oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Ketika kita mendengar kata “pertahanan”, biasanya otak kita
langsung terhubung dengan militer, prajurit, senjata, peluru, dan perang.
Memang dari zaman dulu yang namanya pertahanan selalu berkaitan dengan dunia
militer. Bahkan, di Eropa dan Amerika Serikat atau biasanya kita mengistilahkan
dengan “barat”, dikenal pemeo bahwa “pertahanan yang terbaik adalah melakukan
penyerangan”. Jadi, sebelum dirinya atau negaranya diserang, mereka
melakukan penyerangan lebih dulu pada pihak-pihak yang dianggapnya mengancam
eksistensi mereka, baik mengancam secara militer, politik, maupun ekonomi. Akan
tetapi, sesungguhnya tidak begitu juga. Seiring perkembangan zaman, ada
upaya-upaya pertahanan yang tidak selalu harus berkaitan dengan senjata,
perang, dan pembunuhan. Upaya diplomasi adalah salah satu cara yang bisa
dilakukan untuk mempertahankan diri.
Presiden Abdurahman Wahid atau yang kerap dipanggil Gus
Dur pernah melakukannya. Pada masa awal menjadi presiden, Gus Dur segera pergi
ke berbagai negara untuk bersilaturahmi membangun persahabatan. Perilakunya ini
mendapatkan reaksi negatif dari sebagian politisi dan sebagian besar rakyat
Indonesia. Mereka menganggap bahwa Gus Dur terlalu sering ke luar negeri dan
jarang berada di dalam negeri, padahal kondisi dalam negeri sedang dalam
kondisi carut marut karena masa peralihan dari Orde Baru ke Orde Reformasi.
Saking seringnya pergi ke luar negeri, nama Gus Dur diplesetkan menjadi “Gus Tour”, Gus yang sering tour ke sana
ke mari.
Ada peribahasa bahwa “berkah
orang bodoh adalah bisa berbicara dan berperilaku seenaknya”, tetapi “kutukan orang cerdas dan bijak adalah sulit
berbicara dan berperilaku”. Orang bodoh bisa seenaknya berbicara dan
berperilaku karena mereka tidak tahu apa-apa atau pemahamannya dangkal. Adapun orang
cerdas dan bijak tidak bisa seenaknya, mereka selalu terbatas bicara dan
bertindak, tidak bisa bicara dan berperilaku, kecuali memiliki dasar ilmu dan
keyakinan yang benar.
Kita pikir saja diri kita apakah termasuk penerima berkah
sebagai orang bodoh atau terkutuk seperti orang bijak dan cerdas.
Gus Dur dibuli habis-habisan karena orang tidak mengerti
yang dilakukannya. Gus Dur berkunjung ke berbagai negara adalah untuk
mempererat persahabatan dan menguatkan posisi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Saat itu kondisi negara sedang lumayan terancam, misalnya,
Aceh ingin merdeka dengan dorongan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Maluku juga
ingin mendirikan negara sendiri dengan aktifnya Republik Maluku Selatan (RMS),
demikian pula Papua dengan gerakan-gerakan separatismenya.
Salah satu syarat berdirinya sebuah negara adalah adanya
pengakuan internasional. Artinya, sebuah wilayah dapat dikatakan merdeka dan
memiliki negara sendiri jika negara lain yang berdaulat mengakuinya sebagai
sebuah negara. Hal itulah yang dicegah Gus Dur. Dengan kunjungannya ke berbagai
negara, diharapkan negara lain tidak akan mengakui sepotong wilayah pun dari
bagian NKRI sebagai sebuah negara. Dengan persahabatan dan hubungan yang erat, negara
lain akan menghormati Gus Dur dan Negara Indonesia. Upayanya ini berhasil, NKRI
utuh, tak ada perpecahan. Sayangnya, banyak orang yang tidak mengerti sehingga
membulinya habis-habisan.
Sekarang terjadi juga hal yang mirip terhadap Menteri
Pertahanan RI Prabowo Subianto. Dia dibuli karena sering keluar negeri dan
jarang terlihat di Indonesia. Prabowo itu sesungguhnya sedang melakukan
diplomasi pertahanan. Di samping memang diberi tugas untuk memperkuat Alutsista
Indonesia, juga membina hubungan baik dengan negara lain agar Indonesia tetap
utuh dan negara lain tidak melakukan aksi-aksi yang tidak perlu terhadap
Indonesia. Prabowo melakukannya sebagaimana yang Gus Dur lakukan. Sayangnya,
banyak orang yang tidak paham sehingga mengejek dan membuli Prabowo.
Prabowo itu memiliki anggaran paling besar dari APBN
dibandingkan kementerian lain. Sekitar 131,7 triliun yang harus dia kelola dan
itu tanggung jawab yang besar untuk pertahanan dan keamanan negara. Oleh sebab
itu, tak heran Presiden RI Jokowi segera pasang badan untuk membela Prabowo
Subianto karena yakin bahwa Prabowo sedang melakukan tugas-tugas kenegaraannya.
Jangan mudah ngoceh jika belum paham. Jangan bersuara
jika hanya mengandalkan pemahaman yang dangkal apalagi berdasarkan hoax.
Sampurasun.