oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Maju dan mundurnya suatu
negara, kaya dan miskinnya suatu negara, tertib dan kacaunya suatu negara
sesungguhnya bergantung pada rakyatnya sendiri. Bukan sebaliknya, rakyat
bergantung pada negaranya. Dalam suatu negara yang menganut sistem republik lebih
jelas terlihat karena para penyelenggara negara pun berasal dari rakyat. Jadi,
salah jika kita hidup bergantung pada negara, sebenarnya kitalah yang harus
menghidupi negara.
Contoh sederhana adalah pada zaman dulu, sebelum penjajah
datang, sudah saya tulis pada tulisan yang lalu bahwa Indonesia ini disebut
sebagai “jaziratul muluk”, ‘tanah
yang banyak rajanya’. Keberlangsungan hidup kerajaan-kerajaan itu sangat
bergantung pada rakyatnya. Keluarga kerajaan bersama-sama rakyat membuka
lahan-lahan pertanian dan perkebunan. Rakyat bebas memilih lahan di mana saja.
Hasil dari pertanian, perkebunan, atau peternakan rakyat diserahkan pada pihak
kerajaan sebanyak 10% atau 20%. Dari pajak yang dikumpulkan itulah kerajaan
dapat hidup. Oleh sebab itu, pihak istana selalu mewanti-wanti pejabat di
bawahnya agar tidak menyakiti rakyatnya. Jika rakyat tersakiti atau
diperlakukan tidak adil, rakyat akan protes. Demonstrasi yang dilakukan rakyat
saat itu bukan seperti sekarang ini, mengerahkan massa, melainkan pindah ke
kerajaan lain yang dianggap lebih menyenangkan dan lebih adil. Hal itulah yang
menyebabkan adanya kerajaan yang bertambah kuat dan ada yang hancur, hilang
sama sekali.
Apa artinya sebuah kerajaan yang tidak mempunyai rakyat?
Sekarang pun sama saja sebenarnya, negara itu hidup
karena rakyatnya. Pendapatan negara atau yang kita kenal dengan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah berasal dari aktivitas masyarakat yang
membayar pajak, berbelanja, transaksi bisnis, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hibah,
dan lain sebagainya. Pendek kata, mayoritas
keuangan negara itu berasal dari rakyatnya sendiri ditambah usaha negara
sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan, kemunduran, kekayaan, kemiskinan,
kehancuran negara disebabkan oleh rakyatnya sendiri. Uang-uang yang dikumpulkan
menjadi APBN dan atau APBD itu dikembalikan lagi kepada rakyat berupa keamanan,
pembangunan infrastruktur, kesehatan, pendidikan, sosial, berbagai subsidi, dan
lain sebagainya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa jika ingin negara maju dan
sejahtera, kembali lagi pada perilaku rakyatnya sendiri. Rakyat harus belajar
keras dan bekerja keras agar punya banyak uang, lalu mampu bertransaksi dan
membayar pajak lebih banyak. Jika rakyatnya malas belajar dan bekerja, hasilnya
pun akan datang “malas-malasan”, keuangan negara akan kecil yang akibatnya
selalu berada dalam kesusahan.
Di samping itu, rakyat yang kemudian telah berubah posisi
menjadi penyelenggara atau pejabat memiliki kewajiban untuk mengatur uang-uang
rakyat yang telah terkumpul itu kembali lagi kepada rakyat dengan baik dan
adil. Untuk saat ini, hal yang paling utama wajib dilakukan negara adalah “memerangi korupsi” dan “meningkatkan kualitas pendidikan”. Hal itu
disebabkan saya percaya kepada Menteri Keuangan RI Sri Mulyani bahwa musuh terbesar
Indonesia saat ini adalah “korupsi” dan “pendidikan yang buruk”.
Begitu, Bro.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment