oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sebenarnya, banjir itu
musibah yang sudah beberapa kali terjadi, bukan hanya di Jakarta, di tempat-tempat
lain pun terjadi. Akan tetapi, banjir kali ini, yang mulai terasa 1 Januari
2020, mendapatkan perhatian luar biasa. Hal itu disebabkan ada beberapa hal
yang membuatnya menjadi objek perhatian yang lebih tinggi.
Pertama, DKI Jakarta
sendiri sudah menjadi pusat perhatian karena merupakan ibu kota RI. Sudah
selayaknya, ibu kota sebuah negara itu lebih teratur, lebih sehat, lebih
modern, lebih makmur, dan lebih membanggakan karena Jakarta adalah etalase
Indonesia. Isi suatu toko diwakili pertama kali oleh etalase dan isinya yang
berada di depan toko. Demikian pula Indonesia, Jakarta dianggap mewakili wajah
Indonesia keseluruhan.
Kedua, Gubernur
Anies Baswedan adalah sosok yang juga mendapatkan perhatian serius. Dia adalah
mantan menteri Presiden Jokowi. Dia pun pesaing Ahok dalam Pilkada DKI yang
lalu. Ahok kalah, masuk penjara, bebas, lalu menjadi Komisaris Utama Pertamina.
Anies menang dengan berbagai program dan janji yang serasa angin surga,
terutama ketidaksetujuannya dengan tindakan penggusuran sebagaimana yang
dilakukan gubernur sebelumnya, Ahok. Anies akan menyelesaikan permasalahan
sungai di Jakarta dengan program “naturalisasi”. Selain itu pun Anies
mendapatkan dukungan luar biasa dari grup 212 yang jelas berperan sangat besar dalam
kejatuhan Ahok. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah Anies dielu-elukan
sebagai calon presiden RI pada 2024. Di samping itu, tentunya banyak hal lain
yang menjadikan Anies sebagai sosok pusat perhatian.
Berbagai hal seperti itulah yang menjadikan Jakarta dan
Anies memiliki risiko sebagai pusat perhatian. Orang-orang akan menilai Anies Baswedan
dari berbagai sisi, baik pribadinya, perilakunya, sikap bicaranya, maupun hasil
kerjanya. Orang akan bertanya dan menyelidikinya. Dia akan menjadi objek pujian
sekaligus juga kritikan, bahkan mungkin pula cacian, makian, dan hinaan. Itu
merupakan risiko yang harus ditanggung seorang pemimpin. Orang pun akan menilai
sehebat apa mental Anies dalam menangani berbagai masalah, berbagai kritikan,
berbagai makian dan hinaan. Masyarakat akan menyaksikan dan memutuskan
masing-masing apakah Anies bertanggung jawab atas program-program kerjanya atau
malah melemparkan tanggung jawab kepada orang lain dan mencari kambing hitam. Selama
memimpin Jakarta dan malang melintang dalam dunia politik, bahkan mungkin
setelahnya, malah setelah meninggal pun, Anies harus menerima risiko itu. Dia
bisa baik atau buruk di mata masyarakat bergantung dari dirinya sendiri.
Jangan lupa pula, para pendukungnya pun akan dinilai oleh
masyarakat yang lebih luas, terutama cara menunjukkan dukungannya kepada Anies
Baswedan, apakah logis, emosional, terstruktur, atau malah semrawut.
Itulah risiko dari segala permasalahan Jakarta yang harus
ditanggung. Kalau tidak mau dikritik dan dinilai, jangan berani berada di
panggung politik.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment