Thursday, 2 January 2020

Risiko Banjir Jakarta Jadi Sorotan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Sebenarnya, banjir itu musibah yang sudah beberapa kali terjadi, bukan hanya di Jakarta, di tempat-tempat lain pun terjadi. Akan tetapi, banjir kali ini, yang mulai terasa 1 Januari 2020, mendapatkan perhatian luar biasa. Hal itu disebabkan ada beberapa hal yang membuatnya menjadi objek perhatian yang lebih tinggi.

            Pertama, DKI Jakarta sendiri sudah menjadi pusat perhatian karena merupakan ibu kota RI. Sudah selayaknya, ibu kota sebuah negara itu lebih teratur, lebih sehat, lebih modern, lebih makmur, dan lebih membanggakan karena Jakarta adalah etalase Indonesia. Isi suatu toko diwakili pertama kali oleh etalase dan isinya yang berada di depan toko. Demikian pula Indonesia, Jakarta dianggap mewakili wajah Indonesia keseluruhan.

            Kedua, Gubernur Anies Baswedan adalah sosok yang juga mendapatkan perhatian serius. Dia adalah mantan menteri Presiden Jokowi. Dia pun pesaing Ahok dalam Pilkada DKI yang lalu. Ahok kalah, masuk penjara, bebas, lalu menjadi Komisaris Utama Pertamina. Anies menang dengan berbagai program dan janji yang serasa angin surga, terutama ketidaksetujuannya dengan tindakan penggusuran sebagaimana yang dilakukan gubernur sebelumnya, Ahok. Anies akan menyelesaikan permasalahan sungai di Jakarta dengan program “naturalisasi”. Selain itu pun Anies mendapatkan dukungan luar biasa dari grup 212 yang jelas berperan sangat besar dalam kejatuhan Ahok. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah Anies dielu-elukan sebagai calon presiden RI pada 2024. Di samping itu, tentunya banyak hal lain yang menjadikan Anies sebagai sosok pusat perhatian.

            Berbagai hal seperti itulah yang menjadikan Jakarta dan Anies memiliki risiko sebagai pusat perhatian. Orang-orang akan menilai Anies Baswedan dari berbagai sisi, baik pribadinya, perilakunya, sikap bicaranya, maupun hasil kerjanya. Orang akan bertanya dan menyelidikinya. Dia akan menjadi objek pujian sekaligus juga kritikan, bahkan mungkin pula cacian, makian, dan hinaan. Itu merupakan risiko yang harus ditanggung seorang pemimpin. Orang pun akan menilai sehebat apa mental Anies dalam menangani berbagai masalah, berbagai kritikan, berbagai makian dan hinaan. Masyarakat akan menyaksikan dan memutuskan masing-masing apakah Anies bertanggung jawab atas program-program kerjanya atau malah melemparkan tanggung jawab kepada orang lain dan mencari kambing hitam. Selama memimpin Jakarta dan malang melintang dalam dunia politik, bahkan mungkin setelahnya, malah setelah meninggal pun, Anies harus menerima risiko itu. Dia bisa baik atau buruk di mata masyarakat bergantung dari dirinya sendiri.

            Jangan lupa pula, para pendukungnya pun akan dinilai oleh masyarakat yang lebih luas, terutama cara menunjukkan dukungannya kepada Anies Baswedan, apakah logis, emosional, terstruktur, atau malah semrawut.

            Itulah risiko dari segala permasalahan Jakarta yang harus ditanggung. Kalau tidak mau dikritik dan dinilai, jangan berani berada di panggung politik.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment