap kepada Islam
bukanlah bergantung hawa nafsu, melainkan wajib menundukkan hawa nafsu, baik
politik maupun ekonomi, sesuai dengan ajaran Islam. Jadi, haram hukumnya
seorang muslim untuk memperalat Islam dan kaum muslimin untuk kepentingan hawa
nafsu berdasarkan politik dan ekonomi. Seorang muslim harus menundukkan hawa
nafsu politik dan ekonominya sesuai dengan ajaran Islam.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment