Friday, 3 September 2021

Jangan Jadi Korban Hoax tentang Taliban

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kemenangan Taliban menguasai Afghanistan secara penuh telah menimbulkan kegembiraan luar biasa bagi para pendukungnya di tanah air, bahkan tidak sedikit para pengamat terorisme dan intelijen di Indonesia menggambarkan kegembiraan mereka. Banyak di antara para pendukungnya yang mengatakan bahwa kalau Taliban mampu berkuasa di Afghanistan, mereka pun seharusnya bisa berkuasa di Indonesia.

            Hal ini diperparah dengan hoax dan provokasi yang menjerumuskan. Kemenangan Taliban seolah-olah akibat perang habis-habisan dengan Amerika Serikat (AS). Hasilnya, AS kalah perang. Kemudian, dihubung-hubungkan dengan kisah-kisah zaman akhir yang menggambarkan bahwa Taliban adalah pasukan Allah swt. Banyak hoax dan provokasi yang beredar.

            Hal ini harus diwaspadai karena berpotensi menipu anak-anak muda yang berghirah Islam tinggi untuk kemudian melakukan aksi-aksi konyol yang akibatnya kalau tidak ditangkap Densus 88, mati karena melakukan pemboman bunuh diri. Anak-anak muda itu tertipu karena kisah hoax tentang Taliban yang bisa berperang mengalahkan AS.

            Peristiwa yang sesungguhnya terjadi di Afghanistan bisa kita ikuti bersama dari berbagai berita yang ada, termasuk penjelasan dari Jusuf Kalla yang sempat menjadi juru damai antara Taliban dan pemerintah Afghanistan. Kemenangan Taliban di Afghanistan itu bukan karena perang yang membuat AS kalah, melainkan disebabkan AS sudah merasa rugi berada di Afghanistan. AS tidak mendapatkan keuntungan apa-apa lagi dari keberadaan mereka di Afghanistan. Oleh sebab itu, AS pergi meninggalkan Afghanistan. Di samping itu, pemerintahan Presiden Afghanistan Ashraf Gani sangat lemah dan tidak bisa mengomandoi tentara resmi Afghanistan. Oleh sebab itu, Ashraf Gani kabur ke UEA, para jenderal tentara resmi pun mayoritas pada kabur beserta para tentaranya ke negara-negara terdekat atau ke negara mana saja yang mereka anggap aman. Tentara resmi Afghanistan tidak mau melakukan pertumpahan darah. Jadi, bukan karena perang habis-habisan Taliban bisa menang, melainkan AS bosan di Afghanistan, lalu pergi yang diikuti dengan kaburnya pemerintahan dan militer Ashraf Gani yang hidupnya selalu ketergantungan kepada AS. Pasukan AS pergi, pemerintah dan militer Afghanistan pun pergi. Taliban leluasa untuk menguasai Afghanistan. Itu yang terjadi.

            Jauh berbeda dengan Indonesia. Presiden RI Jokowi sangat kuat menjadi panglima tertinggi militer; polisi dan tentara Indonesia sangat cinta terhadap negaranya dan bersedia berkorban untuk Indonesia. Indonesia tidak memiliki ketergantungan terhadap negara lain. Indonesia tidak tergantung pada AS, Cina, Jepang, atau negara mana pun. Ada atau tidak ada negara-negara itu, tidak ada pengaruhnya bagi Indonesia. Biasa saja. Kerja sama bisa dilakukan dengan negara mana pun. Jadi, kalau ada yang tertipu hoax tentang kemenangan Taliban, lalu melakukan tindakan-tindakan memerangi pemerintah Indonesia yang sah, itu konyol namanya.

            Sebagai anak-anak muda Indonesia, untuk mengabdikan diri kepada Allah swt bisa dengan melakukan berbagai prestasi, misalnya, sekolah dan kuliah yang baik. Kalau mendapatkan beasiswa, jangan khianati pemberi beasiswa itu. Jadilah manusia yang bermanfaat bagi diri, keluarga, dan masyarakat sekitar. Aktif dalam berbagai kegiatan yang bisa menghasilkan banyak penemuan baru. Kalau sudah bekerja, berkarir dan berbisnis yang baik, kemudian membantu orang-orang lain yang sedang membutuhkan, baik dengan pikiran, tenaga, ataupun materi.

            Jangan percaya omong kosong yang memprovokasi untuk melakukan kekerasan dengan janji surga.  Islam itu “rahmatan  lil alamin”, memberikan banyak manfaat dan kenyamanan bagi alam semesta.

            Sampurasun.




No comments:

Post a Comment