Friday, 10 January 2020

Berkah Bertengkar dengan Cina


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Semua kejadian ada hikmahnya. Pertengkaran terakhir antara Indonesia dengan Cina mengenai hak berdaulat Indonesia di Laut Natura Utara membuka hikmah tersendiri. Meskipun tidak begitu diperhatikan orang dan mungkin dianggap kecil, hikmah dan beberapa manfaatnya nyata.

            Manfaatnya sesungguhnya banyak, misalnya, patroli laut Indonesia lebih rutin dan lebih kuat, kapal-kapal nelayan Indonesia jadi lebih besar ukurannya, kita lebih memahami perilaku Cina ketika berkonflik. Masih banyak sebetulnya yang bisa ditulis. Meskipun demikian, ada hal yang mungkin tidak disadari banyak orang, yaitu soal nama kawasan perairan yang dijarah kapal-kapal nelayan dan coast guard Cina itu. Dunia mengenalnya dengan nama “Laut Cina Selatan”, ‘South China Sea’. Indonesia pun menggunakan nama itu. Akan tetapi, ketika beberapa tahun lalu terjadi konflik yang sama di kawasan yang sama, Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Susi Pudjiastuti mengubah namanya menjadi “Laut Natuna Utara”, ‘North Natuna Sea’. Perubahan atau penggunaan nama ini menimbulkan reaksi keras dari Cina. Mereka protes, berteriak pada dunia menyatakan ketidaksetujuan atas nama yang digunakan Susi Pudjiastuti.

            Persoalan nama ini kemudian mereda dengan sangat cepat, tidak mendapat tanggapan dari banyak orang. Kita dan dunia tetap menggunakan istilah Laut Cina Selatan. Semua menggunakan nama itu. Akan tetapi, kasus pencurian ikan yang dilakukan oleh Cina di Indonesia yang baru-baru ini terjadi membuat nama Natuna menjadi lebih populer, kemudian istilah atau nama Laut Natuna Utara semakin sering terdengar atau terbaca. Istilah Laut Cina Selatan malahan menjadi mulai terasa asing, minimal bagi rakyat Indonesia. Media cetak dan elektronik, para penyelenggara negara, masyarakat, serta tulisan-tulisan di Medsos pun menggunakan nama Laut Natuna.

            Penggunaan nama ini sangat penting sesungguhnya. Jika menggunakan nama Laut Cina Selatan, rasanya itu memang merupakan milik Cina. Akan tetapi, jika menggunakan nama Laut Natuna Utara, jelas rasa Indonesia-nya lebih kuat.

            Kalaulah penyair dunia William Shakespeare pernah mengatakan “apalah arti sebuah nama”, kita jawab saja bahwa nama adalah “doa, harapan, dan identitas diri”.

            Sangatlah baik jika kita mulai sekarang menggunakan nama Laut Natuna Utara, tidak perlu lagi menggunakan nama Laut Cina Selatan. Para akademisi, birokrat, politisi, pengusaha, dan rakyat pada umumnya harus menggunakan nama ini. Soal dunia menggunakan nama yang lain, terserah mereka. Akan tetapi, kita akan mempengaruhi dunia jika nama itu yang kita pakai terus-menerus dan berulang-ulang. Dengan demikian, dunia akan lebih mendukung karena nama itu adalah nama Indonesia.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment