oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Seorang murid saya,
perempuan, ketika jam istirahat di MA Mawaddi, Banjaran, Bandung, bertanya, “Pak,
kapan kita di-vaksin?”
Agak heran juga mendengar pertanyaan itu, biasanya dia
suka lari menghindar kalau ada petugas kesehatan melakukan penyuntikan, malah
sebagian temannya menangis, “Vaksin apa? Emang sekarang ada jadwal vaksin,
gitu?”
“Vaksin virus corona,” katanya.
Ow, ternyata itu. Ketakutan mereka terhadap alat suntik
dikalahkan oleh ketakutan mereka terhadap penyebaran virus corona. Mereka
mungkin membacanya dari tulisan-tulisan di Medsos mereka.
Saya jelaskan saja di kelas sepanjang yang saya tahu
hingga tulisan ini dibuat. Sampai saat ini “World
Health Organization”, WHO, Organisasi Kesehatan Dunia, belum menjelaskan
virus corona dengan terang asalnya, cara penyebarannya, dan obat pastinya. Demikian
pula Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI belum menjelaskan dengan detail
sebagaimana WHO. Semua masih dugaan-dugaan dan masih melakukan penelitian.
Di Medsos berseliweran berbagai tulisan tentang virus
corona, ada yang mengatakan dari kelelawar hingga merupakan senjata biologis.
Itu boleh saja berpendapat, tetapi semuanya juga masih dugaan yang terbuka
lebar untuk diuji dan diteliti. Sebelum hasil penelitian resmi menurunkan
rilis, semuanya masih dugaan.
Jika kita memperhatikan pendapat beberapa dokter yang diwawancarai
beberapa stasiun televisi di Indonesia, virus corona itu memang mirip virus flu
biasa yang menyebar lewat udara, makanan, atau barang-barang. Bedanya, virus
corona bisa menyerang tubuh dalam waktu yang singkat dengan akibat yang luar
biasa mematikan. Oleh sebab itu, kita mengantisipasinya harus sebagaimana
terhadap virus biasa, yaitu meningkatkan kekebalan dan ketahanan tubuh kita.
Caranya, cukup makan, cukup istirahat, cukup olah raga, sering mencuci tangan
dengan sabun, menghindari mereka yang sedang sakit, jangan memikirkan hal-hal
yang tidak perlu dipikirkan, jangan begadang, dan jangan terlalu sering main
game di gadget. Jika tidak begitu, kekebalan tubuh kita akan menurun dan mudah
diserang virus penyakit.
Meskipun demikian, ada harapan bahwa Indonesia ini tidak
mudah diserang virus flu, bahkan virus flu tidak mematikan. Hal itu karena
Indonesia memiliki iklim tropis, hanya ada dua musim, hujan dan kemarau. Berbeda
dengan negara lain yang memiliki empat musim, virus flu bisa menimbulkan
kematian. Di negara-negara itu banyak kasus orang meninggal gara-gara pilek yang
di Indonesia tidak terdengar kasus serupa itu.
Coba lihat di Indonesia, orang yang sakit flu atau pilek itu
biasa-biasa saja. Bahkan, kalau musim layangan tiba, anak-anak laki-laki
terbiasa main layangan di tengah terik Matahari dengan membawa “Apollo 11”, yaitu penyakit flu yang
mirip pesawat Apollo 11. Di hidungnya meler angka sebelas berupa ingus yang
turun tidak sengaja. Mereka terus main layangan meskipun ingus itu turun dari
hidung mereka hingga mencapai bibir atas mereka. Ketika ingus itu mulai terasa
di bibir, lidah mereka mulai menjilatnya, lalu secepat kilat dengan menggunakan
kecepatan roket Apollo mereka menyedot lagi ingus itu hingga masuk lagi ke
dalam hidungnya. Hilanglah ingus itu. Itulah yang disebut Apollo 11. Besoknya,
mereka tetap main layangan sambil tetap membawa Apollo 11 di hidungnya. Bahkan,
kalau tersinggung oleh temannya gara-gara layangan, mereka menyapu ingusnya
dengan tangannya hingga nempel ke pipi dan mereka tetap nyaman meskipun ingus
itu kering di pipinya dan di punggung tangannya.
Hal itu disebabkan virus flu di Indonesia dapat diatasi
dengan mudah. Meskipun demikian, jangan ditantang juga virus itu di Indonesia.
Kita harus tetap meningkatkan kekebalan tubuh dan menjaga kesehatan.
Virus Apollo 11 mudah kita lumpuhkan, tetapi jangan
mengundang virus corona ke Indonesia. Kita tetap harus meningkatkan kekebalan
tubuh dan menjaga kesehatan. Semoga Allah swt selalu melindungi kita, baik dari
penyakit lahir maupun penyakit batin. Aamiin.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment