oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Pagi kemarin (11-01-09) saya
menulis tentang protes nelayan Natuna yang disampaikan pada awal-awal Susi
Pudjiastuti menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan RI. Susi sudah berhasil
menghalau para pencuri Ikan di Laut Natuna Utara, kemudian para nelayan itu
meminta pula agar nelayan-nelayan dari Pulau Jawa tidak ikut menangkap ikan di
Natuna. Mereka tampaknya ingin menguasai laut itu sendirian, untuk mereka
sendiri.
Keinginan itu wajar dan bagus agar nelayan-nelayan Natuna
lebih sejahtera. Akan tetapi, kenyataannya mereka sendiri tidak bisa meramaikan
laut di seputar Natuna. Akibatnya, banyak kapal asing dari berbagai negara yang
justru mencuri ikan di Natuna, termasuk Cina di Laut Natuna Utara yang
diributkan orang itu.
Presiden Jokowi sendiri menjelaskan bahwa di Natuna itu
ada 80 ribu orang. Itu jumlah yang sedikit dan pasti tidak semuanya nelayan.
Ada anak balita, lanjut usia, pegawai negeri, pedagang, petani, peternak,
karyawan, anak sekolah, dan lain sebagainya. Artinya, jumlah nelayan pasti
sedikit. Dari jumlah nelayan yang sedikit itu, akan lebih sedikit jika dihitung
nelayan yang memiliki atau menggunakan kapal-kapal besar yang mampu berada di
ZEE Laut Natuna Utara dalam waktu lama. Jumlah yang sedikit itu mungkin yang membuat
Laut Natuna Utara tidak terlalu banyak
aktivitas yang dilakukan nelayan Indonesia. Akibatnya, kawasan itu disatroni
maling oleh negara-negara asing, terutama Cina.
Berdasarkan kenyataan yang ada, pemerintah Indonesia,
sebagaimana yang disampaikan Menkopolhukam Mahfud M.D. mengambil kebijakan
untuk lebih rutin melakukan patroli laut, menambah armada pengawasan, dan
mengundang nelayan-nelayan Pantai Utara (Pantura) yang jelas dari Pulau Jawa
untuk meramaikan ZEE Laut Natuna Utara. Kebijakan itu diharapkan memperkokoh
posisi Indonesia di Laut Natuna Utara, memperlihatkan kesiapan Indonesia
menguasai laut di hadapan dunia, sekaligus “show
off force”, ‘unjuk kekuatan’ di hadapan Cina.
Sayangnya, lagi-lagi lagu lama dari sebagian nelayan
Natuna menyatakan ketidaksetujuan untuk menerima nelayan-nelayan dari Pulau
Jawa berada di kawasan laut Natuna, sebagamana yang diberitakan Kompas TV (11-01-09). Entah apa
penyebabnya. Kalau memang pernah punya masalah di antara nelayan Natuna dan
nelayan Pulau Jawa, segera selesaikan, lalu berbagi bersama untuk menguatkan
eksistensi nelayan Indonesia di Laut Natuna Utara. Jangan sampai “ku batur ulah, ku manehna henteu,
tungtungna ku Cina”, ‘dimanfaatkan oleh orang lain tidak boleh, tetapi
dimanfaatkan dia sendiri tidak, akhirnya diambil Cina’.
Seperti saya bilang tadi, kawasan laut Natuna boleh oleh
nelayan Natuna sendiri dikuasai, tetapi harus mampu meramaikan Laut Natuna
Utara supaya tidak selalu dicuri negara lain. Kenyataannya, menurut laporan Bakamla dan TNI AL ketika mengusir coast guard Cina, tidak satu pun nelayan
Indonesia ada di ZEE Laut Natuna Utara.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah harus melakukan
pembinaan bahwa ada hal yang lebih penting daripada soal saing-menyaingi antara
nelayan Natuna dengan nelayan Pantura, yaitu soal kedaulatan dan hak berdaulat Indonesia
di Laut Natuna Utara. Kalaulah nelayan Natuna merasa tersaingi karena alat
tangkapnya lebih sederhana dibandingkan nelayan Pantura, sangat baik pemerintah
membantu mereka dengan cara memberikan alat tangkap yang lebih baik dan besar,
meminjaminya, atau menjualnya kepada mereka dengan cara dicicil. Bisa pula
dengan membagi wilayah tangkapan, nelayan Pulau Jawa ada di sebelah mana dan nelayan
Natuna pada bagian lainnya. Di samping itu, harus disadarkan bahwa sesama bangsa
Indonesia itu harus berbagi karena “berbagi itu indah”. Tidak akan berkurang
rezeki karena berbagi, sungguh, demi Allah swt.
Sangat aneh jika dengan bangsa sendiri tidak mau berbagi,
tetapi menjaga sendiri lautnya tidak bisa yang akhirnya harus menyaksikan
lautnya dicuri berulang-ulang dan terus berkali-kali oleh negara lain. Sungguh,
berbagi dengan bangsa sendiri adalah jauh lebih indah dibandingkan selalu
mengelus dada karena haknya dirampok negara lain.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment