oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Itu kata saya yang terinspirasi
dari kalimat Iwan Fals, penyanyi balada paling terkenal di Indonesia.
Kata Iwan Fals, “Habis ini jadi presiden dunia!”
Yang dia maksud “habis ini” adalah setelah Indonesia
selesai menjadi Presidensi G20. Memang Indonesia terpilih untuk menjadi
Presidensi G20 mulai Oktober 2021 hingga satu tahun ke depan, 2022. G20 sendiri
adalah gabungan dari 19 negara-negara maju dan berkembang ditambah 1 Unieropa. Negara-negara
hebat itu percaya kepada Indonesia yang jelas dipimpin Jokowi untuk memimpin kegiatan-kegiatan
mereka dalam memecahkan beragam masalah. Dengan kepercayaan itu, Indonesia lebih
punya power untuk memberikan banyak masukan dan arahan dalam perbaikan dunia.
Dalam mengemban tugas sebagai Presidensi G20, Indonesia
mengusung tema “Recover Together, Recover
Stronger”, ‘Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat’. Hal itu bisa dipahami bahwa
dunia telah dan sedang mengalami masalah akibat bencana Covid-19. Indonesia
memimpin agar dunia bisa pulih bersama-sama untuk menjadi lebih kuat
dibandingkan sebelumnya.
Memang jabatan Presidensi G20 itu diemban secara
bergiliran di antara mereka, tetapi mereka pun akan menilai negara mana yang
pantas untuk memimpin dan menjadi tuan rumah kegiatan itu sesuai dengan kemampuan
dan kesiapan negara itu. Indonesia dianggap mampu dan siap untuk menjadi tuan
rumah dan memimpin G20 untuk satu tahun ke depan dengan 150 kegiatan diadakan
di Indonesia. Bayangkan, para pemimpin dunia beserta rombongan akan hadir di
Indonesia dalam satu tahun ke depan. Indonesia dapat mengambil banyak manfaat
dari hal itu, baik dari segi politik, sosial, maupun ekonomi. Banyak keuntungan
yang akan didapatkan.
Nah, kata Iwan Fals, setelah menjadi Presidensi G20, akan
menjadi presiden dunia. Itu karena saking gembiranya dia atas kepercayaan dunia
kepada Jokowi dan Indonesia.
Kalaulah memang ada sistem kepresidenan dunia, memang
Jokowi yang katanya planga plongo itu sudah tercatat sebagai presiden paling populer,
No. 1, di dunia. Hal itu didasarkan pada survey yang dilakukan media online
internasional “Gzeromedia.com”. Mereka menempatkan Jokowi dalam posisi paling
atas di atas pemimpin dunia lainnya. Begini ranking para pemimpin itu dari yang
paling tinggi nilainya: Presiden Indonesia Joko Widodo (71%), Presiden Rusia
Vladimir Putin (64%), Perdana Menteri India Narendra Modi (63%), Kanselir
Jerman Angela Markel (53%), Presiden AS Donald Trump (42%), Presiden Argentina Mauricio
Macri (30%), Presiden Perancis Emmanuel Maccron (27%), serta Perdana Menteri
Inggris Theresa May (22%). Selebihnya, urutan yang bawahnya cari sendiri.
Dipercayanya
Indonesia yang dipimpin Jokowi untuk memimpin 19 negara hebat ditambah 1 Unieropa
adalah kehormatan dan kemuliaan. Kita sebagai rakyat Indonesia harus mendukung
dan berupaya mendapatkan keuntungan dari kepercayaan itu.
Soal
Jokowi menjadi pemimpin paling populer itu gara-gara para pembencinya sendiri.
Sudah saya bilangin jangan ngomongin Jokowi terus, eh malah nggak percaya,
terus saja diomongin. Ketika para pembencinya menghina dan bikin fitnah, para
pendukung Jokowi melawan. Akibatnya, nama Jokowi jadi makin sering dibicarakan.
Dunia pun jadi ikutan memperhatikan Jokowi dan Indonesia. Makin memperhatikan,
makin penasaran mereka terhadap Jokowi dan Indonesia. Akhirnya, kan jadi makin
terkenal dan dipercaya dunia.
Kacau kalian
mah, pemimpin kalian lebih kacau lagi memprovokasi orang untuk membenci dan
percaya hoax. Akibatnya, orang yang kalian sangat benci menjadi pusat perhatian
dunia. Tak heran jika kalian disebut orang-orang “sumbu pendek”, artinya
sumbunya pendek gampang meledak kayak petasan. Pikirannya pendek dan tidak
berpikir jauh ke depan, pokoknya meledak saja dulu, soal akibatnya urusan
belakangan.
Kini
apa yang terjadi? Kalian beruntung?
Orang
yang kalian sangat benci menjadi sangat terangkat kedudukannya di mata dunia.
Kalian
ngapain sekarang?
Meskipun
demikian, tenanglah, kalem saja, Jokowi tidak akan jadi presiden dunia kok. Hal
itu disebabkan tidak ada sistem kepresidenan dunia. Sistem dunia adalah
anarkis, tak ada satu negara pun yang mau tunduk pada negara yang lainnya.
Setiap negara hanya tunduk pada kepentingan dirinya sendiri.
Oh
iya, judul yang saya buat itu cuma untuk seru-seruan. Akan tetapi, yang penting
mari sama-sama belajar untuk berpikir jauh ke depan, jangan menjadi orang
bersumbu pendek yang mudah meledak tidak karuan.
No comments:
Post a Comment