oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Soekarno adalah nasionalis
muslim tulen. Ia memang nasionalis, tetapi berbeda dengan nasionalisme yang
kerap dipikirkan orang lain. Ia tidak ingin rasa nasionalis yang hanya berbangga-bangga
dengan kemegahan negara, kekayaan sumber daya alam, keberanian rakyatnya,
popularitas menjulang di antara bangsa-bangsa di dunia, jumlah penduduk yang
sangat banyak, ataupun ketahanan yang sangat kuat dalam membela teritorial.
Rasa nasionalisme yang diagungkannya adalah nasionalisme yang menjadi dasar
sekaligus koridor untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Soekarno tidak
begitu peduli dengan barisan tentara yang sangat kuat jika rakyat tidak
sejahtera. Ia tidak begitu bangga dengan agama, keyakinan, dan berbagai
kemajemukan kepercayaan jika rakyat tidak sejahtera. Ia sama sekali tidak
bangga terhadap orang-orang yang selalu berbangga-bangga dengan batas-batas
teritorial Indonesia jika tidak mementingkan kesejahteraan rakyat.
Baginya, nasionalisme adalah perasaan untuk melindungi
seluruh tumpah darah dan tanah air Indonesia dalam rangka memberikan
kesejahteraan bagi rakyat. Dengan demikian, nasionalisme Indonesia adalah
berujung pada kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia.
Berikut saya kutip ajaran nasionalisme Pemimpin Besar
Revolusi Indonesia Ir. Soekarno.
Saya sering
bertentangan paham dengan kaum nasionalisme “kebangsaan’ dan “negeri” di atas
bangsa lain dan negeri lain. Saya punya nasionalisme mementingkan kesejahteraan
manusia Indonesia daripada kemegahan “nama” Indonesia—adalah nasionalisme
“kemegahan” semata-mata. Mereka punya nasionalisme ingin Indonesia menjadi
suatu negeri seperti Japan atau Jermania zonder mementingkan isi kesejahteraan
manusia-manusia di dalamnya, zonder menghiraukan soal pembagian rezeki di
dalamnya. Mereka punya nasionalisme tidak mementingkan soal modal dan tenaga
buruh. Saya punya nasionalisme mementingkan soal modal dan tenaga buruh. Mereka
punya nasionalisme suatu nasionalisme “bangsa”. Saya punya nasionalisme suatu
nasionalisme “masyarakat”.
Bukan bernama bahagialah di dalam
pendapatku bangsa Indonesia jika soal “masyarakat” belum sejahtera di dalamnya.
Rakyatlah yang ada
dalam pikiran Soekarno. Rakyat yang bahagia akan mampu lebih baik mengabdikan diri
kepada Allah swt. Pengabdian yang baik kepada Alah swt dapat memperkuat diri
serta menjaga keutuhan bangsa dan Negara Indonesia.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment