Sunday, 12 September 2021

Megawati Sakit Keras

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Beberapa hari ini muncul kabar entah dari siapa awalnya yang mengatakan bahwa pucuk pemimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dalam keadaan kritis sakit keras hingga dilarikan ke rumah sakit. Tentu saja hal ini menjadi viral. Saya sih biasa-biasa saja menanggapinya, malahan ingin ketawa, soalnya ini pasti hoax. Berbeda dengan pengurus dan anggota militan PDIP, ada yang marah dan ada yang sedih menanggapinya. Saya sih menduga mereka marah dan menangis bukan karena berita hoax itu, toh Megawati ternyata baik-baik saja. Kalaupun beneran sakit, itu hal biasa, manusiawi.

            Hal yang membuat mereka marah dan sedih itu pasti komentar-komentar penuh dosa yang dialamatkan kepada Megawati, seperti, “Mak Lampir semoga cepat mati. Nenek tua yang penuh kedzoliman. Mak Banteng pendosa yang mengkriminalisasi ulama”. Masih banyak kalimat kasar dalam mengomentari hoax itu. Entah mereka pada belajar agama di mana bisa keluar caci maki seperti itu. Kata-kata itu jelas membuat marah militan muda PDIP. Untungnya, kemarahan mereka masih bisa diredam para pengurus PDIP yang lebih dewasa. Kalau tidak, malah diprovokasi, mereka bisa menguber orang-orang kasar itu. Akibatnya, bisa diduga, di samping akan ada kekerasan, juga pasti terlibat urusan hukum.

            Bagi saya sih, lucu.

            Untuk apa bikin hoax Megawati sakit kritis?

            Apa untungnya?

            Kalau memang sakit atau bahkan meninggal, apa untungnya buat mereka?

            PDIP kan masih punya Puan Maharani dan keturunan Soekarno lainnya. Sakit, sehat, mati, itu kan hal biasa.

            Hal yang jelas, mereka itu bikin dosa. Bikin hoax itu dosa, apalagi sampai mempengaruhi orang untuk caci maki hingga lebih berdosa. Lebih jauh lagi jika sampai terjadi kekerasan, dosanya bisa berlipat-lipat ganda.

            Ada komentar sangat lucu yang bikin saya tertawa … ha, ha, ha …. “Berita ini telah membuktikan bahwa rakyat sangat muak kepada nenek-nenek itu”. Seperti saya bilang, orang yang berkomentar seperti itu entah belajar agama di mana dan belajar politik sama siapa.

            Saya jadi teringat Gus Dur (alm) yang kalau ada orang teriak-teriak mengatasnamakan rakyat, suka bilang, “Rakyat yang mana? Alamatnya di mana?”

            Kalau hitung-hitungan data, jelas bahwa PDIP itu pemenang Pemilu Legislatif. Artinya, jumlah rakyat yang memilih PDIP adalah paling banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Jadi, rakyat yang menyukai Megawati adalah yang terbanyak di Indonesia ini.

            Mudah kan membandingkan jumlah rakyat yang ngefans dan yang muak terhadap Megawati?

            Ada lagi yang lebih lucu. Ada orang berjanggut, berpakaian gamis, mirip Abu Jahal di film-film itu yang menyeret-nyeret Jokowi. Menurutnya, Jokowi harus mengklarifikasi berita Megawati sakit keras. Kalau itu benar, harus diumumkan. Kalau hoax, katakan saja hoax.

            Beneran lucu ini mah.

            Buat apa Presiden ngurusin masalah hoax remeh temeh itu?

            Masih banyak pekerjaan lain yang lebih penting untuk dilakukan Presiden.   

            Orang semacam ini nggak pernah bisa “move on” dari Jokowi. Kasihan juga sih.

            Seperti biasa, Jokowi tidak akan merespon, cuek. Eh, sebetulnya, Jokowi nggak cuek-cuek amat sih. Kelihatannya aja Si Kurus Kerempeng itu cuek. Padahal, dia memperhatikan juga, cuma nunggu waktu yang tepat aja buat kasih pelajaran. Kalau waktunya sudah tepat, dia langsung nempeleng orang dan tidak bisa bangun lagi. Tempelengannya keras sekali. Bukan satu dua orang terjungkal. Sekali tempeleng,  ribuan, bahkan jutaan orang terkapar. Lihat saja, sekali tempeleng, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sempoyongan, bubar. Sudah banyak yang dia tempeleng. Padahal, Jokowi menempeleng sambil planga-plongo lho. Coba kalau tidak sambil planga-plongo, lebih parah lagi akibatnya, akan lebih banyak orang masuk penjara.

            Sudahlah, berhenti bikin dusta, memprovokasi orang untuk marah-marah, nyinyir, dan bikin dosa. Kalau merasa sebagai ahli agama, doronglah orang supaya menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik, lebih bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarganya, tetangganya, sekitarnya, nusa, dan bangsa. Mudah-mudahan bisa menjadi pribadi penuh cinta sehingga mudah sekali menurunkan cinta Allah swt untuk dirinya dan untuk orang lain.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment