oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Konflik di Laut Cina Selatan
(LCS) memang sudah terjadi sejak lama, tetapi konflik ini semakin memanas
akhir-akhir ini. Hal ini dipicu oleh pengusiran yang dilakukan oleh patroli
kapal Indonesia terhadap kapal coast
guard cina, ‘penjaga pantai Cina’ di wilayah perairan hak berdaulat
Indonesia, zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.
Peristiwa
pengusiran yang dilakukan seorang gadis berhijab Indonesia pada kapal Cina ini
menjadi pusat perhatian dunia, bahkan negara-negara dan rakyat barat mendukung
penuh keberanian Indonesia dan bersedia membantu Indonesia mengusir Cina.
Gadis
itu mengusir Cina dari wilayah Indonesia, “I
order you to leave our territorial waters!”
“Aku
perintahkan kalian untuk meninggalkan wilayah perairan kami!”
Kalimat
itu diucapkan berulang-ulang sampai kapal Cina pergi dari wilayah ZEE
Indonesia.
Banyak yang langsung jatuh cinta pada gadis
itu.
“She is so cute,
greeting from US to girl with hair dress. She has strike words.”
“Dia
sangat cantik, salam dari Amerika Serikat buat gadis berhijab. Dia punya
kalimat langsung yang tegas.”
Semacam
itulah kalimat-kalimat mereka, bukan hanya dari Amerika Serikat, melainkan pula
dari berbagai negara barat.
Kalau
dilihat seringnya kapal-kapal Cina dan negara lainnya masuk ke wilayah perairan
Indonesia, hal itu disebabkan Indonesia sendiri yang salah, kurang perhatian,
dan kurang mengurus wilayah perairan dan pulau-pulau terluar milik Indonesia. Padahal,
kita sudah punya pengalaman buruk dengan terlepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan
yang kemudian diambil alih Malaysia. Hal itu disebabkan Malaysia yang mengurus
dan membinanya sejak lama hingga mata uang dan bahasanya pun berasal dari
Malaysia. Di tingkat internasional diputuskan bahwa pulau itu menjadi milik
Malaysia, padahal dulunya milik Indonesia.
Akhir-akhir ini sering sekali Cina dan Vietnam mencuri
ikan di perairan Indonesia karena kurangnya penjagaan atau patroli laut dan
tidak adanya kegiatan di pulau-pulau terluar milik Indonesia. Karena pemerintah
Indonesia kurang perhatian terhadap miliknya sendiri, hampir-hampir Cina,
Vietnam, dan negara pencuri lainnya merasa memiliki wilayah itu. Mereka sudah
mengeksploitasi wilayah itu sejak zaman Presiden Pertama RI Soekarno hingga
Presiden Jokowi.
Untunglah,
Allah swt masih sayang pada Indonesia sehingga dibukakan matanya untuk segera memperbaiki
kesalahannya. Kini kementerian pertahanan dan kementerian luar negeri mulai secara
bertahap memperbanyak dan memperkuat kapal-kapal perang Indonesia dan menempatkan
prajurit di pulau-pulau terluar Indonesia. Dengan demikian, Indonesia
mengukuhkan diri di wilayahnya sendiri.
Jadi,
untuk mengusir Cina, Vietnam, dan negara lainnya agar tidak merampok di kawasan
Natuna Utara, Indonesia harus memperkuat pertahanan, menempatkan rakyat di
pulau-pulau terluar di Natuna Utara dan di seluruh Indonesia, memperbanyak
nelayan Indonesia untuk mencari ikan di sana, membangun pengeboran minyak di
kawasan itu, serta jangan dilupakan agar diperbanyak pendidikan untuk generasi
muda terkait kelautan, perikanan, pertanian, berikut cara pengolahan bahan
mentah menjadi barang setengah jadi dan barang
siap konsumsi. Dengan demikian, terjadi aktivitas nyata di wilayah Indonesia
sendiri. Hal ini terbukti ketika mereka mencuri ikan, tetapi ketahuan pihak
Indonesia, mereka pun mundur meskipun masih bersikap arogan. Demikian pula di
pulau terluar Pulau Rote, Australia berpikir ribuan kali untuk bikin masalah karena
ada aktivitas masyarakat Indonesia yang nyata aktif di sana.
Pemerintah
dan rakyat Indonesia harus terbuka matanya untuk bersama-sama memanfaatkan
anugerah Allah swt berupa kekayaan alam yang bisa meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan negara serta terbebas dari kejahatan para pencuri. Allah swt sudah
memberikannya untuk Indonesia, tinggal kitanya yang rajin memanfaatkan dan
menjaganya dengan baik.
No comments:
Post a Comment