Tuesday, 14 January 2020

Mainkan Isu Lingkungan untuk Mendesak Cina


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Para nelayan Cina beserta coast guard Cina memang membuat jengkel. Sudah diusir berkali-kali, tetap datang lagi dan lagi. Bahkan, setelah Jokowi datang ke Natuna, mereka menghilang sebentar, tetapi muncul lagi. Berita terakhir yang disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menunjukkan bahwa nelayan Cina sudah tidak ada di ZEE Indonesia. Adapun coast guard Cina masih ada dan itu tidak masalah, kecuali kalau maling ikan lagi. Meskipun demikian, kita tidak boleh yakin bahwa nelayan Cina tidak akan maling lagi. Mereka punya kebiasaan buruk untuk masuk lagi ke wilayah hak Indonesia berdaulat. Suatu saat mereka bisa mencuri ikan lagi dan itu sudah terjadi berulang-ulang. Bahkan, Bupati Natuna menyatakan bahwa pencurian itu “biasa” terjadi.

            Untuk mengatasi hal itu, kita jangan terjebak dalam isu perebutan kekuasaan wilayah karena hal itu sudah jelas, Laut Natuna Utara adalah hak berdaulat Indonesia. Isu perebutan kekuasaan itu hanya memperluas masalah serta menjadikan isu yang sangat besar dan tidak perlu. Kita konsentrasi saja pada soal pencurian ikan, Indonesia sedang melakukan upaya menangkap dan mengusir maling-maling yang berasal dari Cina, Negeri Maling. Hal itu akan mengecilkan isu yang membuat Cina dipandang sebagai negara memalukan.

            Karena Cina terus-menerus melakukan “gangguan” di Laut Natuna Utara, Indonesia menjadi sangat jengkel. Dalam bahasa Sunda bisa disebut “ngalonyeng, nyoo gado, geus lain heureuy, teu bisa diajak badami”. Maksudnya, mereka itu seolah-olah ngejek, bikin emosi, sudah tidak bisa diajak bicara baik-baik. Oleh sebab itu, Indonesia bisa menghina Cina lebih terpojok, yaitu mengangkat “isu lingkungan”. Nelayan-nelayan Cina memang menggunakan alat tangkap yang membahayakan, misalnya, “pukat harimau” yang disebut pula “pukat udang” kadang pula dinamakan “trawl”.

            Di Indonesia alat tangkap pukat harimau sangat dilarang karena merusakkan ekosistem laut. Jaring ini berlubang sangat kecil sehingga menarik ikan-ikan atau udang-udang yang masih sangat kecil dan perlu berkembang. Dengan demikian, alat ini bisa membuat punah berbagai jenis ikan. Di samping itu, alat ini menggunakan alat pemberat yang ditarik oleh satu atau dua kapal sehingga menghancurkan terumbu karang, bahkan alat tangkap nelayan Indonesia yang sederhana pun ikut tertarik pukat harimau. Banyak kerusakan yang ditimbulkan alat ini terhadap keberlangsungan kehidupan di laut dan ini akan mengganggu serta menggugah para aktivis lingkungan di seluruh dunia.

            Isu kerusakan lingkungan laut yang ditimbulkan maling-maling Cina ini akan lebih mempermalukan Cina dan menimbulkan lebih banyak dukungan dunia pada Indonesia. Kita bisa mencari lebih jauh perilaku Cina selama mencuri ikan di ZEE Indonesia tentang kerusakan lingkungan yang mereka timbulkan. Hal ini pun membuktikan bahwa Cina sama sekali hanya mencuri untuk keserakahannya dengan meninggalkan berbagai kerusakan di wilayah hak berdaulat Indonesia.

            Jangan memperbesar isu dengan isu batas teritorial atau kedaulatan. Perkecil saja dengan isu-isu yang mempermalukan Cina dan itu bisa dicari atau diteliti lebih dalam. Contohnya, seperti yang saya tulis tadi, menganggap Cina hanya maling dan perusak kehidupan laut.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment