Friday, 31 January 2020

Diplomasi Pertahanan Gus Dur-Prabowo


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Ketika kita mendengar kata “pertahanan”, biasanya otak kita langsung terhubung dengan militer, prajurit, senjata, peluru, dan perang. Memang dari zaman dulu yang namanya pertahanan selalu berkaitan dengan dunia militer. Bahkan, di Eropa dan Amerika Serikat atau biasanya kita mengistilahkan dengan “barat”, dikenal pemeo bahwa “pertahanan yang terbaik adalah melakukan penyerangan”. Jadi, sebelum dirinya atau negaranya diserang, mereka melakukan penyerangan lebih dulu pada pihak-pihak yang dianggapnya mengancam eksistensi mereka, baik mengancam secara militer, politik, maupun ekonomi. Akan tetapi, sesungguhnya tidak begitu juga. Seiring perkembangan zaman, ada upaya-upaya pertahanan yang tidak selalu harus berkaitan dengan senjata, perang, dan pembunuhan. Upaya diplomasi adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mempertahankan diri.

            Presiden Abdurahman Wahid atau yang kerap dipanggil Gus Dur pernah melakukannya. Pada masa awal menjadi presiden, Gus Dur segera pergi ke berbagai negara untuk bersilaturahmi membangun persahabatan. Perilakunya ini mendapatkan reaksi negatif dari sebagian politisi dan sebagian besar rakyat Indonesia. Mereka menganggap bahwa Gus Dur terlalu sering ke luar negeri dan jarang berada di dalam negeri, padahal kondisi dalam negeri sedang dalam kondisi carut marut karena masa peralihan dari Orde Baru ke Orde Reformasi. Saking seringnya pergi ke luar negeri, nama Gus Dur diplesetkan menjadi “Gus Tour”, Gus yang sering tour ke sana ke mari.

            Ada peribahasa bahwa “berkah orang bodoh adalah bisa berbicara dan berperilaku seenaknya”, tetapi “kutukan orang cerdas dan bijak adalah sulit berbicara dan berperilaku”. Orang bodoh bisa seenaknya berbicara dan berperilaku karena mereka tidak tahu apa-apa atau pemahamannya dangkal. Adapun orang cerdas dan bijak tidak bisa seenaknya, mereka selalu terbatas bicara dan bertindak, tidak bisa bicara dan berperilaku, kecuali memiliki dasar ilmu dan keyakinan yang benar.

            Kita pikir saja diri kita apakah termasuk penerima berkah sebagai orang bodoh atau terkutuk seperti orang bijak dan cerdas.

            Gus Dur dibuli habis-habisan karena orang tidak mengerti yang dilakukannya. Gus Dur berkunjung ke berbagai negara adalah untuk mempererat persahabatan dan menguatkan posisi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Saat itu kondisi negara sedang lumayan terancam, misalnya, Aceh ingin merdeka dengan dorongan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Maluku juga ingin mendirikan negara sendiri dengan aktifnya Republik Maluku Selatan (RMS), demikian pula Papua dengan gerakan-gerakan separatismenya.

            Salah satu syarat berdirinya sebuah negara adalah adanya pengakuan internasional. Artinya, sebuah wilayah dapat dikatakan merdeka dan memiliki negara sendiri jika negara lain yang berdaulat mengakuinya sebagai sebuah negara. Hal itulah yang dicegah Gus Dur. Dengan kunjungannya ke berbagai negara, diharapkan negara lain tidak akan mengakui sepotong wilayah pun dari bagian NKRI sebagai sebuah negara. Dengan persahabatan dan hubungan yang erat, negara lain akan menghormati Gus Dur dan Negara Indonesia. Upayanya ini berhasil, NKRI utuh, tak ada perpecahan. Sayangnya, banyak orang yang tidak mengerti sehingga membulinya habis-habisan.

            Sekarang terjadi juga hal yang mirip terhadap Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto. Dia dibuli karena sering keluar negeri dan jarang terlihat di Indonesia. Prabowo itu sesungguhnya sedang melakukan diplomasi pertahanan. Di samping memang diberi tugas untuk memperkuat Alutsista Indonesia, juga membina hubungan baik dengan negara lain agar Indonesia tetap utuh dan negara lain tidak melakukan aksi-aksi yang tidak perlu terhadap Indonesia. Prabowo melakukannya sebagaimana yang Gus Dur lakukan. Sayangnya, banyak orang yang tidak paham sehingga mengejek dan membuli Prabowo.

            Prabowo itu memiliki anggaran paling besar dari APBN dibandingkan kementerian lain. Sekitar 131,7 triliun yang harus dia kelola dan itu tanggung jawab yang besar untuk pertahanan dan keamanan negara. Oleh sebab itu, tak heran Presiden RI Jokowi segera pasang badan untuk membela Prabowo Subianto karena yakin bahwa Prabowo sedang melakukan tugas-tugas kenegaraannya.

            Jangan mudah ngoceh jika belum paham. Jangan bersuara jika hanya mengandalkan pemahaman yang dangkal apalagi berdasarkan hoax.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment