Saturday 10 July 2010

Peringatan buat Para Pencinta Demokrasi

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya

Sangat banyak kerugian kita akibat dilangsungkannya demokrasi ini. Sebaiknya, kita sekarang mulai meninggalkan pengeramatan terhadap demokrasi karena demokrasi ini sengaja ditiupkan syetan agar lebih mudah mengacaubalaukan kehidupan manusia.

Meskipun demikian, saya yakin tulisan ini akan mendapat banyak tentangan. Saya yakin pula bahwa tentangan itu akan berasal dari syetan dan anak buahnya; orang-orang yang menikmati kekuasaan karena demokrasi; orang-orang angkuh yang malu untuk berubah; orang baik-baik yang ikut dalam proses demokrasi.

Khusus bagi orang baik-baik dan saleh-saleh saya ingin berkata, Wahai Orang Baik-baik, jumlah orang seperti Anda ada berapa di Indonesia? Ada berapa di dunia? Tanpa menggunakan statistik, sudah bisa dipastikan bahwa orang-orang baik itu jumlahnya lebih sedikit. Dari sejak dulu memang seperti itu. Kemudian, dengan proses demokrasi yang menggantungkan hasil pada jumlah terbanyak, siapa yang akan menang? Orang baik atau orang buruk?

Para pemenang yang manggung sekarang akan tersinggung jika disebut orang buruk. Siapa pun akan tersinggung bila disebut buruk. Saya hanya ingin mengatakan bahwa orang Indonesia dilahirkan oleh ibunya dengan kehendak Allah swt dalam keadaan baik-baik dan untuk menjadi orang baik, tetapi godaan syetan begitu kuat sehingga kita semua telah tersesat dengan menggunakan cara-cara hidup orang lain. Kita semua yang dilahirkan untuk kebaikan, bisa terjerumus buruk karena hidup dengan cara yang salah.

Renungkanlah firman Allah swt berikut ini.

“Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.’.” (QS Al Kahfi: 103-104).

Rugi benar kita, bangsa Indonesia, yang menyangka bahwa kita telah melakukan demokrasi dengan baik untuk kebaikan negeri tercinta. Padahal, kita sebenarnya sedang tersesat. Akibatnya, bingung, rugi, dan hina.

No comments:

Post a Comment