oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Begitulah beberapa pengamat
mengatakannya. Setelah bosan main-main dengan Afghanistan, sekarang Amerika
Serikat (AS) mulai jelas main-main dengan Cina. Kemarin-kemarin juga sebetulnya
sekali-sekali AS menunjukkan kekuatannya pada Cina untuk mempertahankan pengaruh
dan posisinya di dunia. AS memang tidak mau disalip Cina, baik secara ekonomi,
politik, militer, maupun pengaruhnya. Sekarang, setelah melepaskan diri dari
Afghanistan, AS lebih fokus untuk menghadapi Cina.
Indonesia adalah negara penting bagi AS untuk dijadikan
partner dalam bermain di Laut Cina Selatan (LCS). Cina memang sering bikin
gara-gara di Laut Cina Selatan dengan negara-negara di Asia Tenggara. Mereka
seolah-olah memiliki hak penuh atas LCS, padahal ada hukum internasional yang
mengatur tentang kepemilikan wilayah laut itu yang harus dipatuhi semuanya.
Oleh sebab itu, ketika Cina melanggar wilayah zona ekonomi eksklusif (ZEE)
Indonesia, kemudian Indonesia mengusirnya, bahkan Presiden RI Jokowi datang langsung
ke Natuna untuk memeriksa keadaan di sana, negara-negara Nato mendukung
Indonesia. Amerika Serikat sendiri memuji Indonesia setinggi langit. Pejabat AS
menyatakan bahwa Indonesia adalah negara satu-satunya di kawasan Asia Tenggara
yang berani menghadapi Cina. Demikian pula rakyat di kawasan Asia Tenggara
memuji Indonesia dan menginginkan pemimpinnya berani tegas terhadap Cina
seperti Jokowi.
Saling hormat antara pasukan Indonesia dan pasukan Amerika Serikat (Foto: JakartaGreater) |
Ketegangan Indonesia dan Cina di LCS dianggap AS sebagai pintu
masuk untuk makin terlibat di LCS. AS sempat menawarkan dirinya untuk membantu
Indonesia dalam menghadapi Cina. Akan tetapi, Indonesia adalah negara nonblok
dengan politik luar negeri bebas aktif yang tidak akan pro ke salah satu pihak,
Indonesia tetap bertahan untuk tidak pro ke AS dan tidak pro ke Cina. Indonesia
hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri dengan tetap mengupayakan
perdamaian dunia. Artinya, Indonesia tidak akan terlalu dekat ke AS atau ke
Cina. Indonesia tetap berusaha untuk tetap bisa berhubungan baik dengan negara
mana saja.
Dengan Cina banyak bisnis yang menguntungkan Indonesia.
Dengan AS persahabatan militer sangat menguntungkan Indonesia. Kedekatan
militer antara AS dan Indonesia sangat menguntungkan untuk keamanan di LCS
tanpa harus ikut bergabung dalam kekuatan militer AS seperti Nato. Kedekatan
militer ini semakin bertambah dengan dilakukannya latihan perang bersama
terbesar dalam sejarah antara AS dengan Indonesia, Agustus 2021, yang
melibatkan ribuan prajurit AS dan Indonesia.
Bagi AS, latihan bersama Indonesia diharapkan semakin
mudah untuk mengontrol Laut Cina Selatan dari pengaruh Cina. Sementara itu, Indonesia
pun berkepentingan untuk menjaga wilayah perairannya di situ.
Persahabatan antara militer Indonesia dan Amerika Serikat (Foto: Republika) |
Latihan antara AS dan Indonesia telah memantik kemarahan
Cina yang segera melakukan latihan perang bersama Rusia dengan melibatkan
sepuluh ribu pasukan. Kehadiran AS di Indonesia adalah ancaman bagi Cina.
Inilah yang dikatakan orang sebagai “perang
sudah di depan pintu Indonesia”. AS yang sudah lepas dari Afghanistan kini fokus
menghadapi Cina.
Indonesia harus tetap dengan prinsip nonbloknya untuk
tidak terseret ke sana kemari dalam perebutan pengaruh itu di samping harus
kukuh dalam politik luar negeri bebas aktif dalam menciptakan perdamaian dunia.
Kepentingan Indonesia adalah menjaga wilayah kekuasaannya sendiri dari bahaya
dikuasai negara lain. Untuk itulah, Indonesia harus pula tetap meningkatkan
kekuatan militernya sendiri. AS dan Cina adalah sama-sama sahabat Indonesia.
Satu-satunya jalan agar tidak berperang adalah menghormati hukum internasional
yang telah disepakati di Laut Cina Selatan. Kalaupun mereka berperang,
Indonesia wajib melindungi dirinya karena perang itu berada di depan pintu
Indonesia.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment