oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Baru-baru ini banyak orang
terkejut karena staf khusus Presiden RI Jokowi menyindir para santri yang
menutup telinga ketika mendengarkan lagu-lagu barat. Jokowi punya banyak staf
yang terdiri dari kalangan muda. Itu bagus, tetapi mereka harus banyak baca,
banyak gaul, dan banyak pengalaman. Salah satunya staf muda yang bernama Diaz
Hendropriyono. Dia menyindir perilaku para santri itu dengan mengatakannya
kasihan bahwa para santri itu masih sangat muda dan dididik dengan cara yang
salah. Maksudnya, tidak mengapa mendengarkan musik untuk sekedar hiburan
sementara, sebentar.
Sindiran Diaz itu kepada para santri bisa menjurus ke arah
perdebatan halal dan haramnya musik. Perdebatan menjadi tidak karuan karena ada
yang menghalalkan musik dengan alasan para wali juga menggunakan musik dan lagu
untuk berdakwah. Ada yang mengharamkan musik karena bisa merusakkan akidah. Jadinya,
makin ngawur polemiknya. Bahkan, bisa mengarah pada tuduhan bahwa para santri
yang menutup telinga itu adalah berada di bawah pengaruh ajaran radikal. Itu
makin bahaya dan makin ngaco.
Para Santri Menutup Telinga ketika Mendengarkan Lagu-Lagu Barat (Foto: Suara.com) |
Begini ya sebetulnya, di Indonesia ini ada ribuan santri
dan pesantren para penghafal Al Quran yang memang diharuskan untuk fokus pada
hafalan. Salah satu caranya, mereka tidak mau mendengarkan lagu apa pun untuk
menjaga konsentrasinya. Mereka itu sedang belajar dan menghafal, tidak ada hubungannya
dengan gerakan radikal mana pun. Buktinya, perilaku para santri yang menutup
telinga saat diputar lagu-lagu barat itu sedang mengantri untuk mendapatkan
vaksin corona. Itu artinya mereka mendukung program pemerintah, bukan anak-anak
radikal.
Maaf, mungkin mereka berasal dari pesantren tradisional
karena mereka menutup telinga. Kalau berasal dari pesantren modern, mungkin
mereka akan menggunakan Hp dengan dilengkapi headset untuk mendengarkan bacaan
Al Quran sehingga menutupi suara lagu-lagu barat itu.
Saya ingatkan kepada seluruh panitia vaksin di mana pun
agar segera mematikan lagu apa pun jika melihat banyak peserta yang menutup
telinga semacam itu. Putar lagi jika mereka sudah selesai divaksin. Memang
maksud panitia juga tidak salah, memutar lagu itu supaya orang menjadi lebih
rileks dan tidak kesal mengantri. Akan tetapi, tidak semua orang berada dalam
situasi yang sama. Tidak bisa menyamakan situasi dan kondisi orang lain sesuai
dengan diri kita.
Saya malah mendukung para santri itu agar jadi penghafal
Al Quran yang benar supaya mereka lebih hebat menjadi para pendakwah masa depan
melebihi para pendakwah saat ini dengan dasar hafalan Al Quran yang jelas dan
dihafalnya. Daripada sekarang banyak bermunculan orang-orang yang dikatakan
pendakwah, tetapi boro-boro hafal Al Quran, baca juga jarang, ngomong aja kayak
yang betul, akhirnya menyesatkan orang lain, bikin huru-hara, mengklaim diri sebagai
pemilik kunci surga.
Begitu ya. Jadi, para staf muda Presiden Jokowi harus
banyak baca, banyak gaul, banyak pengalaman supaya dalam memberikan statemen bisa
lebih bijaksana. Bukan cuma para staf Jokowi yang harus banyak terus belajar,
kita semua juga, termasuk saya harus terus menambah ilmu pengetahuan agar mampu
meminimalisasi kesalahan dan lebih bermanfaat bagi orang lain.
No comments:
Post a Comment