oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Al haqqu min robbika, “kebenaran itu datang dari
Tuhan-mu”.
Hoaks datang dari mana?
Pasti dari syetan karena hoaks itu adalah kebohongan,
bukan kebenaran.
Syetan itu minal jinnati wannas, ‘terdiri atas jin dan
manusia’. Jadi, hoaks pasti datang dari jin dan manusia yang selalu berusaha
menawarkan kesesatan berpikir dan berperilaku hingga terjerumus dalam
kekacauan.
Para pembuat, penyebar, dan penggemar hoaks lama-lama
bisa gila. Awalnya, mereka berniat menipu manusia, lama kelamaan mereka bisa
menipu dirinya sendiri. Hal itu disebabkan kebohongan dan perilaku salah yang
dilakukan terus-menerus akan dianggap sebagai sebuah kebenaran oleh dirinya.
Segala kebohongan yang mereka buat, mereka sebarkan, dan mereka sukai bisa
dianggap kebenaran oleh diri mereka sendiri. Saat itulah syetan benar-benar
mencengkeram mereka. Syetan mulai menang atas diri mereka.
Hal ini sudah diwanti-wanti oleh Allah swt dalam QS
Fathir 35 : 8.
“Apakah pantas orang yang dijadikan (syetan) terasa indah
perbuatan buruknya, lalu menganggap baik perbuatan buruknya itu (sama dengan
orang yang tidak ditipu syetan)?...”
Pembuatan, penyebaran, dan kegemaran terhadap hoaks
adalah perbuatan buruk, tetapi syetan bisa menanamkan keyakinan bahwa perilaku
itu adalah kebaikan, misalnya, sebagai alat perjuangan. Tertipulah mereka.
Akibat dari hal ini, salah satunya hoaks, manusia terbagi
ke dalam dua bagian, yaitu: manusia yang tertipu dan manusia yang tidak tertipu.
Hal ini dijelaskan oleh Allah swt masih dalam QS Al Fathir 35 : 8.
“… Sesungguhnya, Allah menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki….”
Para pembuat, penyebar, dan penggemar hoaks jika tidak
disadarkan oleh Allah swt, akan tersesat dalam kebohongan-kebohongan itu dan
jelas akan merugikan dirinya sendiri. Orang yang berhati-hati dan penuh iman
akan diselamatkan oleh Allah swt dari berbagai hoaks yang hilir mudik hampir
setiap hari ini.
Jika para pembuat, penyebar, dan penggemar hoaks telah
benar-benar tersesat dan mengira bahwa mereka telah melakukan kebaikan, rugilah
hidupnya.
Perhatikan firman Allah swt dalam QS Al Kahfi 18 :
103-104.
“Katakanlah, ‘Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu
tentang orang yang paling rugi perbuatannya?’ (Yaitu) orang yang sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka telah mengira berbuat
sebaik-baiknya.”
Semoga kita tidak tergolong pada manusia-manusia pembuat,
penyebar, dan penggemar kebohongan sehingga terhindar dari kerugian-kerugian
akibat kebohongan itu, baik di dunia maupun di akhirat.
Amin.
Jika yang saya tulis ini benar, itu datang dari Allah
swt. Jika yang saya tulis ini salah, itu berasal dari kebodohan saya sendiri.
Sampurasun
No comments:
Post a Comment