oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Gubernur Ahmad Heryawan
sudah harus menyelesaikan masa tugasnya sebagai gubernur Jawa Barat. Harus ada
orang lain yang menggantikan posisinya sebagai gubernur.
Ada banyak tokoh dan pemimpin yang hebat di Jawa Barat,
tetapi saya harus mengakui bahwa Ridwan
Kamil adalah satu sosok yang bisa sangat diandalkan untuk memimpin Jawa
Barat. Dia sudah relatif berhasil mempercantik Kota Bandung. Dia sudah berhasil
menjaga dirinya untuk bekerja dengan baik dan tidak memiliki masalah yang dapat
menjerumuskannya menjadi orang yang korup. Dia pun relatif tidak memiliki
masalah secara pribadi dengan warganya. Dia baik-baik saja dan mampu
memanfaatkan potensi dirinya dalam memimpin Kota Bandung sebagai walikota. Ia
arsitek nasionalis muslim berjiwa Sunda. Hal itu bisa dilihat dengan jelas,
baik dari caranya berbicara, bersikap, dan mengambil kebijakan.
Adalah hal yang tepat jika Partai Nasionalis Demokrat
(Nasdem) pimpinan Surya Paloh yang dengan prinsip hebat “politik tanpa mahar”
mendorong Ridwan Kamil untuk menjadi Gubernur Jawa Barat. Saya bilang politik
tanpa mahar ini merupakan prinsip yang sangat hebat karena sepanjang
pengetahuan saya baru Nasdem yang melakukannya, partai lain masih belum atau
paling tidak belum mendeklarasikan sebagaimana Nasdem mendeklarasikan dirinya.
Bahkan, mungkin baru Nasdem partai yang melakukannya di seluruh dunia ini. Hal
ini merupakan fenomena yang harus dipelajari dan diteliti karena bisa mereduksi
beberapa kebobrokan yang ada di dalam sistem politik demokrasi.
RIDWAN KAMIL. Foto: www.boombastis.com |
Ridwan Kamil memang tidak perlu terlalu banyak mengeluarkan
uang untuk menempati posisi politik karena sudah banyak mengumpulkan prestasi
dan kekaguman masyarakat terhadap dirinya. Ia tidak perlu jor-joran
memperkenalkan dirinya karena sudah terkenal. Ridwan Kamil hanya cukup
mempromosikan dirinya, latar belakang, hidupnya, dan menampakkan prestasinya
selama menjadi Walikota Bandung di samping visi dan misinya untuk membangun
Jawa Barat pada masa depan yang lebih baik. Uang yang diperlukan pasti ada,
tetapi tidak akan sebesar mereka yang berminat menjadi gubernur Jawa Barat
tanpa banyak prestasi dan kurang dikenal.
Wakil
Gubernur
Untuk menjadi gubernur,
tentu saja membutuhkan seorang wakil gubernur. Sosok wakil gubernur ini bukan
hanya berguna dalam meraih banyaknya suara, melainkan pula harus berguna dalam
menjalankan roda pemerintahan. Gubernur dan wakilnya harus berbagi tugas agar
pembangunan masyarakat bisa lebih cepat mencapai tujuan. Jangan kayak yang
dulu-dulu pada berbagai daerah. Sosok wakil hanya berguna dalam meraih suara.
Akan tetapi, dalam menjalankan pemerintahan “berantem” melulu dengan atasannya karena
saling merasa paling berjasa. Akhirnya, “cerai” dan berhadapan dalam pemilihan pada periode
berikutnya.
Untuk wakil gubernur Jawa Barat, sosok yang menurut saya
tepat adalah Dedi Mulyadi. Ketokohan
dia sebagai urang Sunda sudah tidak
bisa diragukan lagi. Ia sangat mencintai budaya Sunda dan budaya Indonesia.
Baginya, jati diri seseorang itu harus ditampakkan melalui budayanya sendiri
sehingga bisa tampil baik dan bermanfaat bagi orang banyak. Dedi adalah muslim
Indonesia yang mencintai budaya. Dengan itulah, dia membangun Purwakarta. Ia
orang baik. Ia tidak bermasalah dalam korupsi. Ia orang yang hemat dalam
pengeluaran untuk hal-hal yang memang seharusnya dihemat sehingga mampu
membelanjakan APBD untuk kepentingan yang lebih besar.
Dedi Mulyadi memiliki banyak potensi dan ide-ide spektakuler di dalam kepalanya untuk membangun masyarakat menjadi cerdas, berbudaya, dan religius. Ia banyak menuntut pemerintah pusat dan provinsi untuk menyelesaikan kewajibannya di Purwakarta agar masyarakat Purwakarta dapat lebih terlayani dan sejahtera. Ia merasa bahwa dirinya sudah melakukan banyak kewajibannya sebagai pemimpin Purwakarta, tetapi masyarakat Purwakarta harus lebih dapat merasakan hadirnya pembangunan yang wajib dilakukan provinsi dan pemerintah pusat. Setidak-tidaknya, itulah yang membuat saya tertarik ketika berkunjung ke Purwakarta, saat masih menjadi staf DPD RI mendampingi Prof. H. Mohamad Surya. Dia pandai berhemat untuk hal-hal yang bisa dihemat, misalnya, dalam hal makan dan minum. Ia menghidangkan makanan yang biasa-biasa saja tidak mewah, tetapi nikmat. Ia menyuguhi makanan khas Sunda yang murah dan sehat, seperti, nasi timbel, tahu, tempe, jambal, sayur asem, daging ayam, lalapan, dan sambal. Minumannya juga biasa saja, seperti, air putih, teh, bajigur, dan bandrek. Snack-nya juga murah meriah, seperti, kacang tanah, ubi, dan ketela rebus. Berbeda dengan kepala daerah lain yang suka memberikan hidangan makanan dan minuman yang mahal-mahal, bahkan produk luar negeri.
DEDI MULYADI. Foto: news.okezone.com |
Dedi Mulyadi memiliki banyak potensi dan ide-ide spektakuler di dalam kepalanya untuk membangun masyarakat menjadi cerdas, berbudaya, dan religius. Ia banyak menuntut pemerintah pusat dan provinsi untuk menyelesaikan kewajibannya di Purwakarta agar masyarakat Purwakarta dapat lebih terlayani dan sejahtera. Ia merasa bahwa dirinya sudah melakukan banyak kewajibannya sebagai pemimpin Purwakarta, tetapi masyarakat Purwakarta harus lebih dapat merasakan hadirnya pembangunan yang wajib dilakukan provinsi dan pemerintah pusat. Setidak-tidaknya, itulah yang membuat saya tertarik ketika berkunjung ke Purwakarta, saat masih menjadi staf DPD RI mendampingi Prof. H. Mohamad Surya. Dia pandai berhemat untuk hal-hal yang bisa dihemat, misalnya, dalam hal makan dan minum. Ia menghidangkan makanan yang biasa-biasa saja tidak mewah, tetapi nikmat. Ia menyuguhi makanan khas Sunda yang murah dan sehat, seperti, nasi timbel, tahu, tempe, jambal, sayur asem, daging ayam, lalapan, dan sambal. Minumannya juga biasa saja, seperti, air putih, teh, bajigur, dan bandrek. Snack-nya juga murah meriah, seperti, kacang tanah, ubi, dan ketela rebus. Berbeda dengan kepala daerah lain yang suka memberikan hidangan makanan dan minuman yang mahal-mahal, bahkan produk luar negeri.
Tak heran jika Dedi bisa memberikan banyak santunan
kepada pengurus DKM, guru ngaji, orang yang berhutang, orang bangkrut, dan
orang-orang kurang beruntung lainnya. Pernah ada sekeluarga yang bangkrut
dibantu Dedi dengan membelikan sepasang kambing sebagai modal kerja. Pernah
pula Dedi membiayai operasi jantung seorang Hansip sampai seharga 40 juta
rupiah.
Dedi Mulyadi orang baik, punya banyak prestasi, dikenal,
dan memiliki banyak gagasan untuk masyarakat. Jika dia bisa menjadi wakil
gubernur, kewajiban provinsi yang kerap dimintanya dapat dilakukannya sendiri
untuk Jawa Barat, sebagaimana dia membangun Purwakarta.
Kampanye
Mendidik
Sebaiknya, memang Ridwan
Kamil dan Dedi Mulyadi berpasangan dan jangan berhadapan. Dengan demikian,
suara masyarakat akan terkumpul bulat. Wajib diingat ketika pemilihan gubernur
yang lalu-lalu berhadapan antara Dany Setiawan dan Agum, padahal konstituen
mereka adalah massa yang sama. Akibatnya, suara pecah dan tidak ada yang
menang. Justru yang menang adalah pasangan yang sama sekali tidak diunggulkan
alias “kuda hitam”, yaitu pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf. Padahal, saat itu
pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf kalau dalam dunia sepak bola bisa dibilang under dog.
Dedi tidak perlu berhadapan dengan Ridwan Kamil dan tidak
perlu berspekulasi yang akhirnya bisa bikin kaget dan kecewa. Ridwan Kamil
sudah berada pada posisi on the top
pada masa sekarang ini di mata masyarakat. Tidak perlu melawan orang yang sudah
kuat karena memang Ridwan Kamil adalah Walikota Bandung dan Kota Bandung adalah
pusatnya Jawa Barat. Wajar jika dia menjadi gubernur.
