oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Prabu Siliwangi adalah nabi
yang hidup pada masa Indonesia masih berupa Benua Sundaland, bukan kepulauan
seperti sekarang ini. Penjelasannya baca pada tulisan saya yang lalu berjudul Nabi Prabu Siliwangi Alaihissalam.
Indonesia memang dulunya sebuah benua besar yang sangat hebat dan makmur tiada
tara serta menjadi pusat awal seluruh peradaban dunia ini. Penjelasannya baca
pada tulisan saya yang lalu berjudul Indonesia
dalam Pandangan Allah swt.
Sekarang pada tulisan ini saya ingin berbagi bahwa ada
tanda atau bukti bahwa memang Nabi Prabu Siliwangi as adalah tokoh yang pernah
hidup di dunia ini dan berada pada masa Sundaland. Tulisan ini sengaja saya
buat untuk mengajak berdiskusi mereka yang menganggap bahwa Prabu Siliwangi
hanyalah tokoh sastra dan tidak pernah benar-benar hidup dan mereka yang percaya
Prabu Siliwangi adalah memang tokoh sejarah, tetapi sering kalang kabut
menyangka bahwa Prabu Siliwangi adalah Raja Sunda pada masa-masa lebih ke sini
yang tak jelas raja yang mana, kadang Sri Baduga Maharaja, kadang Lingga Buana
Wisesa, kadang Niskala Wastukancana, kadang raja yang lain. Berdiskusi itu baik
untuk kesehatan dan bermanfaat untuk mendapatkan kebenaran. Jangan membiasakan
diri angkuh merasa paling benar sendiri, padahal hanya sok tahu tanpa ada
landasan bukti dan pemikiran yang jelas. Yang penting “gue paling bener”, yang
lain “salah”. Perilaku angkuh seperti itu sudah seharusnya dibuang agar semua
orang bisa memberikan masukan bermanfaat sehingga mendapatkan kebenaran yang
benar-benar benar.
Sebagaimana hasil penelitian paling mutakhir, Indonesia
dulunya adalah benua yang besar, Benua Sundaland, tetapi hancur
berkeping-keping oleh bencana alam yang sangat dahsyat dalam waktu teramat singkat.
Air laut meluap hingga menenggelamkan gunung-gunung yang tinggi. Tekanan air
laut itu menyebabkan tanah dan batu bergerak sehingga menimbulkan gempa
tektonik sekaligus memicu gempa vulkanik yang mengakibatkan gunung-gunung
berapi meletus secara bersamaan. Bencana maha mengerikan yang belum pernah
terjadi lagi sepanjang sejarah manusia itu mengubur seluruh kekayaan,
kemakmuran, kemajuan teknologi, kepesatan spiritualisme, dan peradaban yang teramat
tinggi. Kebesaran Benua Sundaland yang mengagumkan itu pun harus hancur dan
hilang sama sekali dari muka Bumi.
Allah swt mengabadikan kehancuran itu dalam Al Quran sebagai
akibat dari kemurkaan-Nya kepada manusia-manusia Indonesia yang teramat zalim.
“… Kami jadikan mereka bahan pembicaraan
dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sungguh pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang sabar
dan bersyukur.” (QS 34 : 19)
Meskipun
demikian, Allah swt masih memberikan kesempatan kepada manusia untuk
mempelajari kehebatan penduduk Benua Sundaland masa lalu dengan berbagai karya
luar biasanya. Allah swt sengaja membukakan sedikit demi sedikit bangunan-bangunan
megah yang berteknologi tinggi dan bernilai spiritual luar biasa yang berupa
candi, barang-barang, pusaka, dan istana-istana mewah yang telah terkubur
ratusan ribu tahun. Sangat banyak candi dan istana yang belum tergali di perut
Bumi Indonesia ini. Bahkan, banyak yang hanya baru muncul ujung istananya. Jika
digali, akan tampak istana megah luar biasa karya menakjubkan.
Salah
satu istana yang dihancurkan Allah swt dan kemudian ditampakkan lagi itu adalah
milik Nabi Prabu Siliwangi as. Tampaknya, orang Indonesia ini selepas masa
kenabian Prabu Siliwangi as, Nabi Sulaeman as, Nabi Daud as, dan nabi-nabi
lainnya yang tidak semua dicatat Al Quran, telah melakukan penyelewengan
perilaku serta penyalahgunaan tempat ibadat dan istana-istana suci menjadi
tempat pemujaan Iblis dan syetan laknatullah.
“Dan sungguh, Iblis telah dapat
meyakinkan terhadap mereka kebenaran sangkaannya, lalu mereka mengikutinya,
kecuali sebagian dari orang-orang Mukmin.” (QS 34 : 20)
Oleh
sebab itu, Allah swt menghancurkannya sekalipun itu tempat suci. Tempat suci
akan tidak suci lagi jika digunakan untuk kemaksiatan dan kekotoran perilaku
serta keyakinan yang salah. Masjidil
Aqsha, yaitu “Candi Borobudur” dikubur Allah swt dalam lumpur gara-gara
dijadikan tempat pemujaan syetan dan baru ditemukan pada masa kolonial Belanda.
Penjelasan tentang ini baca pada tulisan saya yang lalu berjudul Bukan Al Aqsha Yang Itu, Melainkan The Real
Al Aqsha.
“….. Maka (lihatlah) bagaimana
dahsyatnya akibat kemurkaan-Ku.” (QS 34 : 45)
Demikian
pula, istana Nabi Prabu Siliwangi as baru ditemukan kembali di Bogor oleh anak buah Letnan Tanuwijaya, orang Sumedang, yang menjadi prajurit Belanda. Sersan Scipio, tentara Belanda,
mencatatnya ketika dalam ekspedisinya bersama pasukannya mengunjungi daerah
Batu Tulis di Bogor pada 1 September 1687. Dalam catatannya, Scipio menulis
bahwa istana itu sudah berupa puing-puing dan dikelilingi hutan tua.
Puing-puing itu dicatatnya sebagai peninggalan Kerajaan Pakuan atau Pajajaran. Ia pun menjelaskan bahwa dua hari
sebelumnya di tempat tersebut seorang anggota ekspedisinya menderita patah
leher karena diterkam harimau.
Pada
23 September 1687 G.J. Joanes Camphuijs
menulis laporan kepada atasannya di Amsterdam
yang di antaranya berbunyi, “Dat
hetseve paleijsen specialijek de veherven zitplaets van den javaense. Coning
Padzia Dziarum nu gog gedulzig door een groot getal tijgers bewaakt en bewaart
wort.”
Artinya,
istana tersebut dan terutama tempat duduk
yang ditinggalkan kepunyaan Raja “Jawa” Pajajaran sekarang masih dikerumuni dan
dijaga serta dirawat oleh sejumlah besar harimau.
Laporan
tentang harimau ini berasal dari penduduk Kedung Halang dan Parung Angsana yang
mengiringi Scipio dalam ekspedisinya. Mungkin mereka itulah sumber isu bahwa prajurit Pajajaran “berubah
wujud menjadi harimau”.
Tiga
tahun kemudian Kapiten Adolf Winkler diperintahkan
memimpin ekspedisi khusus untuk membuat peta lokasi bekas Pakuan. Pada Kamis,
25 Juni 1690 Winkler beserta rombongannya tiba di lokasi bekas keraton. Ia
menemukan een accurate steene vloering
off weg (sebuah lantai atau jalan berbatu yang sangat rapi). Jalan itu
menuju ke bekas paseban tua dan di situ ia melihat ada tujuh batang pohon
beringin. Dari penduduk Parung Angsana yang mengiringinya, Winkler mendapat
penjelasan bahwa yang dilihat mereka itu adalah peninggalan Prabu Siliwangi.
Hal-hal itu tertulis dalam makalah Siliwangi
sebagai Pangkal Silsilah Kebangsaan (Tradisi Naskah Abad XVIII dan XIX) yang
disusun oleh Saleh Danasasmita pada
1991.
Jalan
masuk ke wilayah itu di samping sempit, juga mendaki. Jalan masuk itu pun
diapit oleh parit yang sangat dalam dan mengerikan. Allah swt memang tampaknya
benar-benar murka sehingga jalan menuju ke sana pun benar-benar sulit dan
mengerikan.
Reruntuhan
puing Istana Prabu Siliwangi as menguatkan tanda bahwa memang Prabu Siliwangi
as adalah seorang nabi yang mengajarkan Islam dengan nama agama Sunda Wiwitan pada masa Benua Sundaland.
Akan tetapi, sepeninggalnya, banyak orang yang meninggalkan agama Sunda Wiwitan
sampai-sampai memuja Iblis dan syetan sehingga Allah swt murka dan menghancurkannya
sekaligus menenggelamkannya ke dalam perut Bumi untuk menghancurkan kesombongan
dan keangkuhan manusia.
Hari
itu kejahatan dan pengingkaran manusia dibalas oleh Allah swt dengan sangat
dahsyat. Allah swt berbuat sekehendak diri-Nya sendiri.
Raja pada Hari Pembalasan (QS
Al Fatihah : 3).
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment