oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Beberapa hari ini muncul
kabar entah dari siapa awalnya yang mengatakan bahwa pucuk pemimpin Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dalam keadaan
kritis sakit keras hingga dilarikan ke rumah sakit. Tentu saja hal ini menjadi
viral. Saya sih biasa-biasa saja menanggapinya, malahan ingin ketawa, soalnya
ini pasti hoax. Berbeda dengan pengurus dan anggota militan PDIP, ada yang
marah dan ada yang sedih menanggapinya. Saya sih menduga mereka marah dan
menangis bukan karena berita hoax itu, toh Megawati ternyata baik-baik saja.
Kalaupun beneran sakit, itu hal biasa, manusiawi.
Hal yang membuat mereka marah dan sedih itu pasti
komentar-komentar penuh dosa yang dialamatkan kepada Megawati, seperti, “Mak Lampir semoga cepat mati. Nenek tua
yang penuh kedzoliman. Mak Banteng pendosa yang mengkriminalisasi ulama”. Masih
banyak kalimat kasar dalam mengomentari hoax itu. Entah mereka pada belajar
agama di mana bisa keluar caci maki seperti itu. Kata-kata itu jelas membuat
marah militan muda PDIP. Untungnya, kemarahan mereka masih bisa diredam para
pengurus PDIP yang lebih dewasa. Kalau tidak, malah diprovokasi, mereka bisa
menguber orang-orang kasar itu. Akibatnya, bisa diduga, di samping akan ada kekerasan,
juga pasti terlibat urusan hukum.
Bagi saya sih, lucu.
Untuk apa bikin hoax Megawati sakit kritis?
Apa untungnya?
Kalau memang sakit atau bahkan meninggal, apa untungnya
buat mereka?
PDIP kan masih punya Puan Maharani dan keturunan Soekarno
lainnya. Sakit, sehat, mati, itu kan hal biasa.
Hal yang jelas, mereka itu bikin dosa. Bikin hoax itu
dosa, apalagi sampai mempengaruhi orang untuk caci maki hingga lebih berdosa. Lebih
jauh lagi jika sampai terjadi kekerasan, dosanya bisa berlipat-lipat ganda.
Ada komentar sangat lucu yang bikin saya tertawa … ha,
ha, ha …. “Berita ini telah membuktikan
bahwa rakyat sangat muak kepada nenek-nenek itu”. Seperti saya bilang,
orang yang berkomentar seperti itu entah belajar agama di mana dan belajar
politik sama siapa.
Saya jadi teringat
Gus Dur (alm) yang kalau ada orang teriak-teriak mengatasnamakan rakyat, suka
bilang, “Rakyat yang mana? Alamatnya di
mana?”
Kalau hitung-hitungan
data, jelas bahwa PDIP itu pemenang Pemilu Legislatif. Artinya, jumlah rakyat
yang memilih PDIP adalah paling banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Jadi, rakyat
yang menyukai Megawati adalah yang terbanyak di Indonesia ini.
Mudah kan membandingkan jumlah rakyat yang ngefans dan
yang muak terhadap Megawati?
Ada lagi yang lebih lucu. Ada orang berjanggut,
berpakaian gamis, mirip Abu Jahal di film-film itu yang menyeret-nyeret Jokowi.
Menurutnya, Jokowi harus mengklarifikasi berita Megawati sakit keras. Kalau itu
benar, harus diumumkan. Kalau hoax, katakan saja hoax.
Beneran lucu ini mah.
Buat apa Presiden ngurusin masalah hoax remeh temeh itu?
Masih banyak pekerjaan lain yang lebih penting untuk
dilakukan Presiden.
Orang semacam ini nggak pernah bisa “move on” dari Jokowi. Kasihan juga sih.
Seperti biasa, Jokowi tidak akan merespon, cuek. Eh,
sebetulnya, Jokowi nggak cuek-cuek amat sih. Kelihatannya aja Si Kurus
Kerempeng itu cuek. Padahal, dia memperhatikan juga, cuma nunggu waktu yang
tepat aja buat kasih pelajaran. Kalau waktunya sudah tepat, dia langsung nempeleng
orang dan tidak bisa bangun lagi. Tempelengannya keras sekali. Bukan satu dua
orang terjungkal. Sekali tempeleng, ribuan, bahkan jutaan orang terkapar. Lihat
saja, sekali tempeleng, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sempoyongan, bubar. Sudah
banyak yang dia tempeleng. Padahal, Jokowi menempeleng sambil planga-plongo
lho. Coba kalau tidak sambil planga-plongo, lebih parah lagi akibatnya, akan
lebih banyak orang masuk penjara.
Sudahlah, berhenti bikin dusta, memprovokasi orang untuk
marah-marah, nyinyir, dan bikin dosa. Kalau merasa sebagai ahli agama,
doronglah orang supaya menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik, lebih
bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarganya, tetangganya, sekitarnya, nusa,
dan bangsa. Mudah-mudahan bisa menjadi pribadi penuh cinta sehingga mudah
sekali menurunkan cinta Allah swt untuk dirinya dan untuk orang lain.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment