oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Penolakan yang dilakukan
Mahfud M.D. atas tawaran yang diberikan Amerika Serikat (AS) untuk membantu
Indonesia dalam menghadapi Cina (25-01-2020) terkait masalah di Laut Natuna
Utara adalah sangat tepat. Sebagai orang Indonesia yang memiliki nilai dan tata-titi
khas dalam bergaul, tentunya kita harus berterima kasih atas tawaran bantuan
yang diberikan AS dalam menghadapi masalah. Akan tetapi, kita pun harus
mengerti bahwa dalam pergaulan internasional, tidak ada yang gratis, “no free lunch”, ‘tak ada makan siang
gratis’. Semua pasti ada maunya. Demikian pula dengan tawaran bantuan dari AS.
Mereka menawarkan bantuan karena ada maunya, minimal mendapat “teman” dalam menghadapi
Cina karena AS dengan Cina sedang perang dagang. Hal itulah yang menjadi salah
satu alasan Menkopolhukam Mahfud M.D. menolak bantuan AS.
Dilihat dari sisi politik luar negeri Indonesia yang “bebas
dan aktif” sangat tepat. Kita tidak mau dipengaruhi atau ditekan pihak mana pun
dan ingin aktif mendorong perdamaian dunia. Jika terseret pada konflik negara
lain, kita akan tidak bebas dan sulit aktif mendorong perdamaian dunia.
Di samping itu, masalah dengan Cina secara perlahan
bertahap, namun tegas sudah dilakukan dan hasilnya tampak nyata. Urusan dengan Cina itu masih sekedar
pelanggaran hukum yang dilakukan Cina terhadap
kawasan hak berdaulat Indonesia di Laut Natuna Utara, bukan perang. Cara
mengatasinya, cukup nelayan Cina ditangkap dan coast guard Cina diusir atas nama hukum yang berlaku secara
internasional.
Sekarang Cina mundur dari kawasan itu, lalu mengeluarkan pengakuan
bahwa Laut Natuna Utara adalah milik Indonesia. Meskipun demikian, Indonesia
harus tetap waspada karena dulu juga Cina begitu kok. Ketika Susi Pudjiastuti
masih menjadi menteri dan marah dengan lantang pada Cina, lalu melakukan
penenggelaman kapal, Cina mundur dan mengakui hak berdaulat Indonesia di
kawasan itu, tetapi ketika Indonesia lengah, mereka mencuri lagi.
Sikap yang diambil Indonesia melalui Mahfud M.D. sudah
tepat. Konflik dengan Cina tidak membesar dan meluas, persahabatan dengan Cina
bisa terus dijalin, persahabatan dengan Amerika Serikat juga tetap terjaga, serta
Indonesia tetap memiliki harga diri dan tetap pada jalur politik luar negeri
bebas dan aktif.
Martabat Indonesia pun insyaallah akan semakin meningkat secara militer dalam menjaga
negaranya di darat, di laut, dan di udara jika Menteri Pertahanan RI Prabowo
Subianto berhasil membeli banyak kapal selam, pesawat tempur, dan Alutsista
lainnya. Dengan demikian, Indonesia semakin mandiri dan kuat, tidak perlu bersandar
hidup pada negara lain.
Terima kasih Amerika Serikat, tetapi kami bisa
mengatasinya sendiri.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment