oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Para penipu ini gemar sekali
menggunakan ayat-ayat Al Quran, hadits-hadits Nabi saw, dan membuat
dongeng-dongeng murahan untuk mengelabui masyarakat. Mereka melakukannya agar
mendapatkan kepercayaan, kehormatan, keagungan, kedudukan, kekuasaan, materi,
uang recehan, dan hal-hal yang bersifat duniawi lainnya semisal politik dan
ekonomi. Mereka berbicara seolah-olah telah mendapatkan wangsit dari Allah swt untuk
mengarahkan manusia ke arah hawa nafsunya sendiri. Mereka bertingkah laku bak
orang-orang mulia dan saleh, padahal sesungguhnya sedang melakukan penipuan
kepada orang banyak dan mereka sendiri percaya bahwa tipuan itu adalah
kebenaran yang nyata hingga mati-matian memperjuangkannya.
Allah swt tahu itu semua sejak lama. Oleh sebab itu,
Allah swt mengingatkan kita semua terhadap manusia-manusia semacam itu.
“Dan di antara
manusia ada yang berkata, ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir.’ Padahal,
sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS Al Baqarah
: 8)
Mereka mengakui diri sebagai orang beriman, tetapi dalam
pandangan Allah swt mereka bukanlah orang-orang yang beriman. Hal itu
disebabkan mereka kerap memutarbalikkan fakta, melakukan kedustaan, dan
mengaburkan permasalahan. Mereka menipu manusia lainnya dengan segala
retorikanya agar manusia menganggap diri mereka adalah pihak yang benar. Mereka
sama saja dengan hendak menipu Allah swt dengan segala kata-kata busuk dan
perilaku kotornya.
“Mereka menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri
tanpa mereka sadari.” (QS Al Baqarah : 9)
Mereka memutarbalikkan pemahaman ayat-ayat Allah swt.
Mereka menyelewengkan maksud Allah swt hanya untuk menipu manusia agar
mendapatkan keuntungan duniawi atau meluapkan emosi kebencian dalam diri mereka
kepada pihak-pihak yang mereka benci. Padahal, mereka sendiri tahu bahwa yang
dilakukan mereka adalah salah. Akan tetapi, karena kebencian kepada pihak lain dan
cintanya terhadap uang, kehormatan, dan kekuasaan yang begitu tinggi, mereka
pun membutakan mata hati, perasaan, dan pikiran mereka dari kebenaran yang
hakiki. Mereka memiliki banyak penyakit dalam hatinya.
“Dalam hati mereka
ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu dan mereka mendapat azab yang
pedih karena mereka berdusta.” (QS Al Baqarah : 10)
Mereka sendiri sadar penyakit-penyakit hati yang mereka
derita. Akan tetapi, mereka menikmatinya dan memelihara penyakit hati itu.
Mereka pun hampir tidak ingin membersihkan penyakit-penyakit itu dari hatinya.
Oleh sebab itu, Allah swt menambah lagi penyakit-penyakit hati mereka sehingga
semakin banyak dan semakin sulit diperbaiki. Penyakit-penyakit hati itu akan
dan telah menyiksa mereka setiap hari sejak bangun tidur sampai tidur lagi. Bahkan,
saat tidur pun mimpinya sering tentang kebencian, kehormatan, dan kekuasaan.
Penyakit hati yang setiap hari bertambah itu terus semakin parah karena mereka
gemar sekali berdusta. Berbicara seolah-olah membela kebenaran dan Allah swt,
padahal sedang mempermalukan Islam dan kaum muslimin.
Jika dinasihati untuk tidak meneruskan perilaku buruknya,
mereka tidak akan menerimanya. Mereka tetap angkuh dan menganggap diri mereka
sendiri benar. Mereka telah digelapkan oleh kesombongan dan kebodohannya.
Karena terlalu sering berdusta dan menikmati kedustaan itu, mereka pun
menganggap kedustaan itu sebagai hal yang baik dan benar. Tak jelas lagi bagi
mereka hal yang baik, benar, buruk, dan dusta. Mereka menganggap apa yang ada
di pikiran dan kata-kata mereka adalah benar-benar sebagai kebenaran. Standar
hidup mereka adalah hawa nafsu yang dikemas atas nama Islam.
“Dan apabila
dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah membuat kerusakan di muka Bumi!”, mereka
menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.’.” (QS
Al Baqarah : 11)
Jelas sekali karena terlalu banyak berdusta dan terus
berdusta, mereka menganggap kedustaannya itu sebagai kebenaran. Akibatnya,
mereka mengira bahwa perilaku buruk yang mereka lakukan adalah sebagai upaya
perbaikan. Ketika mereka mempengaruhi orang untuk membuat huru-hara, mereka
anggap sebuah kebaikan karena merupakan perjuangan. Ketika membuat
berita-berita palsu, mereka menganggapnya sebagai kenyataan karena sudah
dibutakan oleh dugaan-dugaan yang sesuai dengan hawa nafsu.
Allah swt menegaskan dengan sangat terang benderang bahwa
sesungguhnya mereka yang gemar memutarbalikkan fakta dan menggunakan ayat-ayat
Al Quran untuk kepentingan politik, ekonomi, kekuasaan, harta benda, dan uang
recehan adalah sesungguhnya orang-orang yang sedang melakukan kerusakan di muka
Bumi. Sehebat apa pun mereka berbicara, mereka adalah penipu dan perusak.
Sesaleh apa pun klaim mereka, sesungguhnya mereka adalah penipu dan perusak.
“Ingatlah,
sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.” (QS
Al Baqarah : 12)
Karena terlalu sering berdusta dan memutarbalikkan
kenyataan, karena telah menganggap perilaku buruk mereka sebagai kebenaran,
mereka tidak sadar bahwa sesungguhnya merekalah para penipu dan perusak yang sebenarnya
menipu dan merusakkan diri sendiri.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment