Friday 17 January 2020

Membangun Network Menjalin Silaturahmi Memanjangkan Rezeki


oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Ada yang salah dengan judul yang saya buat?

            “Correct me if I’m wrong”, ‘koreksi jika saya salah’.

Membangun network berarti membangun jaringan kerja. Hal itu sama dengan membangun silaturahmi dengan sesama manusia. Jika silaturahmi berjalan dengan baik, sama dengan memanjangkan rezeki. Bergaul dan bersahabat dengan banyak orang akan membuka akses informasi, menguatkan hubungan, dan memudahkan jalan rezeki.

            Untuk menjadi sopir Angkot, seseorang harus kenal dulu dengan orang-orang yang bergerak dalam per-Angkot-an. Tidak mungkin bisa jika tidak ada yang kenal, lalu tiba-tiba jadi sopir Angkot. Dalam pekerjaan lain pun sama saja, harus ada jaringan dan silaturahmi hingga terjadi kesepahaman. Makin banyak jaringan, makin banyak sahabat, makin sering silaturahmi, semakin terbuka pula berbagai akses menuju rezeki.

            Apabila kita lihat apa yang dilakukan Jokowi dalam membangun ibu kota Indonesia yang baru di Penajam, Paser, Kalimantan Timur, sangatlah bagus melibatkan banyak orang hebat dari berbagai negara. Jokowi mengangkat Ketua Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru adalah Putera Mahkota Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Zayed (MBZ). Anggotanya adalah Masayoshi Son, salah satu orang terkaya di Jepang, pendiri SoftBank dan Chief Executive Officer dari SoftBank Mobile. Di samping itu, diajak pula mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Tambahan pula, menurut Fadjroel Rahman, Juru Bicara Presiden, masih ada beberapa lagi nama yang diajak berperan serta menjadi anggota dewan pengarah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

            Dilihat dari sisi hubungan internasional adalah sangat bagus dalam rangka mengaplikasikan politik luar negeri bebas aktif dengan konsep “thousand friends and zero enemy”, ‘ribuan teman dan nol musuh’. Indonesia bisa menjadi tempat berkarya orang-orang hebat dari seluruh dunia. Dengan demikian, dunia akan ikut merasa memiliki dan secara tidak langsung Indonesia bisa terlindungi dari bahaya ancaman perang antarnegara. Hal ini bisa dilihat pula bahwa terdapat beberapa negara yang tercatat tertarik untuk berinvestasi dalam pembangunan ibu kota baru. Para pengusaha yang tertarik untuk berinvestasi dalam pembangunan ibu kota baru Indonesia tersebut berasal dari, di antaranya, Uni Emirat Arab, Jepang, Korea Selatan, Cina, dan Eropa.

            Dilihat dari sisi ekonomi, dengan banyaknya negara yang terlibat, akan menarik minat orang dari seluruh dunia untuk datang ke Indonesia. Pariwisata pun akan meningkat, roda ekonomi pun bisa berputar lebih cepat.

            Dilihat sari segi pendidikan dan teknologi, baik secara formal maupun tidak, akan terjadi alih teknologi. Rakyat Indonesia bisa belajar ilmu pengetahuan dari yang asalnya tidak tahu menjadi tahu.

            Meskipun demikian, Indonesia haruslah tetap Indonesia, kita tidak boleh terpengaruh oleh adat, kebiasaan, dan budaya mereka yang negatif. Kita tidak boleh menjadi Arab, Eropa, Amerika, Cina, atau yang lainnya. Kita adalah kita. Justru yang harus terjadi adalah kita yang harus mempengaruhi mereka dengan nilai-nilai positif yang kita miliki karena kita adalah sudah ditakdirkan menjadi Indonesia.

            Sampurasun.

Sumber:



No comments:

Post a Comment