Demikian pula sebaliknya, Ridwan Kamil jangan pasang
kuda-kuda melawan Dedi Mulyadi karena Dedi akan sangat berperan banyak, baik
dalam proses pemilihan maupun dalam menjalankan roda pemerintahan agar tercipta
Jawa Barat yang religius, cerdas, berbudaya, sejahtera, dan bahagia. Dedi
Mulyadi akan menambah daya dorong dan citra positif, baik bagi Ridwan Kamil
maupun bagi masyarakat Jawa Barat.
Ridwan-Dedi adalah pasangan yang baik. Mereka berdua bisa
berkampanye dengan baik dan menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat dalam
berperan serta dalam pembangunan. Permasalahan terbesar masyarakat, yaitu
persoalan ekonomi dan daya beli, insyaallah,
akan mendapat jalan dari sinergi positif antara Ridwan dan Dedi.
Kampanye yang harus banyak dilakukan, terutama oleh Dedi
Mulyadi adalah kampanye yang mendidik masyarakat, terutama dalam hal hubungan
antara Islam dan budaya. Kita tahu bahwa Dedi Mulyadi pernah dilaporkan oleh
Rizieq-FPI soal penghinaan terhadap Islam. Bagi saya, laporan Rizieq itu
mengada-ada karena hanya untuk meng-counter
laporan dari Ormas Sunda atas kebodohan Rizieq yang telah memplesetkan sampurasun menjadi campur racun.
Justru laporan Rizieq-FPI itu membuat saya semakin kagum
terhadap Dedi Mulyadi karena kalimat-kalimat dalam buku Dedi yang dianggap
menghina itu merupakan pengetahuan baru tentang Islam. Islam itu agama yang
sangat komprehensif dan meliputi berbagai ilmu pengetahuan. Dedi menerangkannya
dengan menggunakan bahasa rasa dan itu sangat amazing.
Ada baiknya Dedi
Mulyadi mengadakan acara-acara semacam bedah buku Dedi sehingga pemahaman Dedi
bisa didiskusikan oleh masyarakat dan mencerahkan banyak pihak. Jadi, di
samping kampanye, juga memberikan masyarakat banyak ilmu pengetahuan.
Pengetahuan itu bisa menjadi dasar agar rakyat Jawa Barat bersikap lebih
positif, baik untuk dirinya sendiri, untuk lingkungannya, terhadap
pemerintahnya, dan kepada Allah swt.
Toh, Dedi Mulyadi sudah mendapatkan dukungan dari Ketua
MUI Maruf Amin untuk ikut serta dalam pemilihan gubernur Jawa Barat. Itu
artinya, hambatan dari kalangan Islam sudah clear,
hampir tidak ada. Paling-paling mungkin cuma dari Rizieq-FPI. Itu mah
kecil, kecil sekali, lucu malahan. Rizieq itu hal kecil. Dia itu memang suka
seperti itu. Orang bikin buku, lalu isi bukunya tidak bisa dia pahami,
disebutnya “menghina Islam”. Dedi bikin buku disebut “menghina Islam”. Ahok
bikin buku disebut “menghina Islam”. Padahal, dia sendiri yang pikirannya
terbatas. Seharusnya, untuk melawan ilmu pengetahuan, gunakan pula ilmu
pengetahuan. Rizieq harusnya bikin buku sendiri, lalu curahkan semua gagasan
dan landasan-landasan pengetahuannya itu dengan metode ilmiah sehingga masuk akal
dan masyarakat bisa tercerahkan. Bikin buku sendiri dong untuk melawan
pemikiran dari buku yang tidak disetujui, katanya S2 dari Malaysia. Itu juga
kalau bisa bikin buku sendiri. Kalau tidak bisa, diam saja jangan banyak
tingkah, malu.
Kepemimpinan
Nasional
Apabila Ridwan Kamil-Dedi
Mulyadi berpasangan, lalu dapat bekerja lebih baik lagi dibandingkan dengan
prestasi yang telah diraih mereka di kampung halaman masing-masing, bukan tak
mungkin seluruh mata masyarakat Indonesia akan tertuju pada pasangan ini. Suatu
saat mereka bisa ambil ancang-ancang untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden
Indonesia setelah masa jabatan Jokowi-JK habis tentunya. Tak perlu berhadapan
dengan Jokowi-JK karena itu tidak baik. Tunggu saja sampai habis masa
jabatannya. Hal itu disebabkan Provinsi Jawa Barat adalah provinsi yang sangat
penting dalam menyangga Ibukota Jakarta di samping jumlah penduduknya terbanyak
di antara seluruh provinsi di Indonesia.
Jika mereka dapat berpasangan dan setiap hari menunjukkan
perbaikan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi daerah yang dipimpinnya.
Indonesia menunggu mereka untuk memimpin Indonesia agar lebih baik lagi dan
terus lebih baik lagi.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment