Monday 20 March 2017

Ridwan Kamil-Dedi Mulyadi

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Gubernur Ahmad Heryawan sudah harus menyelesaikan masa tugasnya sebagai gubernur Jawa Barat. Harus ada orang lain yang menggantikan posisinya sebagai gubernur.

            Ada banyak tokoh dan pemimpin yang hebat di Jawa Barat, tetapi saya harus mengakui bahwa Ridwan Kamil adalah satu sosok yang bisa sangat diandalkan untuk memimpin Jawa Barat. Dia sudah relatif berhasil mempercantik Kota Bandung. Dia sudah berhasil menjaga dirinya untuk bekerja dengan baik dan tidak memiliki masalah yang dapat menjerumuskannya menjadi orang yang korup. Dia pun relatif tidak memiliki masalah secara pribadi dengan warganya. Dia baik-baik saja dan mampu memanfaatkan potensi dirinya dalam memimpin Kota Bandung sebagai walikota. Ia arsitek nasionalis muslim berjiwa Sunda. Hal itu bisa dilihat dengan jelas, baik dari caranya berbicara, bersikap, dan mengambil kebijakan.

            Adalah hal yang tepat jika Partai Nasionalis Demokrat (Nasdem) pimpinan Surya Paloh yang dengan prinsip hebat “politik tanpa mahar” mendorong Ridwan Kamil untuk menjadi Gubernur Jawa Barat. Saya bilang politik tanpa mahar ini merupakan prinsip yang sangat hebat karena sepanjang pengetahuan saya baru Nasdem yang melakukannya, partai lain masih belum atau paling tidak belum mendeklarasikan sebagaimana Nasdem mendeklarasikan dirinya. Bahkan, mungkin baru Nasdem partai yang melakukannya di seluruh dunia ini. Hal ini merupakan fenomena yang harus dipelajari dan diteliti karena bisa mereduksi beberapa kebobrokan yang ada di dalam sistem politik demokrasi.

RIDWAN KAMIL. Foto: www.boombastis.com

            Ridwan Kamil memang tidak perlu terlalu banyak mengeluarkan uang untuk menempati posisi politik karena sudah banyak mengumpulkan prestasi dan kekaguman masyarakat terhadap dirinya. Ia tidak perlu jor-joran memperkenalkan dirinya karena sudah terkenal. Ridwan Kamil hanya cukup mempromosikan dirinya, latar belakang, hidupnya, dan menampakkan prestasinya selama menjadi Walikota Bandung di samping visi dan misinya untuk membangun Jawa Barat pada masa depan yang lebih baik. Uang yang diperlukan pasti ada, tetapi tidak akan sebesar mereka yang berminat menjadi gubernur Jawa Barat tanpa banyak prestasi dan kurang dikenal. 


Wakil Gubernur
Untuk menjadi gubernur, tentu saja membutuhkan seorang wakil gubernur. Sosok wakil gubernur ini bukan hanya berguna dalam meraih banyaknya suara, melainkan pula harus berguna dalam menjalankan roda pemerintahan. Gubernur dan wakilnya harus berbagi tugas agar pembangunan masyarakat bisa lebih cepat mencapai tujuan. Jangan kayak yang dulu-dulu pada berbagai daerah. Sosok wakil hanya berguna dalam meraih suara. Akan tetapi, dalam menjalankan pemerintahan “berantem” melulu dengan atasannya karena saling merasa paling berjasa. Akhirnya, “cerai” dan  berhadapan dalam pemilihan pada periode berikutnya.

            Untuk wakil gubernur Jawa Barat, sosok yang menurut saya tepat adalah Dedi Mulyadi. Ketokohan dia sebagai urang Sunda sudah tidak bisa diragukan lagi. Ia sangat mencintai budaya Sunda dan budaya Indonesia. Baginya, jati diri seseorang itu harus ditampakkan melalui budayanya sendiri sehingga bisa tampil baik dan bermanfaat bagi orang banyak. Dedi adalah muslim Indonesia yang mencintai budaya. Dengan itulah, dia membangun Purwakarta. Ia orang baik. Ia tidak bermasalah dalam korupsi. Ia orang yang hemat dalam pengeluaran untuk hal-hal yang memang seharusnya dihemat sehingga mampu membelanjakan APBD untuk kepentingan yang lebih besar.

DEDI MULYADI. Foto: news.okezone.com

            Dedi Mulyadi memiliki banyak potensi dan ide-ide spektakuler di dalam kepalanya untuk membangun masyarakat menjadi cerdas, berbudaya, dan religius. Ia banyak menuntut pemerintah pusat dan provinsi untuk menyelesaikan kewajibannya di Purwakarta agar masyarakat Purwakarta dapat lebih terlayani dan sejahtera. Ia merasa bahwa dirinya sudah melakukan banyak kewajibannya sebagai pemimpin Purwakarta, tetapi masyarakat Purwakarta harus lebih dapat merasakan hadirnya pembangunan yang wajib dilakukan provinsi dan pemerintah pusat. Setidak-tidaknya, itulah yang membuat saya tertarik ketika berkunjung ke Purwakarta, saat masih menjadi staf DPD RI mendampingi Prof. H. Mohamad Surya. Dia pandai berhemat untuk hal-hal yang bisa dihemat, misalnya, dalam hal makan dan minum. Ia menghidangkan makanan yang biasa-biasa saja tidak mewah, tetapi nikmat. Ia menyuguhi makanan khas Sunda yang murah dan sehat, seperti, nasi timbel, tahu, tempe, jambal, sayur asem, daging ayam, lalapan, dan sambal. Minumannya juga biasa saja, seperti, air putih, teh, bajigur, dan bandrek. Snack-nya juga murah meriah, seperti, kacang tanah, ubi, dan ketela rebus. Berbeda dengan kepala daerah lain yang suka memberikan hidangan makanan dan minuman yang mahal-mahal, bahkan produk luar negeri.

            Tak heran jika Dedi bisa memberikan banyak santunan kepada pengurus DKM, guru ngaji, orang yang berhutang, orang bangkrut, dan orang-orang kurang beruntung lainnya. Pernah ada sekeluarga yang bangkrut dibantu Dedi dengan membelikan sepasang kambing sebagai modal kerja. Pernah pula Dedi membiayai operasi jantung seorang Hansip sampai seharga 40 juta rupiah.

            Dedi Mulyadi orang baik, punya banyak prestasi, dikenal, dan memiliki banyak gagasan untuk masyarakat. Jika dia bisa menjadi wakil gubernur, kewajiban provinsi yang kerap dimintanya dapat dilakukannya sendiri untuk Jawa Barat, sebagaimana dia membangun Purwakarta.


Kampanye Mendidik
Sebaiknya, memang Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi berpasangan dan jangan berhadapan. Dengan demikian, suara masyarakat akan terkumpul bulat. Wajib diingat ketika pemilihan gubernur yang lalu-lalu berhadapan antara Dany Setiawan dan Agum, padahal konstituen mereka adalah massa yang sama. Akibatnya, suara pecah dan tidak ada yang menang. Justru yang menang adalah pasangan yang sama sekali tidak diunggulkan alias “kuda hitam”, yaitu pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf. Padahal, saat itu pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf kalau dalam dunia sepak bola bisa dibilang under dog.

            Dedi tidak perlu berhadapan dengan Ridwan Kamil dan tidak perlu berspekulasi yang akhirnya bisa bikin kaget dan kecewa. Ridwan Kamil sudah berada pada posisi on the top pada masa sekarang ini di mata masyarakat. Tidak perlu melawan orang yang sudah kuat karena memang Ridwan Kamil adalah Walikota Bandung dan Kota Bandung adalah pusatnya Jawa Barat. Wajar jika dia menjadi gubernur.

            Demikian pula sebaliknya, Ridwan Kamil jangan pasang kuda-kuda melawan Dedi Mulyadi karena Dedi akan sangat berperan banyak, baik dalam proses pemilihan maupun dalam menjalankan roda pemerintahan agar tercipta Jawa Barat yang religius, cerdas, berbudaya, sejahtera, dan bahagia. Dedi Mulyadi akan menambah daya dorong dan citra positif, baik bagi Ridwan Kamil maupun bagi masyarakat Jawa Barat.

            Ridwan-Dedi adalah pasangan yang baik. Mereka berdua bisa berkampanye dengan baik dan menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat dalam berperan serta dalam pembangunan. Permasalahan terbesar masyarakat, yaitu persoalan ekonomi dan daya beli, insyaallah, akan mendapat jalan dari sinergi positif antara Ridwan dan Dedi.

            Kampanye yang harus banyak dilakukan, terutama oleh Dedi Mulyadi adalah kampanye yang mendidik masyarakat, terutama dalam hal hubungan antara Islam dan budaya. Kita tahu bahwa Dedi Mulyadi pernah dilaporkan oleh Rizieq-FPI soal penghinaan terhadap Islam. Bagi saya, laporan Rizieq itu mengada-ada karena hanya untuk meng­-counter laporan dari Ormas Sunda atas kebodohan Rizieq yang telah memplesetkan sampurasun menjadi campur racun.

            Justru laporan Rizieq-FPI itu membuat saya semakin kagum terhadap Dedi Mulyadi karena kalimat-kalimat dalam buku Dedi yang dianggap menghina itu merupakan pengetahuan baru tentang Islam. Islam itu agama yang sangat komprehensif dan meliputi berbagai ilmu pengetahuan. Dedi menerangkannya dengan menggunakan bahasa rasa dan itu sangat amazing.

            Ada baiknya Dedi Mulyadi mengadakan acara-acara semacam bedah buku Dedi sehingga pemahaman Dedi bisa didiskusikan oleh masyarakat dan mencerahkan banyak pihak. Jadi, di samping kampanye, juga memberikan masyarakat banyak ilmu pengetahuan. Pengetahuan itu bisa menjadi dasar agar rakyat Jawa Barat bersikap lebih positif, baik untuk dirinya sendiri, untuk lingkungannya, terhadap pemerintahnya, dan kepada Allah swt.

            Toh, Dedi Mulyadi sudah mendapatkan dukungan dari Ketua MUI Maruf Amin untuk ikut serta dalam pemilihan gubernur Jawa Barat. Itu artinya, hambatan dari kalangan Islam sudah clear, hampir tidak ada. Paling-paling mungkin cuma dari Rizieq-FPI. Itu mah kecil, kecil sekali, lucu malahan. Rizieq itu hal kecil. Dia itu memang suka seperti itu. Orang bikin buku, lalu isi bukunya tidak bisa dia pahami, disebutnya “menghina Islam”. Dedi bikin buku disebut “menghina Islam”. Ahok bikin buku disebut “menghina Islam”. Padahal, dia sendiri yang pikirannya terbatas. Seharusnya, untuk melawan ilmu pengetahuan, gunakan pula ilmu pengetahuan. Rizieq harusnya bikin buku sendiri, lalu curahkan semua gagasan dan landasan-landasan pengetahuannya itu dengan metode ilmiah sehingga masuk akal dan masyarakat bisa tercerahkan. Bikin buku sendiri dong untuk melawan pemikiran dari buku yang tidak disetujui, katanya S2 dari Malaysia. Itu juga kalau bisa bikin buku sendiri. Kalau tidak bisa, diam saja jangan banyak tingkah, malu.


Kepemimpinan Nasional
Apabila Ridwan Kamil-Dedi Mulyadi berpasangan, lalu dapat bekerja lebih baik lagi dibandingkan dengan prestasi yang telah diraih mereka di kampung halaman masing-masing, bukan tak mungkin seluruh mata masyarakat Indonesia akan tertuju pada pasangan ini. Suatu saat mereka bisa ambil ancang-ancang untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia setelah masa jabatan Jokowi-JK habis tentunya. Tak perlu berhadapan dengan Jokowi-JK karena itu tidak baik. Tunggu saja sampai habis masa jabatannya. Hal itu disebabkan Provinsi Jawa Barat adalah provinsi yang sangat penting dalam menyangga Ibukota Jakarta di samping jumlah penduduknya terbanyak di antara seluruh provinsi di Indonesia.

            Jika mereka dapat berpasangan dan setiap hari menunjukkan perbaikan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi daerah yang dipimpinnya. Indonesia menunggu mereka untuk memimpin Indonesia agar lebih baik lagi dan terus lebih baik lagi.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment