oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Ada yang salah dengan judul
yang saya buat?
“Correct me if I’m
wrong”, ‘koreksi jika saya salah’.
Membangun network berarti
membangun jaringan kerja. Hal itu sama dengan membangun silaturahmi dengan sesama
manusia. Jika silaturahmi berjalan dengan baik, sama dengan memanjangkan
rezeki. Bergaul dan bersahabat dengan banyak orang akan membuka akses informasi,
menguatkan hubungan, dan memudahkan jalan rezeki.
Untuk menjadi sopir Angkot, seseorang harus kenal dulu
dengan orang-orang yang bergerak dalam per-Angkot-an. Tidak mungkin bisa jika
tidak ada yang kenal, lalu tiba-tiba jadi sopir Angkot. Dalam pekerjaan lain
pun sama saja, harus ada jaringan dan silaturahmi hingga terjadi kesepahaman. Makin
banyak jaringan, makin banyak sahabat, makin sering silaturahmi, semakin
terbuka pula berbagai akses menuju rezeki.
Apabila kita lihat apa yang dilakukan Jokowi dalam
membangun ibu kota Indonesia yang baru di Penajam, Paser, Kalimantan Timur,
sangatlah bagus melibatkan banyak orang hebat dari berbagai negara. Jokowi
mengangkat Ketua Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru adalah Putera Mahkota
Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Zayed (MBZ). Anggotanya adalah Masayoshi
Son, salah satu orang terkaya di Jepang, pendiri SoftBank dan Chief Executive
Officer dari SoftBank Mobile. Di
samping itu, diajak pula mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Tambahan
pula, menurut Fadjroel Rahman, Juru Bicara Presiden, masih ada beberapa lagi
nama yang diajak berperan serta menjadi anggota dewan pengarah, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri.
Dilihat dari sisi hubungan internasional adalah sangat
bagus dalam rangka mengaplikasikan politik luar negeri bebas aktif dengan konsep
“thousand friends and zero enemy”, ‘ribuan
teman dan nol musuh’. Indonesia bisa menjadi tempat berkarya orang-orang hebat
dari seluruh dunia. Dengan demikian, dunia akan ikut merasa memiliki dan secara
tidak langsung Indonesia bisa terlindungi dari bahaya ancaman perang
antarnegara. Hal ini bisa dilihat pula bahwa terdapat beberapa negara yang
tercatat tertarik untuk berinvestasi dalam pembangunan ibu kota baru. Para
pengusaha yang tertarik untuk berinvestasi dalam pembangunan ibu kota baru
Indonesia tersebut berasal dari, di antaranya, Uni Emirat Arab, Jepang, Korea
Selatan, Cina, dan Eropa.
Dilihat dari sisi ekonomi, dengan banyaknya negara yang
terlibat, akan menarik minat orang dari seluruh dunia untuk datang ke
Indonesia. Pariwisata pun akan meningkat, roda ekonomi pun bisa berputar lebih
cepat.
Dilihat sari segi pendidikan dan teknologi, baik secara formal
maupun tidak, akan terjadi alih teknologi. Rakyat Indonesia bisa belajar ilmu
pengetahuan dari yang asalnya tidak tahu menjadi tahu.
Meskipun demikian, Indonesia haruslah tetap Indonesia,
kita tidak boleh terpengaruh oleh adat, kebiasaan, dan budaya mereka yang negatif.
Kita tidak boleh menjadi Arab, Eropa, Amerika, Cina, atau yang lainnya. Kita
adalah kita. Justru yang harus terjadi adalah kita yang harus mempengaruhi
mereka dengan nilai-nilai positif yang kita miliki karena kita adalah sudah
ditakdirkan menjadi Indonesia.
Sampurasun.
Sumber:
No comments:
Post a Comment