oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Banjir besar pada awal tahun
2020 yang terjadi di Indonesia, khususnya DKI Jakarta menimbulkan polemik luar
biasa. Hal itu sebenarnya biasa saja jika yang diperdebatkan adalah ilmu pengetahuan,
kebijakan, atau pengalaman. Akan tetapi, menjadi aneh dan menyesatkan jika
melakukan fitnah, penyesatan, dan menutupi kenyataan.
Kemarin-kemarin sudah saling menyalahkan, tidak mau
koreksi diri, introspeksi diri, selalu menganggap diri paling benar, dan orang
lain yang salah. Sekarang ditambah lagi pihak yang disalahkan, yaitu Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Menurut mereka, BMKG telah memberikan informasi yang
salah. Selepas banjir besar pada awal tahun 2020, BMKG memberikan informasi bahwa
akan terjadi lagi hujan besar yang berpotensi banjir besar. Dalam kenyataannya,
hujan besar itu tidak terjadi dan cuaca sangat cerah. Saya saja yang tinggal di
Bandung, cerah sekali, bahkan panas. Saya memanfaatkan cuaca itu untuk menembok
jalan depan rumah supaya kuat dan bersih.
Hal inilah yang menurut mereka, BMKG telah salah. Mungkin
menurut mereka, seharusnya sekarang cuaca sedang terjadi hujan lebat dan banjir
di mana-mana sesuai informasi BMKG. Inilah yang saya sebut aneh dan ngaco
berat.
Hal yang terjadi sebenarnya menurut urutan pemberitaan
yang benar adalah BMKG menginformasikan bahwa akan terjadi hujan besar yang
berpotensi banjir besar. Berdasarkan informasi dari BMKG itu, Balai Besar
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)-BPPT segera bekerja sama dengan TNI Angkatan
Udara (AU) memodifikasi cuaca. Mereka menjatuhkan hujan di atas laut sehingga
awan yang berat itu tidak sampai ke darat. Menurut pengakuan mereka, curah
hujan telah berhasil dikurangi sebanyak 50%. Oleh sebab itu, cuaca cerah dan
hujan besar tidak terjadi. Begitu kejadiannya. Jadi, bukan BMKG yang salah
informasi. BMKG tepat, lalu diantisipasi oleh Balai Besar (TMC)-BPPT yang
bekerja sama dengan TNI AU, bencana susulan pun tidak terjadi.
Begitulah seharusnya para pemimpin bergerak. Mereka
bekerja sama sehingga bencana yang sudah diperkirakan sebelumnya, tidak
terjadi. Sebaliknya, pemimpin yang tidak bergerak dan tidak mengantisipasi
bencana, padahal sudah diinformasikan sebelumnya adalah pemimpin yang tidak
waspada dan hanya asyik dengan dirinya sendiri. Kita tidak bisa berharap banyak
pada pemimpin model ini karena dia hanya sibuk dengan pikirannya sendiri.
Saya tidak mengerti orang-orang yang ngaco berpikir itu,
bagaimana cara berpikirnya sehingga menyalahkan BMKG?
Pertama, mereka
bisa merupakan orang-orang yang kurang informasi, lalu segera berbicara atau
menulis sesuatu dengan ilmu yang dangkal. Orang-orang seperti ini bisa
dimaklumi karena kurang informasi. Akan tetapi, mereka harus segera mengakui
kesalahannya, lalu memperbaiki pernyataannya. Saya juga terkadang seperti itu.
Akan tetapi, ketika tersadar, saya memperbaikinya. Hal ini sebagaimana yang
saya lakukan ketika membuat “ralat” atas kekurangan pada tulisan sebelumnya.
Saya tidak mau menyesatkan orang lain dan tidak mau juga berada dalam informasi
sesat.
Kalau saya menyesatkan orang lain sekaligus menyesatkan
diri sendiri, bagaimana saya bisa mempertanggungjawabkan kata-kata saya di
hadapan Allah swt nanti?
Ngeri rasanya kalau tidak bisa menjawab pertanyaan Allah
swt, kelak.
Jangankan di akhirat, di dunia saja saya sudah bisa
tersiksa dan dipermalukan kalau salah, lalu tidak memperbaiki diri.
Kedua, mereka
yang ngaco ini terbiasa dididik dengan hati yang julit, penuh kebencian,
gembira dengan berita hoax, memperbanyak prasangka, menganggap sangkaan adalah
kebenaran, dan dibiasakan berbicara kasar.
Ketiga, mereka
yang tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuatnya. Mereka ini
selalu menyalahkan orang lain dan tidak memiliki kemampuan untuk menghisab
diri, mengoreksi diri, dan introspeksi diri. Mereka selalu ingin tampak paling
benar dan orang lain salah.
Orang-orang seperti inilah yang menyesatkan orang lain
dan kerap membuat orang lain ikut tersesat dalam pola pikir yang sesat. Akan
tetapi, jika mereka memperbaiki diri, semuanya akan baik-baik saja. Insyaallah.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment