Monday 27 March 2017

Nasionalisme untuk Kesejahteraan

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Soekarno adalah nasionalis muslim tulen. Ia memang nasionalis, tetapi berbeda dengan nasionalisme yang kerap dipikirkan orang lain. Ia tidak ingin rasa nasionalis yang hanya berbangga-bangga dengan kemegahan negara, kekayaan sumber daya alam, keberanian rakyatnya, popularitas menjulang di antara bangsa-bangsa di dunia, jumlah penduduk yang sangat banyak, ataupun ketahanan yang sangat kuat dalam membela teritorial. Rasa nasionalisme yang diagungkannya adalah nasionalisme yang menjadi dasar sekaligus koridor untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Soekarno tidak begitu peduli dengan barisan tentara yang sangat kuat jika rakyat tidak sejahtera. Ia tidak begitu bangga dengan agama, keyakinan, dan berbagai kemajemukan kepercayaan jika rakyat tidak sejahtera. Ia sama sekali tidak bangga terhadap orang-orang yang selalu berbangga-bangga dengan batas-batas teritorial Indonesia jika tidak mementingkan kesejahteraan rakyat.

            Baginya, nasionalisme adalah perasaan untuk melindungi seluruh tumpah darah dan tanah air Indonesia dalam rangka memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Dengan demikian, nasionalisme Indonesia adalah berujung pada kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia.

            Berikut saya kutip ajaran nasionalisme Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Ir. Soekarno.

            Saya sering bertentangan paham dengan kaum nasionalisme “kebangsaan’ dan “negeri” di atas bangsa lain dan negeri lain. Saya punya nasionalisme mementingkan kesejahteraan manusia Indonesia daripada kemegahan “nama” Indonesia—adalah nasionalisme “kemegahan” semata-mata. Mereka punya nasionalisme ingin Indonesia menjadi suatu negeri seperti Japan atau Jermania zonder mementingkan isi kesejahteraan manusia-manusia di dalamnya, zonder menghiraukan soal pembagian rezeki di dalamnya. Mereka punya nasionalisme tidak mementingkan soal modal dan tenaga buruh. Saya punya nasionalisme mementingkan soal modal dan tenaga buruh. Mereka punya nasionalisme suatu nasionalisme “bangsa”. Saya punya nasionalisme suatu nasionalisme “masyarakat”.

            Bukan bernama bahagialah di dalam pendapatku bangsa Indonesia jika soal “masyarakat” belum sejahtera di dalamnya.

            Rakyatlah yang ada dalam pikiran Soekarno. Rakyat yang bahagia akan mampu lebih baik mengabdikan diri kepada Allah swt. Pengabdian yang baik kepada Alah swt dapat memperkuat diri serta menjaga keutuhan bangsa dan Negara Indonesia.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment