Sunday, 26 September 2021

Jangan Banyak Tingkah, Nanti Diciduk

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Indonesia memang menggunakan demokrasi, bebas berbicara, dan bebas bertindak asal tidak melanggar hukum. Hukum membatasi kebebasan itu agar tidak mengganggu orang lain dan tidak mengganggu jalannya perkembangan bangsa dan negara. Melakukan kritik dan koreksi harus, tetapi harus jelas data dan faktanya serta positif tujuannya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menyebarkan kebencian, kebohongan, hoax, fitnah yang tidak jelas data dan faktanya, hanya berkhayal, mengarang sendiri, dan membangun lamunan. Apalagi jika sampai melakukan tindakan atas dasar kebohongan. Kalau melanggar hukum, kasusnya bisa perdata atau pidana, bukan kriminalisasi.

        Pada 31 Oktober 2021 di Roma Presiden RI Jokowi menerima estafeta kepercayaan kepemimpinan Presidensi G20 dari Perdana Menteri Italia untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Indonesia. Dalam mengamankan kepercayaan, kepemimpinan, dan pelaksanaan berbagai kegiatan G20 di Indonesia, Menkopolhukam Mahfud M.D. sudah memberikan ancaman dan ketegasan luar biasa bahwa pemerintah tidak akan menolerir setiap gangguan keamanan apa pun, baik kecil apalagi besar, baik individu apalagi kelompok yang dipandang dapat mengganggu kepercayaan dunia pada Indonesia.

        Bagi saya, pernyataan Mahfud M.D. itu ancaman mengerikan yang dapat membuat seseorang atau kelompok diciduk tiba-tiba karena pernyataan atau tindakannya yang dianggap mengganggu keberlangsungan aktivitas keamanan selama Presidensi G20 dipegang Indonesia. Entah bagi orang-orang nekad yang merasa benar sendiri tanpa pengetahuan, mungkin pernyataan Mahfud M.D. dianggap angin lalu. Akan tetapi, jika sudah diciduk atau dibui, merengek-rengek minta dibebaskan, padahal mereka sendiri yang tidak bisa dibina. Kayak anak kecil yang baru belajar silat, punya satu dua jurus saja sudah berani petantang petenteng mengajak orang lain berkelahi. Kalau sudah digetok kepalanya, nangis nggak karuan.

        Ancaman Mahfud M.D. itu wajar dilakukan karena untuk mengingatkan siapa pun agar jangan banyak tingkah yang bakal mengganggu kepercayaan dunia serta kehormatan dan kemuliaan negara. Di samping itu, gangguan sekecil apa pun akan merugikan ekonomi rakyat.

        Coba bayangkan, dalam satu tahun para petinggi dari 19 negara maju dan berkembang ditambah 1 Unieropa itu akan lebih sering berada di Indonesia. Jika negara dan rakyat Indonesia dapat memberikan rasa aman dan nyaman, akan memberikan keuntungan sangat besar kepada Indonesia. Jangan dulu memikirkan keuntungan dari hasil-hasil pertemuan negara-negara hebat itu karena harus memerlukan pemahaman dan kebiasaan memperhatikan kondisi dunia. “Bisi teu kaotakan mikiran nu kitu mah”, kecuali bagi mereka yang memiliki gairah internasional. Bagi kita, sebagai rakyat, keuntungan yang mudah saja yang bisa kita dapatkan yang bisa kita pikirkan.

        Para tamu negara yang bakal hadir itu bisa mencapai ratusan, bahkan mungkin lebih dari seribu orang, saya tidak tahu benar. Akan tetapi, jika kita menghitung dari contoh bahwa satu orang wakil rakyat Amerika Serikat itu ditemani oleh lima belas staf, jumlahnya sudah enam belas orang. Itu baru seorang wakil rakyat, beda lagi jika pejabat setingkat menteri atau bahkan perdana menteri, presiden, raja, dan ratu, jumlahnya akan lebih banyak. Belum lagi ditambah tenaga keamanan dari negara masing-masing plus awak medianya, akan sangat banyak. Mereka jelas butuh hotel dan penginapan, artinya bisnis penginapan akan mengalami peningkatan. Mereka butuh transportasi, artinya bisnis antar-jemput akan bertambah. Mereka butuh makanan, artinya bisnis makanan dan minuman rakyat akan bertambah. Mereka pun akan penasaran mencicipi makanan Indonesia, sebagaimana ketika diadakan peringatan Konferensi Asia Afrika di Bandung, tukang tahu gejrot banyak mendapatkan pesanan. Begitu pula ketika diselenggarakan “Garuda Shield 2021” yang melibatkan pelatihan ribuan tentara Amerika Serikat dan TNI di Indonesia, tukang durian mendapatkan banyak untung. Artinya, restoran dan warung makan, bahkan jajanan Indonesia bisa mendapatkan banyak untung. Dalam pertemuan-pertemuan dan kegiatan resmi mereka jelas membutuhkan banyak kertas dan penggandaan dokumen, artinya tukang fotokopi akan kebanjiran pekerjaan. Mereka pun akan sangat penasaran dengan keindahan “wonderfull Indonesia” sehingga bisa jalan-jalan ke kota-kota besar dan indah untuk menikmati wisata, seperti, Yogyakarta, Bandung, Lombok, Papua, dan lain sebagainya. Pokoknya, akan banyak keuntungan bagi rakyat, belum lagi Indonesia bisa mengarahkan berbagai agenda kegiatan yang di dalamnya ada kepentingan untuk bangsa dan Negara Indonesia, akan lebih banyak keuntungan yang didapatkan. Kuncinya pemerintah dan rakyat Indonesia harus bersikap terhormat serta memberikan rasa aman dan nyaman. Bahkan, jika mereka merasa senang, meskipun Indonesia sudah selesai menjadi Presidensi G20, akan datang lagi dan lagi untuk berlibur dan berwisata.

        Jangan banyak tingkah. Kalau mau bertingkah, yang baik-baik saja. Kalau tidak, Mahfud M.D. sudah mengingatkan kita semua bahwa tidak akan menolerir gangguan sekecil apa pun.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment