Sunday, 11 July 2010

Pemimpin Pelacur

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Dengan ditinggalkannya Pancasila, bahkan dilukainya, mata kita tertutup oleh kabut semu. Semua orang berlomba meniru gaya hidup orang lain, gaya hidup kapitalistis. Bahkan, sudah menjadi rahasia umum bahwa di negeri ini banyak pemimpin yang telah berbuat cabul dengan negeri-negeri kapitalis. Sudah banyak instansi, baik swasta maupun negeri yang mendapat “sokongan” dana dari pihak asing kapitalis.

Orang biasanya berpendapat ambil saja uangnya atau bantuannya, itu kan menguntungkan kita. Saya tegaskan sekali lagi, dalam dunia kapitalis berlaku no free lunch, ‘tak ada makan siang gratis’, semua yang dilakukannya harus ada timbal balik yang lebih tinggi. Kita jangan menyamakan kata ‘bantuan’ dari asing dengan bantuan dari dalam negeri sendiri. Kalau kita membantu tetangga atau kerabat yang sedang kesulitan, biasanya memang dengan rela atas dasar kasih sayang. Berbeda dengan bantuan yang diberikan negara lain. Mereka menginginkan sesuatu yang lebih manis dari Indonesia, tidak tulus.

Kucuran-kucuran dana dari pihak asing itu memang juga lezat rasanya, tetapi penuh dengan racun. Kita bisa diperbudak selama-lamanya. Dengan demikian, kita sudah tidak lagi bisa menggunakan akal dan pikiran kita dengan jernih. Semuanya sudah terkooptasi oleh perilaku-perilaku yang dipengaruhi kepentingan kapitalis. Jadilah kita pelacur-pelacur dunia.

Soal pelacuran pemimpin-pemimpin negeri sudah disebutkan dalam Injil pasal Wahyu (17: 1-6).

Lalu datanglah seorang dari tujuh malaikat yang membawa ketujuh cawan itu dan berkata kepadaku, “Mari ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu putusan atas Pelacur Besar yang duduk di tempat yang banyak airnya. Dengan dia raja-raja di Bumi telah berbuat cabul dan penghuni-penghuni Bumi telah mabuk oleh anggur percabulannya. Perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata, dan mutiara. Di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. Pada dahinya tertulis suatu nama rahasia, suatu rahasia ‘Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian di Bumi’. Aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus.”

Inijl pasal Wahyu (17: 15-18) meneruskan keterangannya.

Lalu ia berkata kepadaku, “Semua air yang telah kaulihat di mana pelacur itu duduk adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa… dan perempuan yang telah kaulihat itu adalah kota/negeri besar yang memerintah atas raja-raja di Bumi.”

Menurut Pendeta Mark Hitchcock dalam bukunya Bible Prophecy, Pelacur Besar atau perempuan sundal diidentikkan dengan New York City (USA), Gereja Katolik Roma, dan Vatikan.

Maksud dari duduk di tempat yang banyak airnya adalah gambaran geografi Amerika yang terletak di daerah yang banyak airnya di antara Samudera Pasifik dan Atlantik.

Arti dari raja-raja di Bumi telah berbuat cabul dengannya adalah menunjukkan sudah sangat banyak presiden atau pemimpin negara yang melakukan dusta dan rekayasa merusakkan hidup manusia dengan cara berkolusi, berlacur dengan Amerika Serikat.

Babel adalah adalah nama sandi untuk Roma, New York (USA), dan Yerusalem.

Darah orang-orang kudus adalah orang-orang tak berdosa yang beriman dan telah menjadi korban pembunuhan yang dilakukan pihak Amerika. Amerika pun tampaknya mabuk kepayang dengan hasil gemilang pembantaiannya itu.

Darah saksi-saksi Yesus adalah orang-orang beriman yang mencintai, menghormati Isa as dan telah pula menjadi korban pembantaian Amerika Serikat (Wisnu Sasongko: 2003).

Bagaimana dengan Indonesia, sudah berapa banyak pemimpin dan pejabat yang melacurkan diri dengan Amerika?

No comments:

Post a Comment