oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kemenangan Taliban menguasai
Afghanistan secara penuh telah menimbulkan kegembiraan luar biasa bagi para
pendukungnya di tanah air, bahkan tidak sedikit para pengamat terorisme dan
intelijen di Indonesia menggambarkan kegembiraan mereka. Banyak di antara para
pendukungnya yang mengatakan bahwa kalau Taliban mampu berkuasa di Afghanistan,
mereka pun seharusnya bisa berkuasa di Indonesia.
Hal ini diperparah dengan hoax dan provokasi yang
menjerumuskan. Kemenangan Taliban seolah-olah akibat perang habis-habisan
dengan Amerika Serikat (AS). Hasilnya, AS kalah perang. Kemudian,
dihubung-hubungkan dengan kisah-kisah zaman akhir yang menggambarkan bahwa
Taliban adalah pasukan Allah swt. Banyak hoax dan provokasi yang beredar.
Hal ini harus diwaspadai karena berpotensi menipu anak-anak
muda yang berghirah Islam tinggi untuk kemudian melakukan aksi-aksi konyol yang
akibatnya kalau tidak ditangkap Densus 88, mati karena melakukan pemboman bunuh
diri. Anak-anak muda itu tertipu karena kisah hoax tentang Taliban yang bisa
berperang mengalahkan AS.
Peristiwa yang sesungguhnya terjadi di Afghanistan bisa
kita ikuti bersama dari berbagai berita yang ada, termasuk penjelasan dari
Jusuf Kalla yang sempat menjadi juru damai antara Taliban dan pemerintah
Afghanistan. Kemenangan Taliban di Afghanistan itu bukan karena perang yang
membuat AS kalah, melainkan disebabkan AS sudah merasa rugi berada di
Afghanistan. AS tidak mendapatkan keuntungan apa-apa lagi dari keberadaan
mereka di Afghanistan. Oleh sebab itu, AS pergi meninggalkan Afghanistan. Di
samping itu, pemerintahan Presiden Afghanistan Ashraf Gani sangat lemah dan
tidak bisa mengomandoi tentara resmi Afghanistan. Oleh sebab itu, Ashraf Gani
kabur ke UEA, para jenderal tentara resmi pun mayoritas pada kabur beserta para
tentaranya ke negara-negara terdekat atau ke negara mana saja yang mereka
anggap aman. Tentara resmi Afghanistan tidak mau melakukan pertumpahan darah.
Jadi, bukan karena perang habis-habisan Taliban bisa menang, melainkan AS bosan
di Afghanistan, lalu pergi yang diikuti dengan kaburnya pemerintahan dan
militer Ashraf Gani yang hidupnya selalu ketergantungan kepada AS. Pasukan AS
pergi, pemerintah dan militer Afghanistan pun pergi. Taliban leluasa untuk
menguasai Afghanistan. Itu yang terjadi.
Jauh berbeda dengan Indonesia. Presiden RI Jokowi sangat
kuat menjadi panglima tertinggi militer; polisi dan tentara Indonesia sangat
cinta terhadap negaranya dan bersedia berkorban untuk Indonesia. Indonesia
tidak memiliki ketergantungan terhadap negara lain. Indonesia tidak tergantung
pada AS, Cina, Jepang, atau negara mana pun. Ada atau tidak ada negara-negara
itu, tidak ada pengaruhnya bagi Indonesia. Biasa saja. Kerja sama bisa dilakukan
dengan negara mana pun. Jadi, kalau ada yang tertipu hoax tentang kemenangan
Taliban, lalu melakukan tindakan-tindakan memerangi pemerintah Indonesia yang
sah, itu konyol namanya.
Sebagai anak-anak muda Indonesia, untuk mengabdikan diri
kepada Allah swt bisa dengan melakukan berbagai prestasi, misalnya, sekolah dan
kuliah yang baik. Kalau mendapatkan beasiswa, jangan khianati pemberi beasiswa
itu. Jadilah manusia yang bermanfaat bagi diri, keluarga, dan masyarakat
sekitar. Aktif dalam berbagai kegiatan yang bisa menghasilkan banyak penemuan
baru. Kalau sudah bekerja, berkarir dan berbisnis yang baik, kemudian membantu
orang-orang lain yang sedang membutuhkan, baik dengan pikiran, tenaga, ataupun
materi.
Jangan percaya omong kosong yang memprovokasi untuk
melakukan kekerasan dengan janji surga. Islam itu “rahmatan lil alamin”, memberikan banyak manfaat
dan kenyamanan bagi alam semesta.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment