oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Beberapa hari ini beredar
keresahan, kekecewan, kemarahan, dan kebingungan di masyarakat atas banyaknya
pejabat yang melaporkan hartanya dengan adanya penambahan harta. Hal itu
disebabkan banyak orang pintar yang mengelabui rakyat atau berharap rakyat
marah, kecewa terhadap pemerintah. Mereka memanfaatkan kebodohan atau
kekurangtahuan rakyat atas proses pertambahan harta itu. Mereka pada dasarnya
ingin rakyat tidak tenang. Ungkapan yang banyak beredar kan seperti ini, “rakyat
sedang susah di masa pandemi, tetapi harta pejabat bertambah”.
Begini ya, saya coba terangkan sedikit dari yang saya
tahu. Dalam berita terakhir yang saya perhatikan ada 70% pejabat yang hartanya
bertambah, 22% hartanya berkurang, sisanya mungkin belum melaporkan harta
kekayaannya.
Hal yang harus kita lakukan adalah harus menaruh hormat
kepada para pejabat itu, baik yang hartanya bertambah ataupun berkurang. Mereka
telah melaporkan harta kekayaannya, itu hal yang harus dihargai, tidak
menyembunyikan hartanya. Slogan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) “Berani Jujur Hebat”. Mereka yang belum
melaporkan kekayaannya bisa saja sedang sibuk ataupun dalam proses menyusun
laporannya itu karena tidak mudah juga.
Hal yang disebutkan adalah hartanya bertambah, bukan uang
tunai yang bertambah. Harta itu ada yang tetap, ada yang lancar, salah satunya
uang tunai. Mudah-mudahan tidak bingung. Artinya, dalam harta itu ada yang
cenderung meningkat ada yang cenderung turun nilainya. Misalnya, harta yang
berupa tanah, rumah, gedung nilainya cenderung meningkat dan tidak turun. Jika
dihitung, tentu saja jadi bertambah hartanya.
Kita-kita
juga begitu kok. Bagi yang punya rumah dan tanah sendiri hartanya pasti bertambah.
Misalnya, dulu waktu kita beli rumah harganya 200 juta, saat ini nilainya pasti
bertambah menjadi 400 juta, misalnya. Kita mungkin tidak merasakannya karena
bukan uang tunai yang bertambah. Sebetulnya, harta kita bertambah meskipun
rumahnya masih yang itu-itu juga.
Harta
yang cenderung nilainya turun, seperti, kendaraan, mobil, dan motor. Rata-rata
kendaraan itu nilainya turun meskipun ada jenis merk tertentu yang naik atau
minimal harganya tetap. Akan tetapi, kebanyakan nilainya turun. Misalnya, dulu waktu
beli harganya 200 juta, sekarang turun menjadi 100 juta. Contoh lain, waktu
beli motor harganya 18 juta, sekarang bisa turun harganya menjadi 9 juta. Nah,
para pejabat yang hartanya seperti berkurang itu karena bisa jadi banyak memiliki
harta yang cenderung nilainya selalu turun setiap tahun.
Harta
bertambah belum tentu korupsi. Harta yang turun belum tentu sholeh. Hal yang
harus diwaspadai adalah pertambahan hartanya tidak wajar. Demikian pula
penurunannya tidak wajar harus diwaspadai. Contohnya, seorang penjaga sekolah
tiba-tiba memiliki mobil Alphard atau Camry. Itu bisa dibilang tidak wajar meskipun
harus diteliti karena bisa saja dia mendapatkan warisan atau menang judi,
lotere, tetapi yang pasti bukan lotere “endog
cakcak”. Contoh lainnya, seorang pejabat tinggi tiba-tiba berkurang banyak
hartanya, itu harus diteliti karena bisa saja membiayai terorisme. Akan tetapi,
bisa juga dia dermawan dan memberikan banyak hartanya untuk orang-orang lain
yang sedang membutuhkan. Bersikap hati-hati dalam memberikan penilaian adalah
kebijaksanaan.
Begitu
ya sedikit saja ya, kalau dipanjangin ngomongin yang beginian bisi pusing
karena menyangkut hitung-hitungan ekonomi yang bikin pusing tea geningan. Akan
tetapi, dalam penilaian KPK hingga hari ini pertambahan dan penurunan harta
pejabat itu masih dalam tahap wajar. Kalau kita, sebagai rakyat, mengetahui ada
ketidakwajaran dan kecurigaan terhadap kekayaan pejabat negara, segera saja
laporkan ke KPK. Mereka menjamin kok identitas kita dirahasiakan sebagai
pelapor.
No comments:
Post a Comment