oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sedih campur ketawa saya menyaksikan perilaku mahasiswa
yang kemarin, Senin, 27 September 2021, demonstrasi di depan gedung KPK.
Kebanyakan sedih sih.
Buat apa mereka mendesak Jokowi untuk meloloskan 56 atau
57 orang gagal tes itu menjadi ASN di lingkungan KPK?
Kahiyang Ayu yang jelas-jelas anak kandung Presiden Jokowi
saja gagal tes CPNS tidak dibantuin untuk jadi pegawai negeri kok.
Masa
mereka yang bukan anak, bukan saudara, bukan kerabat, nggak ada malu-malunya mengancam
Jokowi supaya dilolosin jadi pegawai KPK, mengerahkan mahasiswa lagi?
Padahal,
sudah nyata-nyata mereka gagal dalam tes wawasan kebangsaan (TWK).
“Cik atuuuh … mikir”.
Hal yang bikin saya semakin ingin tertawa sekaligus sedih
adalah pada poin kelima dari tuntutan para mahasiswa itu. Mereka menuntut bahwa
permasalahan korupsi Bansos harus diselesaikan.
Mereka demonstrasi pada September 2021, sedangkan kasus
korupsi Bansos itu sudah selesai pada Agustus 2021, satu bulan sebelumnya.
Menteri Juliari Batubara sudah dipecat jadi menteri. Dia sudah divonis penjara
selama 12 tahun. Artinya, kasus itu sudah diselesaikan.
Lalu, buat apa mahasiswa menuntut untuk diselesaikan?
Kan
sudah selesai.
Ini
mah mirip seorang laki-laki yang dipaksa untuk menikah dan harus bertanggung
jawab atas hidup perempuan yang dihamilinya, padahal laki-laki itu memang
suaminya.
Buat
apa memaksa dia untuk menikahi perempuan itu?
Kan
dia suaminya, artinya mereka sudah menikah sejak lama. Kan lucu jadinya.
Buat
apa menuntut kasus Bansos mantan Menteri Juliari Batubara untuk diselesaikan?
Kan
sudah dijatuhi hukuman 12 tahun penjara, artinya kasus itu sudah diselesaikan.
Kan lucu jadinya.
Ini
menunjukkan bahwa para mahasiswa itu tidak membaca dan tidak mengikuti berita.
Mereka kurang mengupdate informasi. Mungkin mereka hanya punya satu sumber
berita, yaitu orang-orang yang mengendalikan mereka.
Di
samping itu, mereka pun menuntut agar permasalahan kasus korupsi BLBI
diselesaikan.
Korupsi
apa di BLBI?
Kasus
BLBI itu bukan kasus korupsi, melainkan kasus hutang piutang yang melibatkan
negara. Sekarang negara sedang memburu harta-harta mereka yang berhutang kepada
negara dan belum dibayar-bayar lunas hingga hari ini, padahal sudah 22 tahun.
Keluarga Cendana dan keluarga Bakrie pun disasar untuk ditagih
hutang-hutangnya.
Menurut
saya, lebih hebat Suroto dalam berdemonstrasi.
Masih
ingat, kan?
Suroto
yang peternak itu membentangkan poster di depan Jokowi dan meminta harga jagung
diturunkan secara wajar. Aksi protes dia benar, ada masalahnya, terasa dan
dapat dipahami masalahnya, bukan hoax, serta masalahnya sedang terjadi, bukan
sudah selesai diatasi sehingga penyelesaiannya pun dapat dilakukan dengan
benar. Meskipun dia sempat ditangkap polisi, tetapi akibat aksinya pemerintah
menyalurkan puluhan ribu ton jagung ke wilayah-wilayah tertentu yang dianggap
bermasalah. Suroto sendiri dihadiahi 20 ton jagung oleh Jokowi.
Begitu
ya.
Mahasiswa
jangan memalukan. Saya juga pernah menjadi mahasiswa, sekarang sedang mengajar
mahasiswa, dan pengen menjadi mahasiswa lagi, insyaallah. Coba pahami dengan benar sebelum beraksi dan jadikan
moral sebagai panduan aksi. Jangan melakukan aksi yang hanya menjatuhkan
martabat mahasiswa.
No comments:
Post a Comment