oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Saudara pembaca yang budiman, sudah seharusnya dan secepatnya para profesor, akademisi, ulama, rohaniwan, budayawan, tokoh masyarakat, aktivis, para bangsawan, birokrat, teknokrat, politisi, serta elemen penting lainnya bersatu, berpikir untuk mengubah segalanya. Gunakan semua sarana spiritual dan akal kita untuk segera keluar dari lingkaran syetan demokrasi ini. Tak ada gunanya meneruskan cara-cara hidup demokrasi yang sudah terlihat rapuh ini.
Untuk hal tersebut, yang harus dijadikan sandaran adalah budaya dan sejarah kita sendiri, kemudian dilengkapi dengan pemikiran-pemikiran Barat jika dianggap perlu sekali. Kalau tidak perlu-perlu amat, perilaku dan pemikiran Barat sama sekali jangan digunakan.
Mungkin ada yang heran, mengapa di blog ini tidak ditulis saja sekalian sistem politik yang baru sebagai pilihan atas sistem sekarang sebagai perbandingan dan rujukan pemikiran?
Saudara pembaca yang budiman, sesungguhnya, saya, sebagai penulis, sejak tulisan ini masih dalam konsep sudah ada kekhawatiran. Khawatir jika banyak orang tercengang, kaget, kemudian dengan spontan melakukan hal-hal buruk di luar dugaan. Misalnya, penyangkalan berlebihan dan pengingkaran atas kenyataan. Negeri ini sudah terbiasa dengan perilaku angkuh yang ditunjukkan dengan menolak sesuatu yang baru dan benar. Akibatnya, peristiwa-peristiwa buruk menimpa bangsa ini.
Sungguh, jika tulisan ini salah atau sarat kekeliruan, itu berasal dari kebodohan dan ketololan penulis sendiri. Akan tetapi, jika tulisan ini benar dan penuh dengan kebaikan, itu berasal dari Allah swt.
Apabila memang isi blog ini salah, tak terlalu masalah. Bahayanya, jika isi blog ini benar, lalu para tokoh dan orang-orang berpengaruh di negeri ini membantah, menyangkal, mengingkari, bahkan mengejek dan mendustakan, Allah swt akan menurunkan bencana yang luar biasa bagi Indonesia. Bencana itu bisa berupa bencana alam, bencana kemanusiaan, kalang kabutnya kemasyarakatan, dan bisa pula hancurnya negeri sampai berkeping-keping ibarat tanaman padi yang telah dituai, lalu mengering, dan tidak akan pernah bisa hidup lagi.
Dengan demikian, blog ini untuk sementara ini hanya cukup untuk memberikan peringatan bahwa kita telah tersesat terlalu jauh dengan menggunakan cara-cara hidup yang salah serta mengajak untuk segera kembali pada kesucian Ibu Pertiwi. Adapun soal sistem politik alternatif, terlalu berat untuk diuraikan di sini. Artinya, penulis terlalu khawatir jika terjadi penyangkalan dan pengingkaran yang tentunya bisa berakibat lebih buruk bagi bangsa ini.
Sudah menjadi kebiasaan Allah swt jika ingin menghancurkan negeri-negeri, jika hendak menurunkan azab, jika berketetapan menjatuhkan bencana, terlebih dahulu memberikan peringatan agar kaum dimaksud kembali ke jalan yang benar. Jika kaum itu mematuhi seruan Allah swt, selamatlah. Jika tidak, Allah swt akan menghancurkannya.
“Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberikan peringatan.” ( QS Asy Syu’araa : 208)
“Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS Al Israa : 16)
“Tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota, kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS Al Qashash : 59)
Masih banyak sesungguhnya ayat Al Quran yang bernada ancaman tersebut, tetapi cukuplah tiga ayat untuk menyadarkan kita bahwa Allah swt benar-benar akan mengazab kita jika kita mendustakan kebenaran yang nyata dan menghalangi sampainya kebenaran kepada umat manusia.
Kita menyaksikan pada masa ini Indonesia ditimpa banyak bencana alam, bencana kemanusiaan, bencana ekonomi, bencana politik, dan berbagai bencana lainnya yang agaknya setiap hari selalu ada di bagian-bagian Bumi Pertiwi ini. Hal itu semua tidak terlepas dari kehendak Allah swt. Boleh jadi bencana-bencana itu akibat dari kita yang terlalu sering mendustakan kebenaran dan mengingkari kebaikan.
Sudah berapa banyak orang baik-baik yang dihukum di negeri ini? Ada berapa banyak para penjahat negeri berkeliaran karena dibiarkan bebas? Sudah berapa ratus kali negeri ini menjatuhkan hukuman kepada yang tidak bersalah dan membebaskan para pendosa? Sudah berapa ribu, berapa juta nyawa tak berdosa melayang akibat pertikaian politik? Sudah berapa juta triliun kekayaan alam negeri ini dirampok dan atau diselundupkan? Sudah berapa kalimat dusta yang diumbar-umbarkan demi keuntungan duniawi? Sudah berapa juta ton makanan dan minuman haram yang dimakan di negeri ini?
Jika mau disebutkan satu per satu, niscaya negeri ini tampak kotor dan hina. Sementara itu, orang baik-baik yang menyuarakan kebenaran disebut sampah dan pengacau negara. Oleh sebab itu, tak heran jika Allah swt terus-menerus menjatuhkan bencana dan tak akan pernah berhenti sampai kita sadar kembali pada kebenaran-Nya.
Kita semua tentunya berharap bahwa bencana-bencana yang datang itu bukan berasal dari kebencian Allah swt kepada kita, melainkan atas dasar kasih sayang-Nya. Dia menginginkan kita kembali kepada-Nya. Dia Yang Mahaluhur berharap dengan datangnya bencana, membuat kita semakin dekat kepada-Nya. Semakin sering kita memanggil-Nya, menyerah kepada-Nya, meminta kepada-Nya, Allah swt semakin senang dan semakin cinta kepada kita.
“Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan, di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Kami cobai mereka dengan nikmat yang baik-baik dan bencana yang buruk-buruk agar mereka kembali pada kebenaran.” (QS Al A’raaf : 168)
Mudah-mudahan Allah swt sedang menguji kita agar kita kembali kepada-Nya, bukan hendak menghancurkan kita berkeping-keping.
Apabila ada yang mengejek atau menantang agar ditunjukkan bukti kapan bencana itu akan datang, sebenarnya bencana itu sudah datang dan akan datang bertubi-tubi lagi. Apalagi jika terus-menerus menentang kebenaran. Bencana atau azab itu akan datang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan-Nya.
“Sesungguhnya, Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
Tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan.
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhan-Nya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya, Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya, dan Kami letakkan pula sumbatan di telinga mereka. Kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.
Tuhanmulah Yang Maha Pengampun lagi mempunyai rahmat. Jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentunya Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Akan tetapi, bagi mereka ada waktu yang tertentu untuk menerima azab yang mereka sekali-kali tidak akan mendapatkan tempat berlindung darinya.
Penduduk negeri itu telah kami binasakan ketika mereka berbuat zalim dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (QS 18 : 54 – 59).
Begitulah Allah swt berkehendak. Kita tak perlu menantang-Nya karena pasti akan dilumatkan-Nya.
Kalau Allah swt berkehendak kebaikan kepada negeri ini karena penduduknya berupaya keras untuk berubah baik, kebaikan itu pun akan datang. Jika tidak, Allah swt akan menyesatkannya dengan cara dalam hati dan pikiran kita terus ditanamkan bahwa cara-cara hidup berbangsa dan bernegara kita sudah benar.
“…. Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun yang datang dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak menyucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS 5 : 41)
Saudara-saudara pembaca yang budiman, sekali lagi hendaknya kita semua, seluruh kekuatan bangsa ini, mulai menggali dan terus menggali berbagai hal yang berasal dari dalam diri sendiri untuk dijadikan sistem politik kita. Akan tetapi, jangan terlalu lama karena setiap hari ada yang kelaparan, menderita, stress, serta putus asa menghadapi hari esok.
Dengan sikap kita yang masih menganggap bahwa pemikiran orang luar itu lebih hebat dibandingkan diri sendiri, sudah pasti akan menimbulkan banyak keraguan. Buang pikiran itu jauh-jauh, percayakan kepada Allah swt bahwa kita akan ditolong-Nya.
Soekarno mengajari kita,“Tidak bolehlah kita membeo saja pada semboyan-semboyan yang dipakai oleh perjuangan-perjuangan rakyat di lain negeri, tidak boleh kita meng-over saja segala leuzen zonder meng-analyseer sendiri. Pergerakan Indonesia haruslah memikir sendiri, mengupas soal-soalnya sendiri, mencari semboyan-semboyannya sendiri, menggembleng senjata-senjatanya sendiri. Hanya dengan cara demikianlah kita bisa menjauhi segala pemborosan tenaga!
Dengan lebih teguh keyakinan bahwa nasib kita ada di dalam genggaman kita sendiri ..., dengan lebih teguh keinsyafan bahwa kita harus percaya terhadap kepandaian dan tenaga kita sendiri ..., dengan menolak tiap-tiap politik opportunisme dan tiap-tiap politik possibilisme, yakni tiap-tiap politik yang menghitung-hitung ini tidak bisa dan itu tidak bisa, maka kita bersama Mahatma Gandhi berkata, ’Siapa mau mencari mutiara, haruslah berani selam ke dalam laut yang sedalam-dalamnya. Siapa yang dengan kecil hati berdiri di pinggir saja dan takut terjun ke dalam air, ia tak akan dapat sesuatu apa!’
Siapa yang menangkap dan kadang-kadang luput tangkapannya adalah lebih utama daripada siapa yang tidak menangkap sama sekali karena takut jika luput tangkapannya!
Kita toh tidak heran kalau ada setengah orang yang mendakwa kita ‘terlalu keras’ dan mendakwa kita seorang politikus yang tak mengetahui batas. Memang, hal baru selamanya membuat onar. Memang, mata kita belum semuanya dapat menerima tajamnya sorot baru. Memang, manusia selamanya tak gampang terlepas dari ikatan suatu kebiasaan!
Belum pernah sejarah dunia menyaksikan bahwa suatu pergerakan yang mau membongkar adat-adat salah dan ideologi-ideologi salah yang telah berwindu-windu serta berabad-abad bersulur dan berakar pada suatu rakyat tidak membangunkan reaksi hebat dari pihak jumud yang membela adat-adat ideologi-ideologi itu.
Kaum kukuk beluk yang ada di tempat-tempat gelap menjadi kaget dan geger kalau ada sinar terang jatuh memasuki kegelapannya itu.”
trims pak,sy izin share
ReplyDeleteOk. Bagus. Mudah-mudahan bermanfaat
Delete