Wednesday 7 July 2010

Jangan Malu Berhenti Berdemokrasi

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Kita merdeka bukan hanya menginginkan lepas dari kekuasaan bangsa asing saja kan? Juga bukan hanya ingin agar bebas berbicara dan mengeluarkan pendapat. Kita merdeka menginginkan juga adanya peningkatan hidup. Kita ingin cukup makan, bisa sekolah, jalan-jalan dengan aman, punya penghasilan, beribadat dengan tenang, rekreasi, punya tempat tinggal yang nyaman, dapat mengekspresikan diri, bergembira, bersatu hati dengan sesama, berkeluarga dengan baik, pendeknya terpenuhi kebutuhan lahir dan batin.

Untuk mencapai hal-hal itu, tentunya dibutuhkan sistem pergaulan berbangsa dan bernegara yang mendukung. Tak perlu kita menyakralkan suatu sistem tertentu. Yang harus dilakukan adalah mencari cara, mencari sistem yang tepat untuk kehidupan bangsa ini. Bangsa ini sejak awal kemerdekaan telah melakukannya, mencoba berpikir, dan merenung untuk kemudian diterapkan dengan harapan bisa berhasil. Akan tetapi, sampai saat ini harapan itu tak kunjung datang. Penyebab utamanya adalah tidak adanya kepercayaan kepada diri sendiri dan menganggap orang-orang luar lebih hebat segala-galanya, baik itu teknologi, kebiasaan hidup, cita-cita, maupun cara-cara bernegaranya. Oleh sebab itu, kita sangat mempercayai bahwa bangsa ini adalah bangsa terbelakang dan harus selalu meniru orang lain.

Pada tulisan-tulisan yang lalu sudah disebutkan bahwa kita telah melaksanakan demokrasi berkali-kali sesuai dengan cirinya masing-masing, tetapi negeri ini yang kata Gus Dur adalah terkaya di dunia masih juga tetap miskin, menderita, dan jadi bulan-bulanan pihak asing. Kesulitan itu pasti ada penyebabnya, yaitu kalau bukan orangnya, pasti sistemnya yang salah. Namun, bisa pula dua-duanya, baik orangnya maupun sistemnya yang salah. Soal pihak asing, Dajjal, dan Iblis sebenarnya bagaimana kitanya. Mereka pasti akan tunduk kepada kita selaku tuan rumah jika kita punya harga diri dan kemampuan untuk menunjukkan jati diri.

Ada seorang politisi di dalam sebuah stasiun televisi yang mengatakan bahwa kita bisa memilih antara hidup seperti Cina atau India. Cina yang komunis otoriter atau India yang demokratis. Dalam kenyataan, Cina lebih maju dalam ekonomi dan lebih tegas dalam penanganan korupsi, sedangkan India maju perlahan dan diperkirakan akan maju setelah beberapa puluh tahun kemudian.

Si Politisi itu mengatakan dengan tegas, “Saya lebih suka memilih hidup seperti India.”

Saya berpendapat bahwa dia itu goblok, bego, dan tolol. Rakyat yang sudah megap-megap ini disuruh bersabar sampai puluhan tahun. Mau tunggu kematian massal karena kelaparan? Mau bersabar sambil nonton kriminalitas yang semakin merajalela? Mau tenang tunggu waktu sambil menyaksikan perilaku korupsi tak berhenti? Begitu?

Saya lebih suka kita hidup dengan cara sendiri sebagaimana orang Indonesia yang punya masa keemasan dan kejayaan dengan kegagahan kerajaan-kerajaannnya dan kemakmuran hidupnya. Saya lebih menginginkan Indonesia memiliki sistem politik yang berasal dari jiwa, nilai, norma yang telah ada sejak kita dilahirkan, bahkan telah ada sejak zaman dulu kala karena di sanalah sebenarnya letak kekuatan kita.

Sistem politik yang sekarang dianut bangsa ini terlalu banyak mengadopsi pemikiran orang lain yang memiliki sejarah dan kebiasaan hidup berbeda dengan kita.

Tak perlu malu untuk berubah. Tak perlu merasa ditelanjangi kalau kita memang harus berhenti melaksanakan demokrasi.

Mungkinkah kita masih bertahan dengan pendapat bahwa demokrasi itu adalah sistem politik yang terbaik di dunia? Dengan sejarah yang sudah dipaparkan pada tulisan-tulisan yang lalu, masih juga tidak mengerti? Baik, kalau begitu, memang harus diperjelas.

Berikut ini ada beberapa poin mengenai keburukan demokrasi yang nanti akan lebih dibahas satu per satu. Poin-poin itu adalah demokrasi itu melepaskan rakyat ke pangkuan Dajjal dan Iblis, menyuburkan pertengkaran, melambankan pengambilan keputusan, membludakkan orang-orang munafik, memboroskan dana, mengukuhkan korupsi, tidak konsisten, menggadaikan bangsa, menghapus pahala, menciptakan oligarki, kedaulatan rakyat semu, menumbuhkan sikap ambisius, dan pendeknya masa pemerintahan.

Seperti yang tadi disebutkan poin-poin itu akan dibahas lebih lanjut dalam setiap tulisan.

No comments:

Post a Comment