Monday 13 March 2017

Teori Darwin Vs Teori Ledakan Penciptaan

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Saya sebetulnya tidak suka dengan istilah Teori Darwin karena kata “teori” itu seolah-olah merupakan hasil dari pengamatan fenomena dengan banyak kumpulan data yang kemudian memunculkan hipotesa. Kemudian, hipotesa itu diuji, dianalisis, entah dengan metode kuantitatif maupun kualitatif dengan berbagai alat analisis yang kemudian menghasilkan simpulan dan saran. Dengan demikian, hasil penelitian itu bisa melahirkan sebuah teori. Dalam kenyataannya, dari pendapat para pemapar buku Darwin yang berjudul The Origin Species, dalam isi buku itu hanya ada fenomena, kemudian memunculkan dugaan atau hipotesa tanpa ada data-data yang dapat dianalisis dengan alat-alat analisis yang tepat. Jadi, penelitian, analisis, dan eksperimennya belum pernah dilakukan. Semuanya hanya dugaan. Dengan demikian, tidak tepat jika menggunakan istilah “Teori Darwin”. Istilah yang tepat seharusnya Hipotesa Darwin atau Dugaan Darwin  karena memang hanya baru tahap dugaan dan belum ada penelitian yang mendalam.

            Sebetulnya, kalau hanya dugaan, sah-sah saja dalam ilmu pengetahuan. Akan tetapi, apabila dugaan itu disebut sebuah kebenaran, namanya berubah menjadi hoax. Apa pun itu, baik ilmu pengetahuan maupun berita, jika baru sebatas fenomena kemudian memunculkan dugaan, tetapi menganggap bahwa dugaan itu adalah sebuah kebenaran, namanya hoax.

            Dugaan itu hanya kira-kira. Orang tua Sunda menyebutnya meureun. Adapun meureun teh jauh ka enya, ‘dugaan/kira-kira itu jauh dari kenyataan’. Oleh sebab itu, untuk memastikan sebuah dugaan, harus dilakukan pengujian dan penelitian sehingga didapat hasil apakah dugaan itu benar atau tidak. Tanpa ada pengujian, dugaan hanyalah dugaan dan bukan kenyataan. Jika dugaan disebut kenyataan, itulah namanya hoax.

            Darwin hanya sampai pada tahap dugaan dan tidak pernah menguji dugaannya itu sehingga mendapatkan simpulan. Saya senang sekali jika ada pendukung Darwin dari negara mana pun yang mampu menerangkan bagaimana cara Darwin dalam mengumpulkan data, menguji data-data itu, memaparkan alat-alat analisisnya sampai memunculkan sebuah simpulan dan saran bagi pengembangan ilmu pengetahuan berikutnya. Kalau tidak ada yang bisa, Darwin memang kenyataannya hanya sampai pada tahap menduga. Apabila dugaan Darwin disebut kebenaran atau kenyataan,  istilahnya harus diubah menjadi Darwin Hoax atau The Hoax of Darwin.

            Para pendukung dugaan Darwin masih tetap ada disebabkan paling tidak tiga hal, yaitu enggan mengakui keberadaan Allah swt, tidak mendapatkan kepuasan dalam beragama, dan tidak mendapatkan jawaban yang pasti untuk menjatuhkan dugaan Darwin. Setidak-tidaknya, itulah yang saya dapatkan setelah sering sekali berdebat dengan lebih dari dua ratus para ateis luar negeri. Mereka rata-rata orang yang gemar berpikir, tetapi tidak memiliki rel untuk berpikir yang benar sehingga pikirannya menjadi sangat liar. Orang-orang beragama di luar negeri, terutama Kristen mengajari mereka dengan dogma-dogma yang membingungkan disertai tuduhan-tuduhan sesat, kafir, dan calon penghuni neraka. Demikian pula orang-orang Islam di sana banyak yang terlalu sibuk ingin mendirikan kekhalifahan sehingga mempolarisasi masyarakat dalam dua golongan besar, yaitu muslim dan kafir. Memang benar bahwa di dunia ini hanya ada muslim dan kafir, tetapi yang lebih parah adalah dua golongan besar ini semakin diperbesar benteng pemisahnya sehingga muncul fenomena sikap “ikut aku atau ikut mereka”. Dengan demikian, para pendukung dugaan Darwin yang sebagian besar ateis tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan atas keresahannya. Oleh sebab itu, mereka mati-matian mendukung dugaan Darwin sebagai sebuah teori yang dianggap sebuah kebenaran meskipun tak bisa dipertanggungjawabkan dan tak bisa diterangkan secara ilmiah.

            Akan tetapi, meskipun mereka sudah kalah berdebat dan mengakui dengan jujur bahwa pendapat saya adalah benar dalam menjatuhkan dugaan Darwin, masih tetap bertahan dalam pendapatnya yang salah itu. Hal itu disebabkan ada penyakit dalam diri mereka yang sudah menahun, yaitu keengganan untuk melakukan ritual-ritual agama apa pun. Bahkan, ada yang menyarankan saya untuk beralih menjadi Kristen karena dalam Kristen tidak ada shalat, puasa, dan ritual-ritual Islam yang bagi mereka terasa memberatkan. Saya sih cuma tertawa saja karena shalat, puasa, dan ritual-ritual lainnya bagi saya sama sekali tidak memberatkan, bahkan meringankan hidup saya karena ritual-ritual itu merupakan pegangan bagi saya dalam menyeimbangkan hidup saya.

            Adapula seorang ateis Inggris yang sudah kalah berdebat beralih menggunakan kata-kata ejekan bahwa menurutnya setiap orang yang beragama itu bodoh, “Kalian orang-orang bodoh yang percaya bahwa Nabi Adam adalah hidup bersama para dinosaurus.”

            Saya sih tertawa saja. Dia sesat berpikir karena banyak orang yang beragama menerangkan bahwa Adam as adalah manusia pertama. Kalau disebut manusia pertama, berarti Adam as harus hidup pada zaman purba barengan dengan dinosaurus.

            Saya jawab saja, “Hahaha … siapa orang bodoh yang mengajari kamu hal bodoh seperti itu?”

            Dia tidak menjawab lagi sampai sekarang.

            Intinya, Darwin menduga bahwa makhluk hidup itu berasal dari makhluk bersel satu yang kemudian berkembang, baik secara fisik maupun intelektual. Secara fisik berubah menyesuaikan kebutuhan hidup dan alam. Secara intelektual berkembang dari tidak tahu menjadi tahu. Semuanya itu terjadi secara alamiah, berasal dari alam menjadi alam. Alam menciptakan alam. Alam menciptakan dirinya sendiri.

            Sayangnya, tak ada bukti tentang hal itu. Tak pernah ditemukan fosil beruang yang sedang memendek keempat kakinya, lalu tumbuh sirip di perut dan punggungnya untuk kemudian menjadi hiu.  Tak pernah ditemukan fosil kadal dan cicak yang kaki depannya dalam proses berubah menjadi sayap dan kaki depannya menjadi tumpuan untuk berdiri sehingga menjadi burung. Fosil-fosil yang ditemukan sebagai penunjang dugaan Darwin semuanya bohong dan terbukti palsu. Misalnya, pernah diklaim ada fosil tulang belulang babi hutan yang sedang berubah menjadi anjing. Ternyata, setelah diteliti itu hanyalah penggabungan antara kepala anjing biasa dengan babi hutan biasa. Sempat pula beredar luas penemuan ada manusia berbadan tegap dengan kerangka kepala monyet, tetapi ternyata sama saja hanya penipuan dengan cara menggabungkan tengkorak monyet dengan kerangka tubuh manusia. Adapula yang melakukan penipuan dengan cara menggunakan gips dengan bentuk seolah-olah monyet yang sedang berkembang menjadi manusia, tetapi akhirnya ketahuan juga bohongnya.

            Kalaulah para ateis itu berpendapat bahwa ada monyet yang telah berbentuk menjadi manusia sempurna, lalu berkembang biak menjadi banyak dan menjadi leluhur pertama manusia, hal itu sama saja dengan keyakinan bahwa Adam as adalah manusia pertama.

            Akibatnya, mereka tetap bingung bagaimana bisa bahwa manusia pertama yang jelas menggunakan bahasa, tetapi generasi berikutnya menggunakan bahasa yang berbeda dengan manusia berikutnya?

            Manusia pertama tentunya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa.

            Bahasa apa?

            Kapan dimulainya terjadi ribuan bahasa yang berbeda di dunia ini, padahal berasal dari satu manusia yang sama?

            Mengapa bahasa manusia yang pertama itu ditinggalkan sampai tidak dikenali lagi?

            Mengapa bahasanya jadi sangat jauh berbeda dan bentuk hurufnya pun berbeda pula, seperti, Arab, Jepang, Cina, Sunda, Jawa, dan lain sebagainya?

            Tak ada jawaban untuk itu semua karena mereka salah berpikir dan tak punya landasan yang jelas. Hal itu sudah menunjukkan bukti bahwa Darwin itu hanya sebatas menduga dan tak pernah melakukan penelitian mendalam atas dugaannya itu.

            Kalaulah para pendukung Darwin yang ateis itu menganggap bahwa orang Afrika, Papua masih setengah manusia dan setengah binatang karena masih dalam proses menuju kesempurnaan untuk menjadi orang Melayu, Cina, atau Jepang sehingga menjadi manusia paling sempurna yang berkulit putih seperti di Barat, mengapa banyak orang yang berkulit hitam lebih cerdas, lebih pandai, dan lebih sukes dibandingkan orang kulit putih?

            Tak ada jawaban pula untuk hal seperti itu.


Teori Ledakan Penciptaan
Teori yang paling masuk akal adalah Teori Ledakan Penciptaan. Teori ini diperkenalkan oleh Harun Yahya. Bukan Teori Big Bang. Teori Big Bang artinya Teori Ledakan Besar yang menerangkan bagaimana Bumi dan langit ini tercipta. Adapun Teori Ledakan Penciptaan adalah teori yang menjelaskan bagaimana Allah swt menciptakan makhluk hidup.

            Dalam penelitiannya, Harun Yahya menemukan bahwa para ahli fosil hanya menemukan tulang belulang binatang purba dalam jumlah yang banyak dalam waktu tertentu dengan bentuk tertentu yang sama. Tak ada fosil binatang purba yang sedang berubah bentuk, tetapi yang ada hanyalah fosil yang sama bentuknya dalam jumlah yang teramat banyak pada periode tertentu. Dari berbagai jenis fosil yang ditemukannya, Harun Yahya menyimpulkan bahwa Allah swt menciptakan makhluk tertentu pada periode tertentu dan berkembang menjadi sangat banyak dengan bentuk yang tetap dari awal penciptaan sampai dengan akhir kepunahannya. Tak ada yang berevolusi. Itulah yang disebut Teori Ledakan Penciptaan.

            Hal yang sama pun terjadi pada manusia. Allah swt menciptakan manusia dari sepasang manusia, laki-laki dan perempuan, untuk satu suku tertentu. Allah swt menciptakan sepasang suami isteri itu secara fisik terlebih dahulu yang disesuaikan dengan keadaan alam tempat mereka diciptakan. Setelah itu, Allah swt menanamkan berbagai pengetahuan kepada mereka sebagai modal kerja mereka hidup dan sesuai dengan tantangan mereka hidup. Demikian pula, Allah swt menciptakan bahasa tertentu untuk mereka agar dapat berkomunikasi, baik di antara mereka sendiri maupun untuk berkomunikasi dengan alam dan terutama berkomunikasi dengan Allah swt. Untuk setiap suku, Allah swt menciptakan sepasang suami istri tertentu dengan cara yang sama. Dari sanalah manusia mulai berkembang, belajar, dan terus mengembangkan dirinya, baik kuantitas maupun kualitas. Setiap suku diciptakan sepasang suami isteri tertentu sebagai leluhur awal suku itu dengan bahasa dan ilmu pengetahuan tertentu.

            Dalam menerangkan hal penciptaan serupa itu, Allah swt memberikan contoh dengan memberitakan bagaimana Adam as diciptakan. Adam as diciptakan secara fisik hingga sempurna, kemudian diberi berbagai pengetahuan secara langsung tanpa proses belajar sebagai modal awal untuk menjalani hidupnya. Oleh sebab itu, Allah swt memerintahkan para malaikat untuk sujud sebagai tanda penghormatan kepada Adam as yang telah diberi pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan para malaikat. Kemudian, Allah swt memberikan pula pasangannya Siti Hawa agar dapat berkembang, baik kuantitas maupun kualitas.

            Bukan hanya masuk akal proses penciptaan serupa itu, melainkan pula mendapatkan landasan yang jelas berupa firman Allah swt di dalam Al Quran.

            Hal ini bisa dilihat dari QS Al Hujurat 49 : 13.

            “Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti.”

            Penciptaan dengan membedakan suku, fisik, bahasa yang berbeda dimaksudkan agar manusia dapat saling mengenal dan saling berbagi sehingga dapat survive dalam menjalani hidup dan kehidupan sesuai dengan yang direncanakan Allah swt.

            Untuk lebih memahaminya, penciptaan seperti ini mirip-mirip dengan permainan video games.  Setiap pembuat game, baik game adventure ataupun tidak, selalu memberikan modal dasar bagi setiap karakter yang dimainkan dalam game tersebut. Tokoh karakter yang dimainkan game tersebut akan berkembang menjadi kuat, besar, dan kaya jika mampu menemukan aset-aset yang disediakan Sang Pencipta Game untuk menghadapi setiap tantangan yang ada dalam game tersebut sampai permainan itu berakhir. Bagi pemain game yang pandai dan tekun, akan mendapatkan banyak materi dan aset untuk melengkapi dirinya hingga menjadi pemenang dalam game tersebut dan berakhir menyenangkan. Akan tetapi, pemain game yang tidak tekun, tidak sabaran, tidak teliti, dan emosian kerap jatuh gagal dan … game over. Dia tidak berhasil menjalankan karakternya sebagaimana yang diharapkan Sang Pencipta Game.

            Hal yang sedikit agak lebih jelas adalah mirip dengan permainan Sim City. Setiap keluarga atau setiap orang diberi modal dasar minimal oleh Sang Perancang Game agar dapat melanjutkan permainan dari awal sampai dengan akhir. Kepandaian dan ketekunan pemain game Sim City akan sangat menentukan keberhasilan dan atau kegagalan setiap karakter yang dimainkan. Setiap karakter yang dimainkan akan bisa menjadi sangat kaya raya dan berhasil hidupnya jika mampu mengikuti petunjuk Sang Pembuat Game. Sebaliknya, pemain game yang seenaknya dan malas mudah menyerah, tidak akan pernah berhasil hidup dan menghidupkan karakter dalam game tersebut sehingga berakhir naas, bahkan mati total dan … game over.

            Seperti itulah kira-kira Allah swt menciptakan kita semua, memberikan modal dasar, memberikan tantangan, memberikan alat, menyediakan fasilitas, sekaligus menyiapkan kegagalan dan keberhasilan. Semua itu diserahkan kepada diri kita sendiri untuk menjalaninya. Agar permainan hidup ini lebih baik, diturunkanlah para nabi dengan petunjuk agar setiap peserta kehidupan dunia  dapat memainkan peran yang tepat dan benar. Bagi mereka yang mengikuti buku petunjuk dengan benar, berhasillah hidupnya. Bagi mereka yang seenaknya tanpa buku panduan, gagallah hidupnya.

            Jadi, dugaan Darwin sama sekali tidak masuk akal dan tidak memiliki landasan berpikir yang jelas. Adapun Teori Ledakan Penciptaan sangat masuk akal, bisa dipertanggungjawabkan secara ilmu pengetahuan, dan memiliki landasan pikir yang jelas berupa firman Allah swt.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment