Wednesday 15 September 2021

Permufakatan Jahat Istana

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Istilah “permufakatan jahat istana” saya dengar dari Refly Harun, dosen dan pengamat politik, khususnya tatanegara. Dia mengatakan hal itu di chanel youtube miliknya. Kalau saya tidak salah menganalisis, dia mengatakan hal itu karena istana Presiden Jokowi telah mengumpulkan kekuatan yang sangat besar dan membuat Anies Baswedan kesulitan untuk menjadi presiden. Dia menganggap apa yang dilakukan istana adalah kejahatan terhadap demokrasi. Begitu yang dia bilang di kanalnya yang katanya keren cadas itu.

            Saya kebingungan, jahatnya istana di sebelah mana?

            Kalau disebut jahat itu, kan harus ada pelanggaran terhadap hukum, UU, atau aturan.

            Hukum apa yang dilanggar oleh istana?

            Kalaulah Jokowi mengumpulkan kekuatan politik sehingga sulit ditandingi, itu adalah kecerdasan dan kreativitas istana untuk melancarkan program-program kerjanya, termasuk menghadapi Pilpres 2024. Anies Baswedan dan konco-konconya pun bisa melakukan hal itu. Kumpulkan saja kekuatan politik yang besar sehingga kekuatan itu percaya kepada Anies untuk menjadi presiden. Semua orang boleh kok melakukan hal itu, tidak ada kejahatan di sana.

            Sekarang memang Istana Si Klemar Klemer lebih jauh melangkah untuk memantapkan kekuatannya sehingga sulit diimbangi. Dari sekarang sudah tampak menang di atas angin. Oleh sebab itulah, Si Cungkring ini dianggap melakukan permufakatan jahat hingga menjadi terlalu kuat.

            Menurut saya, orang yang bilang Jokowi melakukan permufakatan jahat adalah karena dia kalah langkah, kalah ide, kalah cerdas, dan kalah kepercayaan oleh Jokowi. Padahal, siapa pun bisa melakukan itu asal bisa dipercaya saja sama orang lain dan itu bukan kejahatan karena tidak ada aturan yang dilanggar.

            Pertandingan apa pun harus mempersiapkan diri untuk menang sehingga musuhnya bisa kalah dengan mudah. Mau pertandingan olah raga, seni, bahasa, budaya, atau yang lainnya harus memperkuat diri untuk menang sebelum pertandingan. Kalau ingin mengimbangi Jokowi, pihak Anies harus mampu mengajak kekuatan-kekuatan politik yang sudah bergabung dengan Jokowi untuk beralih bergabung dengan dirinya. Misalnya, rayu dan ajak lagi PAN untuk bareng. Yakinkan Nasdem agar percaya untuk mendukung Anies dengan berbagai program masa depan. Begitu seharusnya. Itu tidak salah.

            Kalau orang lain sudah lebih dulu maju, melangkah, terus menganggap orang lain itu jahat, lucunya jadinya. Cengeng amat.

            Persiapkan diri untuk bertanding apa pun dan buat orang lain percaya bahwa diri kita layak didukung. Jangan cengeng.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment